PD || Twenty Six

1.2K 81 7
                                    

Makan malam telah tiba. Nindy dan umi baru saja selesai memasak makan malam. Meja makan yang biasanya hanya terisi lima orang, kini bertambah  dua orang.

"Bakal rame lagi kalau ada cucu nih," ucap bungsu Alfero. Ucapannya itu mendapat tabokan instan dari Fajri.

"Makan ga usah banyak omong," ucap Fajri. Fiki hanya berdecak mendengar teguran kakaknya.

Setelah makan malam, mereka berkumpul diruang keluarga, dengan Fiki yang asik bermain bola. Padahal sudah diperingati Fajri agar diam menonton, tapi namanya juga Fiki. Sampai akhirnya bola tersebut mengenai vas kecil yang ada disebelah TV, untung ga kenal TV nya.

"Kualat kan?"

"Hehehe maaf ," ucap Fiki sambil menbuang bolanya.

"Ganti SpongeBob kek, sinetron kaga paham gue," kesal Fiki.

"SpongeBob? Jam berapa sekarang?"

"Nonton The Doll yuk, gue udah download nih," ucap Fajri.

"Serem ga Ji?" tanya Nindy.

"Ya ga tau, kan belum nonton," mereka kompak mengangguk. Sedangkan umi dan abi, mereka sudah pergi untuk urusan bisnis.

Shandy hanya berdecak saat Nindy menjadikan tangannya penutup. Menurutnya, film yang mereka tonton ga ada serem-seremnya.

"Mau kemana Son?"

"Ambil minum, mau ga?"

"Ikut," Fiki mengikuti langkah Zweitson. Sepertinya Fajri akan menjadi nyamuk disini. Lihatlah, kedua kakaknya sedangkan bermesraan. Shandy yang asik bermain rambut Nindy, sedangkan Nindy sesekali mencengkram tangan Shandy saat hantunya muncul.

"Jangan mainin rambut gue bisa?" kesal Nindy.

"Enggak, abisnya rambut kamu wangi," balas Shandy.

"Kan abis keramas, jadinya wangi. Eh pake nya aku-kamu, ada maunya nih?" curiga Nindy. Shandy mengangguk sambil tersenyum.

"Ya Allah kutuk mereka yang bermesraan didepan adeknya Ya Allah," ucap Fajri dengan nada yang lumayan keras.

"Lo yang gue kutuk," balas Shandy.

Waktu berlalu, tak terasa usia pernikahan mereka menginjak 9 bulan. Shandy masih disibukkan dengan pekerjaan kantor, sedangkan Nindy kembali menjadi sekertaris dikarenakan Sekar undur diri. Ia sempat adu mulut dengan Nindy tanpa sepengetahuan Shandy, masalahnya sepele sih, cuma Sekar memperpanjang.

"Oh ya pak, hari ini ada meeting dengan karyawan inti untuk membahas masalah perkembangan perusahaan," ucap Nindy.

"Robby cariin saya sekertaris baru," Nindy membulatkan matanya, selama satu bulan ini ia tak membuat masalah.

"Baik pak," jawab Robby patuh.

"Lah saya bagaimana pak?"

"Gatel telinga gue denger lo manggil Pak," balas Shandy acuh. Ia masih fokus dengan beberapa berkas didepan.

"Terus, harus banget gitu manggil sayang dikantor? Ga profesional dong!"

"Apa ada saya kesah?"

"Dih kebanyakan nonton upin ipin, Rob jangan cari sekertaris baru cukup gue, kalau mau cari yang cowo ye," Robby hanya mengangguk. Daripada nanti salah jawab, repot.

Tiba-tiba saja perut Nindy terasa mual. Ia segera berlari ke kamar mandi yang ada diruangan suaminya. Shandy yang melihat itu bergegas mengikutinya.

"Salah makan lo?" Nindy menggeleng.

"Kedokter aja ya, gue takut lo kenapa-napa,"

"Ga perlu, gue ga papa kok,"

"Nurut bisa ga sih, buruan, Robby bilang ke karyawan inti kalau meeting ditunda 1 jam, paham?"

"Paham pak,"

Dengan terpaksa, Nindy mengikuti langkah suaminya. Seperti inilah Shandy, terlalu khawatir. Padahal ia hanya mual, mungkin masuk angin. Beberapa saat kemudian, mereka telah sampai di rumah sakit.

"Bagaimana dok?" tanya Shandy. Dokter Airin tersenyum.

"Ibu Nindy tidak sakit, pak, hal ini wajar saja pada kehamilan trimester pertama," jelasnya.

"Saya hamil dok?" tanya Nindy memastikan.

"Iya bu, usianya baru 14 hari, harap dijaga ya. Karena diusia ini masih sangat rentan keguguran," Shandy tersenyum, akhirnya yang ia nanti datang juga.

"Baik dok, terima kasih, kami pamit," senyum keduanya terlihat begitu jelas. Mereka tak tau harus berkata seperti apa lagi, mereka amat bersyukur.

"Gue anter lo pulang, abis meeting gue langsung pulang," Nindy yang sedari tadi sibuk menatap perutnya, kini menatap bingung Shandy.

"Aku kan sekertaris kakak, harus ada juga kali dalam meeting itu," kesal Nindy.

"Lo ga boleh cape, Nin," ucap Shandy lembut.

"Janji, ini meeting terakhir," ucap Nindy meyakinkan. Shandy hanya bisa menghela napas dan mengangguk pelan. Daripada ribut, makin ribet.






















Alhamdulillah, udah ngisi.
Nda mau basa basi, aing minta vote dari kalian. Gratis kok!

Pak Bos Shandy [END✔|| Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang