PD || Thirteen

1.4K 99 13
                                    

Hari kian berlalu, beberapa menit yang lalu Nindy sudah sah menjadi istri dari Shandy Maulana, baik secara agama maupun negara. Seluruh staf perusahaan juga datang untuk memberi selamat, termasuk Maria mantan kekasih Shandy.

Tatapan kebencian diberikan Maria kepada Nindy. Nindy yang menyadari hal itu hanya bersikap bodoamat, kini ia masa depan sedangkan Maria masa lalu.

"Happy wedding and sorry." Shandy hanya menanggapinya dengan senyuman tipis.

"Nindyyy akhirnya lo ga jomblo lagi. Bersyukur banget gue."

"Bener banget Nin, akhirnya lo bisa move on dari Raja. Selamat bu bos."

"Ekhm"

"Hehehe pak bos, permisi."

"JANGAN LUPA KASIH KITA PONAKAN YANG BANYAK." teriak Nada. Nindy mengusap wajahnya, begini amat punya temen.

"Temen lo ga punya akhlak ya."

"Kayak lo punya aja."

Waktu berlalu begitu cepat. Pasangan pengantin baru pergi ke apartemen hadiah dari orang tua mereka. Waktu menunjukkan pukul 18:30. Mereka fokus dengan pekerjaan masing-masing. Nindy membersihkan diri, sedangkan Shandy berkutat didepan laptop nya.

"Mandi kak, abis itu shalat. Udah aku siapin semuanya."

Shandy hanya mengangguk pelan dan pergi dari hadapan laptopnya. Sedangkan Nindy menyiapkan segala keperluan untuk shalat maghrib berjama'ah. Itupun kalau Shandy mandinya ga kelamaan.

10 menit kemudian, Shandy keluar dari kamar mandi. Nindy mematung, ketampanan Shandy bertambah saat rambutnya basah.

"Kenapa liatinnya gitu?"

"U-udah wudhu, Ka?"

"Udah, sono wudhu dulu," Nindy mengangguk pelan dan menuju kamar mandi. Kenapa jadi salah tingkah?

Assalamu'alaikumualaikum warahmatullah

Assalamu'alaikumualaikum warahmatullah

"Kak," ucap Nindy saat Shandy tak kunjung menghadap kearahnya.

"Kenapa?"

"Salim."

Shandy menerima uluran tangan Nindy, ia juga meletakkan tangan kirinya dikepala Nindy. Ia berdoa di sela-sela senyumannya, agar kehidupan rumah tangganya baik-baik saja kedepannya.

"Bisa ngaji ga?" tanya Shandy dengan nada meremehkan.

"Bisa lah, gini-gini gu- aku pernah menang lomba tafizh," Nindy merubah kata gue menjadi aku saat mendapat tatapan kurang mengenakkan dari suaminya. Oke suami, kan udah sah secara negara dan agama.

"Percaya deh, sama-sama belajar ya," ucap Shandy. Ia mulai membuka Al-Qur'an dan membaca beberapa surah pendek, seperti Al Humazah sampai An Nas.

Nindy dibuat tak fokus saat mendengar suara merdu suaminya saat melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Ternyata, Shandy tak hanya tampan wajah, tapi hatinya juga bersih. Ya walaupun kadang ngeselin.

"Lo beneran bisa ngaji ga sih? Kok gue ga denger lo ngaji, malah bengong," ucapan Shandy membuyarkan lamunan Nindy.

"A-anu bi-bisa lah, bisa ngaji. Tadi cuma ga nyangka aja, kalau bos muda bisa ngaji," ucap Nindy sambil membenahi mukena nya. Ia ingin cepat-cepat pergi dari hadapan Shandy.

"Terpesona Nindy terpesona, memandang memandang wajah ku yang tampan," kekeh Shandy.

"Masih tampan Jeon Jungkook!" teriak Nindy.

"Jongkok aja terus," dumel Shandy. Padahal didepan Nindy ada lelaki tampan, namun masih saja memuji lelaki lain. Didepannya pula, sebagai suami sah nya.

"Nindyyy," teriak Shandy.

"Apalagi, Ya Allah," geram Nindy.

"Laapeer," teriak Shandy lagi, kali ini lebih keras.

"Ga usah teriak suamiku, gue ga budek," Shandy senyum tipis, sepertinya Nindy tak menyadari kata-kata nya.

"Stress ya?"

"Iya gue stress punya bini model lo," acuh Shandy.

"Gue kali yang lebih stress ngadepin lo," Nindy memilih untuk pergi memasak setelah berucap demikian. Lelah rasanya menghadapi hari ini, mungkin seterusnya.

*:..。o○ ○o。..:*

Mentari kembali menampakkan wujudnya. Sinarnya mulai menembus kedalam ruangan, seseorang terganggu atas kehadiran sinar yang tak ia undang sama sekali.

"Nindy, tutup jendela nya," hening, tak ada jawaban dari Nindy.

Shandy pergi kekamar mandi untuk membersihkan diri, sebenarnya ia ingin menutup hordeng, namun melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 8, bisa diamuk Nindy kalau belum bangun.

"Kirain ngebo," ucap seorang gadis saat ia baru saja keluar dari kamar mandi.

"Abis dari mana?"

"Belanja, tuh sarapannya udah."

"Cepet bener."

"Sarapannya roti, belanjaan tadi buat nanti siang, sini aku bantu keringin rambutnya," ucap Nindy sambil mengambil hairdryer.

"Jangan pake itu, dilap pake handuk aja," Nindy mengangguk pelan, ia juga menyisir rapi rambut suaminya itu.

"Dah selesai, yuk sarapan," ntah ada apa dengan hatinya. Kenapa hari ini jantung nya berdegup lebih kencang dan ada rasa nyaman yang timbul.

"Nin,

















Kira-kira Bang Shan mau ngomong apa ya?

Akhirnya lo up juga cerita gue, cape nunggu, ~ Shandy

Ya maap, mau author selesaiin satu-satu jadi buat My Really Girlfriend sama Dear Abang sabar ya, bakal aku up juga, tapi agak lamaan.

Nunggu ini selesai? ~ Gilang

Ga lah, cuma Insya Allah cerita ini yang bakal up terus. Insya Allah loh😆

Komen next and vote, biar author nya kagak males ~ Shandy

Pak Bos Shandy [END✔|| Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang