PD || One

2.9K 116 0
                                    

Sebuah sinar mulai memasuki ruangan melewati celah-celah jendela. Membuat seorang pemuda terganggu. Ia menarik selimut nya hingga menutup seluruh tubuhnya.

"Astaghfirullah bang San, gimana mau dapet jodoh, jam segini aja belum bangun. " Ucap seorang pemuda dengan tampang tinggi putih.

"Bang bangun"

"Weekand Fik"

"Bang bangun" Ucap Fiki, namun ia sendiri juga ikut bergabung masuk kedalam selimut.

Sedangkan seorang pemuda yang sudah siap dengan style joging mulai menggerutu. Ia menyuruh adik bungsu nya untuk mengundang sang kakak agar bergabung, namun 15 menit sudah ia menunggu, tuh anak ga nongol.

"Loh Ji, katanya mau joging. "

"Bentar Mi, nunggu bang San sama Fiki. Aji susul aja deh. "

Dengan langkah malas, Fajri melangkah menuju lantai atas. Ia menghela nafas kasar saat masuk kekamar sulung. Ingin sekali ia melempar granat kearah abang dan adiknya.

"Dari pada bangunin mereka, mending pergi sama Fenly."

"FIKI ADA RARA DIDEPAN. " Teriak Fajri ketika keluar dari kamar sulung.
Brukk

Fiki menebrak Fajri gang ternyata masih stay didepan pintu. Jika sudah mendengar nama kekasihnya, Fiki langsung bersemangat.

"Sakit bego, pake mata ga sih. "

"Sorry Ji, gue mau nemuin Rara dulu. "

"Temui Rara noh ditempat les. "

"Aah lo mah gitu Ji, ngerjain gue mulu. "

"Ji Ji, abang. Manggil nya yang sopan sama Fajri. "

"Iya Umi maaf. "

"Kalian ngapain di bawah. "

"Liatin semut ngobrol Mi. " Celetuk Fiki sambil membantu kakaknya berdiri.

"Kaga abang, kaga ade sama aja. Mi Aji berangkat dulu. Assalamu'alaikum. "

"Abang ku ter lope lope, tungguin ade mu yang imuts ini, assalamu'alaikum Umi yang cantik. "

"Waalaikumsalam." Jawab Umi sambil geleng-geleng.

Umi memasuki kamar sulungnya. Ia kembali menggeleng melihat anak sulungnya yang belum beranjak dari tempat tidurnya.

"Shandy Maulana, bangun! "

"Iya Umi. "

Shandy langsung lari kekamar mandi, karena nyawanya masih setengah, ia tak fokus hingga menabrak tembok. Jika Umi nya sudah bertindak, maka beginilah jadinya. Ia tak mau di amuk oleh Umi nya.

"Aduhh siapa sih yang naro tembok disini. "

"Makannya bangun dari tahun 1945." Celetuk Umi.

~~~~~

Tiga gadis baru saja selesai mengelilingi taman. Mereka sedang asik menikmati minuman mereka sambil nyantai-nyantai dipinggir taman.

"Nin, lo ga ada niatan cari cowo gitu. "

"Iya Nin, lo ga iri apa sama kita? Yang tiap hari jalan ama cowo kita. "

"Udah Nin lo sama Bos Shandy aja. Ganteng, tajir. Kurang apa coba. "
Cerocos dia orang diantara mereka.

"Ish gue tuh masih trauma sama mantan gue yang ga ada akhlak sama sekali. "

"Gila lo Nin, ga bosen apa ngucapin Kata-kata itu mulu. "

"Gue aja bosen dengernya. "

"Makannya ga usah bahas Bos Shandy. "

"Eh ngapain ghibahin abang kita. " Cerocos seorang pemuda. Padahal belum tentu yang Nindy dkk ghibahin adalah kakaknya.

"Maaf anda siapa? Kenapa main nyambung aja? "

"Kalian ga kenal sama gue? Keterlaluan. "

"Udah Fik, yok pulang. "

"Bentar Ji, kasian bang San, keselek dirumah. Eh kalian pasti karyawan dari Alfero grub, kalau ia bener-bener keterlaluan ga kenal gue. "

"Lo cewe apa cowo? Nyerocos mulu. "

"Gue Fiki Aulia Alfero dan ini abang gue Maulana Fajri Alfero. "

Nindy dkk saling bertatapan. Bisa amsyong nih, bisa-bisa diaduin sama bos mereka. Mereka bertiga kompak tersenyum kearah Fajri dan Fiki.

"Maafin kita yah bos muda,"

"Iya jangan aduin ke pak Shandy yah. "

"Tapi sayangnya udah kita aduin, ya ga Fik? " Fiki mengangguk semangat. Inilah hobi mereka, ngerjain orang.

"Nih buat jajan, kita karyawan baru, jadi jangan aduin yah. " Nindy menyodorkan sejumlah uang. Dengan senyum sumringah Fajri dan Fiki menerimanya dan berlalu tanpa sepatah kata pun.

"Gila, ganteng-ganteng banget keluarga Alfero. "

"Bokapnya aja ganteng. "

"Otak kalian. " Ucap Nindy sambil menonyor kedua temannya ini. Posisinya berada ditengah, jadi lebih mudah menonyor keduanya.






Gimana part ini? Tenang masih awalan,
Jangan lupa vote yah

Pak Bos Shandy [END✔|| Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang