Setelah pertemuannya dengan Maria sore tadi, membuat Nindy banyak diam. Bagaimana jika Maria nekat melukai Zweitson? Ia tak mau sesuatu terjadi pada adiknya. Ya walaupun bukan adik kandung, tapi apa salahnya ia mengkhawatirkan keselamatan Zweitson.
"Kenapa?" tanya Shandy.
"Gue takut Zweitson kenapa-napa," lirih Nindy.
"Percaya sama gue, adik lo Zweitson ga akan kenapa-napa," ucap Shandy menyakinkan Nindy, ya walaupun ia sendiri tak yakin kalau nantinya Zweitson baik-baik saja. Karena ia tau sendiri bagaimana watak mantan kekasihnya itu.
"Tapi gue ga yakin Shan, gue gue takut Zweitson terluka," air mata Nindy ikut meluruh. Zweitson memang bukan adiknya, tapi ia amat menyayangi dan menjaga Zweitson, bahkan sejak bayi merah Zweitson.
"Percaya sama gue, gue jaminannya kalau Zweitson kenapa-napa," tegas Shandy.
Hari silih berganti, Zweitson sedang menunggu jemputan, sendirian. Karena teman-temannya mendadak ada urusan penting. Seseorang mendekatinya, ia seorang pria bertubuh kekar dengan setelan jas rapi. Zweitson tak menghiraukan, ia pikir mungkin orang tersebut sedang menunggu anaknya.
"Permisi, adek Zweitson ya?" tanya pria tersebut.
"Pokoknya lo ga boleh deket-deket sama orang asing sebelum gue jemput, paham! Yang jemput lo cuma gue sama Kak Shandy!"
Tiba-tiba saja, Zweitson teringat dengan kata-kata Nindy. Zweitson mantap menggeleng.
"Saya Tegar pak," balas Zweitson ramah.
"Oh, baiklah, saya salah orang," pria tersebut lantas pergi begitu saja. Ia nampak menghubungi seseorang. Karena takut orang tersebut berbahaya, Zweitson memilih masuk kedalam sekolah dan bersembunyi didalam pos satpam.
"Loh kemana anak tadi? Berarti benar saya dibohongi," gumam pria tersebut.
"Loh Zweitson, ngapain?" tanya Udin, satpam sekolah.
"Sssttt, ada orang asing pak, saya takut," balas Zweitson. Satpam tersebut hanya mengangguk pelan dan membiarkan Zweitson bersembunyi.
"Please angkat," Zweitson berusaha menghubungi Nindy, agar cepat menjemputnya.
"Halo kak, lo dimana?"
"Gue diwarung deket sekolah lo, lo jangan keluar, orang tadi berbahaya buat lo,"
"Iya kak, gue lagi ngumpet kok,"
"Orang nya udah pergi, lo ngumpet dimana?"
"Pos,"
Nindy mematikan sambungan secara sepihak. Orang tadi adalah suruhan Maria yang ditugaskan untuk menculik Zweitson. Pastinya digunakan untuk mengancam Nindy.
"Soniii," teriak Nindy.
"Kak Nin, akhirnya lo nyampe juga, wong mau medeni banget, wedi aku," ucap Zweitson menggunakan logatnya.
"Gue ga paham, udahlah yuk," Zweitson mengangguk dan menerima helm dari Nindy. Terkadang, Zweitson bingung sendiri, padahal udah jadi menantu sultan, masih aja pake motor butut ini.
"Gila cape bat, lo ga kerja kak?" tanya Zweitson saat mereka telah sampai di apartemen.
"Ini kerja, kerja jadi istri sholehah, gaji nya pahala," balas Nindy. So, Nindy sudah mulai mencintai seorang Shandy Maulana. Bagaimana tak membuatnya tergila-gila, setiap tidur, wajahnya sangat tenang, kalau abis mandi rambutnya Masya Allah. Definisi ganteng tapi otaknya kaga.
"Wow, sudah terpikat rupanya," ucap Zweitson sambil melepaskan sepatunya.
"Sstt, udah sono mandi terus makan," perintah Nindy. Zweitson hanya mengangguk pelan. Ia beruntung mempunyai kakak sepupu seperti Nindy, sangat perhatian padanya.
"Soniii mandinya jangan lama-lama! Demen banget maen air!" teriak Nindy. Pasalnya sudah sekitar satu jam adiknya tak keluar dari kamar mandi.
"Hehehe maaf kak, abisnya airnya bikin nyaman," kekeh Zweitson.
"Heh siapa lo?" ucap seorang pria yang baru saja datang.
"Gue? Soni, kenapa?" tanya Zweitson bingung.
"Beneran Switsal?"
"Pangling yo? Yo iyo, aku nek ora nganggo kacamata guanteng pol," kekeh Zweitson dengan logatnya.
"Ya udah gue percaya, cuma lo yang pake bahasa Jawa," balas Shandy. Pria tadi adalah Shandy yang baru saja pulang dari kantor. Banyak drama yabg membuatnya ingin ccepat-cepat pergi dari kantor.
"Mandi dulu gih, bajunya udah aku siapin," ucapan Nindy membuat Shandy menghentikan tangannya. Padahal sesenti lagi tangannya mendarat sempurna di gorengan.
"Iya, Son, ntar malem temenin gue ya," ucap Shandy sambil melepaskan sepatunya.
"Kemana?"
"Tidur lah, malem-malem ngapain keluar," Zweitson membelalakan matanya. Maksudnya dia nemenin Shandy tidur gitu?
"Gue nemenin lo tidur?" tanya Zweitson polos.
"Kaga lah, polos jangan kepolosan, ntar diculik tante-tante mau-mau aja," balas Shandy seraya berlalu. Obrolan mereka tentunya tak luput dari Nindy, Nindy tersenyum melihat kedekatan keduanya. Ia jadi semakin yakin kalau Shandy akan menjaga Zweitson. Tidak seperti mantannya, yang selalu menyalahkan Zweitson.
Author comeback nih
Maaf ya lama banget up nya 🙏
Votmen dong, Insya Allah bakal rajin up nyaCewe gede omongan doang ~ Shandy
Bukannya cowo? Inget PEREMPUAN SELALU BENAR! ~ Nindy
Bunin❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Bos Shandy [END✔|| Terbit]
FanfictionTerbit di Firaz Media Publisher Bagaimana jadinya jika kita dijodohin sama bos kita? Apalagi bos nya tuh nyebelin banget, suka nyleneh. Namun, perjodohan ini berbeda dengan perjodohan pada umumnya, yang dibicarakan baik-baik dan bertemu disuatu kes...