PD || Twenty Five

1.1K 74 1
                                    

Mentari kembali menampakkan dirinya. Sinarnya begitu terang menyinari bumi. Nindy sudah menyiapkan makan siang untuk dibawa ke kantor. Sebenarnya mendapat larangan dari ibu mertuanya. Namun, Nindy tetaplah Nindy, si keras kepala.

"Kalau ada apa-apa kabari umi ya," Nindy hanya mengangguk dan mulai masuk mobil. Saat ini ia diantar oleh supir pribadi umi nya.

Dengan langkah anggun tanpa dibuat-buat, seorang Nindy Kirani Putri kembali menjadi pusat perhatian. Dulu, karena menjadi sekertaris saat awal magang berujung menjadi sekertaris tetap. Sekarang, ia seorang istri pimpinan mereka.

"Siang bu," sapa Nada.

"Nad, gue belum setua itu dipanggil ibu," gerutu Nindy.

"Ya maap, eh buat pak bos ya?"

"Buat tikus kantor, ya buat suami gue lah. Btw dimana dia?"

"Meeting, palingan bentar lagi kelar,"

"Ya udah gue keruangan dia dulu ya," Nada mengangguk.

Cukup lama Nindy menunggu. Karena bosan melanda, Nindy asik bermain dengan kursi Shandy. Sudah lama ia tak duduk disini. Dulu, selama jadi sekertaris sering dijadikan bahan gabut.

"Lah, disini?"

"Ini, aku bawain tumis kangkung sama ayam goreng buat makan siang," ucap Nindy.

"Seharusnya kamu istirahat aja, aku bisa pulang," Nindy menggeleng dan memakan cemilan yang ada dimeja Shandy.

"Kak, kita ke dokter yuk," ucap Nindy. Ia juga penasaran, apakah sudah ada kehidupan di rahimnya?

"Oh iya, tiket honeymoon kita gimana kak?"

"Gue kasih Ricky, ntar beli lagi," ucap Shandy sambil sesekali menyantap makanan yang Nindy bawa.

"Kak, aku pengen kerja lagi deh," Shandy menatap sekilas istrinya. Mode cerewet nya kembali online.

"Kerja apa?"

"Jadi sekertaris, kangen nyatet pas meeting, presentasi, sama ngasih tau abis ini apa," Shandy mengangguk.

"Sekertaris dirumah ya, kalau gue butuh sesuatu tentang pekerjaan pas hari libur, lo yang bantu, gimana?"

"Setuju," ntah ada apa dengan hatinya. Saat ini bener-bener goodmood.

"Yuk," ajak Shandy setelah menyelesaikan makan siangnya.

"Kemana?"

"Katanya kedokter, ya ayo," Nindy hanya mengangguk. Nindy merangkul tangan Shandy posesif. Nindy akui kalau suaminya memang tampan, tak jarang pula para karyawati curi-curi pandang.

*:..。o○ ○o。..:*

Wajah cemberut masih diperlihatkan Nindy. Hasilnya masih negatif. Padahal ia sangat berharap. Ia masih dikantor suaminya, niatnya mau pulang tapi dilarang Shandy. Katanya mau ngakak makann diluar.

"Bete banget keliatannya," ucap Rindu. Mereka bertemu dipantri.

"Tadi gue kedokter, terus negatif," keluh Nindy.

"Ya bagus dong," sontak Nindy menatap Rindu bingung.

"Kenapa? Negatif covid kan?" Nindy mengerjapkan matanya berkali-kali.

"Gue perginya kedokter kandungan, Rindu,"

"Oh itu, ngomong kek. Lebih keras usahanya," ucap Rindu dan berlalu. Sebelum kena omelan maut dari istri bos nya itu. Nindy dibuat semakin kesal, karena seseorang menyenggol nya, alhasil minuman yang ia buat mengenai bajunya.

"Bisa ga sih jalan pake mata?!" sentak Nindy.

"Lo kali jalannya ga bener," balasannya. Sepertinya, Nindy baru melihat anak ini. Apakah anak magang lagi?

"Kayaknya gue baru liat lo deh, anak baru?" tanya gadis didepannya.

"I-iya kak, saya anak magang," ucap Nindy.

"Anak magang ga usah sok, disini gue senior lo," sentak nya.

"Maaf kak," balas Nindy. Mungkin ia akan bertanya kepada suaminya, siapa dia.

"Permisi, maaf Bu, ibu dipanggil Pak Shandy," ucap Robby dengan ramah.

"Saya?" tanya gadis yang ntah lah Nindy tak tau siapa nama gadis itu.

"Bukan," Nindy mengangguk.

"Meeting apaan sih Rob, lama banget," kesal Nindy sambil keluar dari pantri. Ini pertama kalinya ia bersikap jutek kepada Robby, karena biasanya ia hanya bisa ngebatin.

"Maaf bu, memang agak lama dari biasanya," balas Robby.

"Baju lo kenapa?"

"Ga papa, pulang yuk," Shandy beranjak menuju mejanya dan mengambil sesuatu didalam laci.

"Pake," ucap Shandy sambil menyerahkan hoodie nya. Hoodie yang sengaja ditinggalkan jika ia membutuhkannya dalam keadaan mendesak.

Setelah Nindy menggunakan hoodie tersebut, mereka keluar dengan tangan Shandy memeluk pinggang Nindy. Nindy tak menolak, ia tengah menikmati es krim yang Shandy pesan tadi.

"Rob, tadi siapa ya?"

"Itu Elis bu, pegawai baru," balas Robby. Mereka bertiga berada di lift yang sama dengan tujuan yang berbeda.

"Kenapa? Ada masalah sama dia?" Nindy menggeleng.

"Bisa ga sih, makannya ga blepotan?" ucap Shandy sambil mengusap sudut bibir Nindy yang terdapat sisa es krim.

















Robby be like : nyesel gue satu lift

Kalau beneran begitu gue pecat dia ~ Shandy

Pak Bos Shandy [END✔|| Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang