PD || Six

1.7K 107 3
                                    

"Nanya takdir sama bintang, Tuhan lo bintang? "

~~~~~

"Bukan gitu, gue ga mungkin cerita ketemen gue. Tapi gue pengen mencurahkan semuanya, sama siapa lagi kalau bukan sama bulan bintang? "

"Bulan bintang? Kayak judul lagu? "

"Emang ada? "

"Ada lah, yang gini kalau ga salah bulan bintang yang bersinar temanilah langkahku. "

"Sotoy.... "

"Malem-malem ga ada yang jualan soto. "

"Terserah lo deh. "

"Umi ga masak sayur lodeh, karna ga ada yang doyan. "

Nindy memijat pangkal hidungnya. Pusing rasanya menghadapi bos, eh ralat suami modelan begini. Ingin kabur dari sini, tapi ntar dicap istri durhaka.

"Pusing kan, makannya jangan diluar. Kena angin malam."

"Dah lah, gue mau tidur. "

"Eh bayar dulu snack gue. "

"Ga denger gue. " Jawab Nindy sambil menutup seluruh tubuhnya.

Sedangkan Shandy sendiri tersenyum. Secepat ini kah ia menyukai gadis di depannya? Ia akui kalau Nindy masuk kedalam tipe nya. Cantik, humble, cerewet dan mau aja dikerjai. Namun, bisakah ia menjadi imam yang baik untuknya? Bisakah ia membimbing Nindy kejalan yang benar? Sedangkan dirinya saja begini, ga bener-bener amat.

"Good night my wife. " Lirih Shandy. Bahkan sangat lirih, namun Nindy masih dapat mendengar nya.

"Good night to my husband somplak. " Batin Nindy dengan sedikit senyuman.

~~~~~

Pagi menyapa, untuk seminggu kedepan Shandy dan Nindy diliburkan oleh Adam. Untuk masa pengenalan saja.

Habis salat subuh, Nindy membantu Umi didapur. Ya walaupun pengalaman masaknya sedikit, tapi ia akan berusaha. Kalian tau sendiri lah, kalau di apartemen Zweitson yang masak. Bukan Nindy yang mau tapi Zweitson sendiri, katanya balas budi gitu.

"Nin.... "

"Iya umi"

"Kamu yang sabar yah ngadepin Shandy, dia orang nya emang gitu. "

"Iya umi. "

"Kesabaran gue aja udah abis Mi. " Batin Nindy.

"Kapan sepupu mu akan kemari? "

"Pulang sekolah, katanya satu sekolah sama Fiki. "

"Siapa namanya kak? "

"Astaghfirullah"

Bagaimana Umi dan Nindy tak terkejut, Tiba-tiba saja Fiki sudah berada dibelakang mereka. Padahal kalau jalan, suara langkah Fiki lah yang paling berisik.

"Hehehe sorry. "

"Zweitson Thegar. Kenal? "

"Kenal lah, my sohib. "

"Oh."

"Astaghfirullah, ngomong panjang, jawabannya cuma oh, dah lah aku mah apa atu. " Ucap Fiki sambil berlalu.

Umi dan Nindy tertawa pelan. Bungsu dan sulung dari Alfero memang mempunyai sifat yang sama. Sama-sama suka bikin lelucon. Sedangkan anak tengah Alfero hanya sedikit lebih serius. Dia tau kapan waktu bercanda dan kapan waktunya serius.

"Nindy keatas dulu ya umi, mau bangunin ka San. "

"Iya, SIRAM AJA KALAU GA BANGUN"

Nindy tersenyum, apakah kelakuan Shandy dirumah dan dikantor sama? Kalau iya, kuat juga mereka bertahan.

"Ya ampun ganteng banget kalau tidur"

Nindy tak berkedip memandang suami dadakan nya itu. Oke dia akui kalau Shandy tampan, tapi ketampanan tertutup oleh sifat ngeselinnya.

"Ngapain liatin gue? Ganteng? Iya gue tau. "

"Ge'er, bangun gih. Dah siang. "

Shandy mengambil ponsel dan menunjukkan layar ponsel tepat diwajah Nindy.

"Masih jam 6,berarti masih pagi. "

"Bangun ish. "

"Masih pagi. "

"Kaga bangun gue siram lo. "

"Ya Allah kutuk dia Ya Allah, ikhlas banget gue. " Ucap Shandy dengan mata yang masih tertutup.

Nindy membulatkan matanya, suaminya ini benar-benar ngajak ribut, cuma nyuruh bangun dikutuk? Astaghfirullah banget.

"Enak aja kalo ngomong, bangun Shandy Maulana yang gantengnya kalah sama Lee Min Ho"

Bukannya bangun, Shandy malah menaikan selimutnya hingga menutup seluruh tubuhnya. Karena sudah geram, Nindy mengambil air minum yang berada dinakas dan menyiramnya kearah Shandy.

"Eh gila lo ya"

"Bangun makannya"

"Durhaka lo, gue kutuk kayak maling kundang baru tau rasa. "

"Malin bukan maling"

"Yang bener maling"

"Malin, M A L I N Malin bukan maling, sekolah ga sih"

"Iya deh Malin, ngalah gue" Ucap Shandy sambil menaikan selimut nya.

"Astaghfirullah, bangun Shandy Maulana Alfero"

"Berisik tau"

"YANG UDAH NIKAH MAH BEDA!" Teriak Fajri. Ia sempat mendengar perdebatan antara Shandy dan Nindy.

"BOCIL DIEM LO" Balas Shandy.

"Bangun Ya Allah"

"Iya ini udah bangun istriku "

Sudah dipastikan wajah Nindy bersemu mendengar kata terakhir yang diucapkan Shandy. Ia tak tau kenapa akhir-akhir ini ia gampang baper?













Ya Allah sabar banget gue punya suami kek dia~Nindy

Seru ternyata pagi-pagi ngejailin istri, ~ Shandy

Cuma ini satu-satunya cara melihat anak sulung ku menikah ~ Adam Alfero

Ga gitu juga abiku yang ganteng, mending dijodohin daripada digrebek~Shandy

Bersabarlah aaaa~

Jangan lupa vote and komen oke?

Pak Bos Shandy [END✔|| Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang