Kini pagi kembali menyapa. Shandy dan Nindy sudah siap untuk pergi ke acara pernikahan Ricky. Seperti biasa, Shandy menggunakan jas yang biasa ia gunakan ketika pergi kekantor. Begitupun Nindy, ia akan datang sebagai sekertaris nya. Karena hari ini Shandy akan ada meeting dengan klayen.
"Pake dress kek," protes Shandy.
"Ribet, ntar juga ngantor"
"Serah cewe deh, yuk jalan"
"Jalan kaki?"
"Mobil gue ada didepan."
Orang kaya mah bebas, telfon aja langsung ada tuh barang. Tak butuh waktu lama untuk menuju tempat diadakannya acara, hanya butuh waktu sepuluh menit saja.
Mereka sampai tepat waktu, dimana Ricky akan mengucapkan janji suci. Disana juga ada orang tua Shandy dan Nindy, maklum kolega bisnis ya gitu. Namun sayangnya mereka pura-pura tak melihat mereka, masih ada rasa kesal terhadap orang tua mereka. Ya walaupun mereka sama-sama merasa nyaman.
Setelah mengucapkan janji suci, kini para tamu undangan dipersilahkan untuk mengucapkan selamat kepada mempelai. Kini giliran Shandy dan Nindy, sekalian mau pamit karena sebentar lagi ada meeting.
"Sorry ya ga bisa lama-lama"
"Ga papa, cepet nyusul ya."
"Minggu depan, bantuin gue ya"
"Siap"
Shandy dan Nindy meninggalkan area gedung tanpa sedikit pun menyapa orang tua mereka. Padahal, mereka melewati nya. Agak sulit untuk menerima kenyataan.
Sesampainya dikantor, banyak pasang mata yang memperhatikan mereka. Mereka juga bergosip sana sini yang belum tentu benar.
"Ke ruang meeting" perintah Shandy yang dibalas anggukan oleh Nindy.
Meeting ini berjalan selama hampir satu jam. Kedua perusahaan ini akan membangun apartemen di Kalimantan.
"Terima kasih atas kepercayaan anda, saya harap kerjasama ini berjalan lancar."
"Aminn, untuk tempatnya saya sudah ada rekomendasi, nanti kita lihat bersama."
"Kalau saya tidak sibuk"
"Kalau begitu kami permisi Pak Shandy."
Kini hanya tersisa Shandy dan Nindy saja. Mereka hening beberapa saat karena Nindy tengah memeriksa agenda selanjutnya.
"Oh ya pak, besok ada meeting lagi dengan...." Nindy menggantung kalimat nya.
"Perusahaan R Gemilang" perusahaan tersebut adalah perusahaan milik keluarga Nindy. Huft, besok harus bertemu ayahnya.
"Kalau lo masih ga mau ketemu bokap lo, kita undur aja"
"Profesional, ya sudah pak saya permisi"
"Mau kemana?"
"Lanjut kerja. Lagian ada beberapa karyawan baru."
"Salim dulu"
"Dih, anda siapa?"
"Kata umi ini harus" terpaksa, Nindy mencium tangan Shandy sebagai tanda hormatnya kepada suaminya.
Nindy kembali ke mejanya untuk melihat beberapa berkas karyawan baru. Bukan temen-temen nya Nindy kalau ha kepo, kenapa Nindy bisa bareng bapak Shandy yabg terhormat. Nada dan Rindu langsung berkumpul dimeja Nindy bak seorang detektif yang akan menginterogasi.
"Kenapa lo bisa berangkat bareng Pak Killer?"
"Killer tampang doang gays" batin Nindy dengan memasang wajah bodoamat.
"Jawab Nin, lo pacaran ya sama si bos?"
"Ga"
"Terus?"
"Nada, Rindu kembali bekerja. Nindy keruangan saya. Sekarang!" ucap seseorang yang tak lain adalah Shandy. Bos yang terkenal killer, padahal ga ada killer killer nya.
Nindy mengikuti langkah Shandy menuju ruangannya dengan membawa beberapa berkas.
"Mana berkas karyawan barunya."
"Ini pak, belum saya cek semuanya."
"Formal banget, kalau lagi berdua pake aku-kamu atau lo-gue."
"Iya."
"Ya udah lanjut cek, daripada di meja lo ntar malah ga fokus."
Nindy duduk disalah satu sofa yang ada disana dan kembali mengecek data karyawan baru. Ada empat karyawan yang baru saja masuk kerja hari ini. Sebelumnya mereka sudah di interview oleh orang kepercayaan Shandy dan selanjutnya mereka masuk dalam uji coba selama 3 bulan. Kalau bener ya tanda tangan kontrak, kalau kerjanya ga bener ya mohon maaf aja, good bye.
Nindy sedikit membulatkan matanya, sepertinya ia pernah melihat orang ini. Maria Setyawan, itulah nama yang tertera disana.
"Kenapa?"
"Kenal Maria Setyawan?" ucap Nindy menyeringai. Shandy terkejut, darimana Nindy tau nama itu? Apa sebelumnya mereka saling kenal?
Nindy menunjukkan salah satu data karyawan baru. Benar, dialah wanita yang selama ini mengisi hati Shandy. Namun sayangnya, takdir berkata lain, mereka tak berjodoh. Gadis itu memilih lelaki lain.
"Apa perlu saya panggil Maria kemari?"
"Buat apa?"
"Kali aja kangen."
"Gue udah punya istri, ga mungkin kali lirik cewe lain."
"Bismillah percaya. Saya sudah cek semuanya, kalau begitu saya permisi."
Cemburu? Iya Nindy cemburu, padahal belum liat. Khawatir? Banget, dia khawatir kalau Shandy akan kembali kepada Maria dan meninggalkan nya. Beberapa hari bersama Shandy, membuat sedikit membuka hati untuk Shandy. Tapi sepertinya harus kembali tertutup, jadi kalau Shandy meninggalkan nya tak akan ada luka yang terlalu dalam.
Orang ketiga, orang ketiga, orang ketiga yey yey yey
Apa seorang Shandy akan berpaling atau akan bersama Nindy sampai cerita ini berakhir?
Staytune terus ya, see you
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Bos Shandy [END✔|| Terbit]
FanfictionTerbit di Firaz Media Publisher Bagaimana jadinya jika kita dijodohin sama bos kita? Apalagi bos nya tuh nyebelin banget, suka nyleneh. Namun, perjodohan ini berbeda dengan perjodohan pada umumnya, yang dibicarakan baik-baik dan bertemu disuatu kes...