Malam kembali menyapa. Nindy tengah memikirkan sesuatu, omongan mamanya sore tadi. Ia hanya iseng menghubungi mama nya hanya sekedar kangen.
"Kenapa?" tanya Shandy.
"Mama minta cucu dari gue," balas Nindy begitu saja. Ia langsung menutup mulutnya saat menyadari ucapannya.
"Emang udah siap?"
"Ya-ya harus siap," jawab Nindy gugup.
"Ada cuti kapan?" tanya Nindy setelah beberapa saat terdiam.
"Kenapa?"
"Ya ga papa, pengen liburan berdua aja," jawab Nindy, namun beberapa saat kemudian ia merutuki dirinya, kenapa asal ceplos.
"Honeymoon?" goda Shandy.
"Besok juga bisa, eh jangan, kamu kan lagi halangan. Ga elite banget honeymoon tapi kamunya halangan," goda Shandy diikuti senyuman jahilnya.
"Dih, siapa juga yang minta honeymoon, orang gue mintanya liburan berdua," elak Nindy.
"Honeymoon," ucap Shandy tak mau kalah.
"Serah lo deh, eh terserah anda," koreksi Nindy. Ia tak mau ada perdebatan lagi antara dirinya dan Shandy. Melelahkan.
"Oke minggu depan otw Bali," teriak Shandy.
"Puncak!" balas Nindy. Sudah lama ia ingin singgah ke Puncak, namun selalu tak ada waktu.
"Bali," ucap Shandy tak mau kalah.
"Pun-"
"Alam baka, fiks no debat, m" ucap seorang pemuda yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Lo rela gue mati?" tanya Nindy.
"Ga sih, cuma ya sekali-kali honeymoon ke alam baka, ntar viral loh," ucap Zweitson tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.
"Serah lo, pokoknya Puncak, titik," ucap Nindy seraya berlalu.
"Kakak lo tuh," ucap Shandy memulai perdebatan dengan adik ipar nya.
"Istri lo bang," balas Zweitson tak mau kalah.
"Kakak lo."
"Istri lo."
"DEBAT AJA TERUS!" perdebatan berakhir, setelah suara menggelegar Nindy terdengar.
*:..。o○ ○o。..:*
Pagi kembali menyapa, matahari kembali menampakkan dirinya tanpa rasa malu sedikit pun. Nindy tengah bergelut dengan alat-alat masaknya. Menu masakan kali ini adalah nasi goreng plus ayam goreng. Cukup simpel.
"Selamat makan," ucap Nindy saat makanannya sudah tersedia.
"Do'a dong," lanjut Nindy saat adik dan suaminya hendak menyantap makanan tanpa membaca do'a terlebih dahulu.
"Bisamillah hirahmannirrahim, amin," ucap Shandy.
"Lo Shandy atau upin ipin sih," celetuk Nindy.
"Mimpin do'a yang bener ngapa," sambung Zweitson.
"Ye besar," ucap Shandy melanjutkan sarapannya.
"Suami yang tidak pantas ditiru."
Setelah sarapan, Shandy dan Nindy bergegas pergi kekantor. Sedangkan Zweitson sudah pergi dengan teman-teman nya.
"Serius mau ikut?"
"Serius lah, kenapa takut ketauan selingkuh?"
"Astaghfirullah, berburuk sangka mulu," ucap Shandy dengan nada sedikit kesal.
"PMS jangan jadi macan ngapa, jadi kucing aja," ucap Shandy berusaha menghilangkan rasa kesal nya. Jangan sampai kata-kata kasarnya keluar.
"Ga bisa," ketus Nindy.
Beberapa saat kemudian, mereka sudah sampai dikantor. Semua pasang mata menatap kehadiran mereka. Terutama Sekar, ia nampak tak suka dengan kedekatan Nindy, apalagi tangan Nindy bertautan dengan tangan Shandy.
"Pagi bos, bu bos," ledek Rindu.
"Pagi," jawab Shandy dengan nada datar.
Mereka menuju ruangan big bos. Mereka nampak begitu serasi. Padahal tak tau saja kalau dirumah mereka bagaimana.
Tok tok tok
"Masuk," jawab Shandy.
Terlihat seorang wanita cantik, tinggi dan bisa dibilang memiliki tubuh yang ideal. Ia menatap Nindy dan Shandy dengan tatapan yang berbeda.
"Apa liat-liat," ketus Nindy. Sekar hanya menggeleng pelan.
"Ada apa?"
"Hari ini ada meeting dihotel bintang lima," ucap Sekar menjelaskan.
"Jam?"
"Makan siang pak," jelas Sekar. Shandy menatap Nindy, ia meminta izin.
"Ga jadi makan siang bareng?" tanya Nindy dengan wajah kecewa nya.
"Ubah saja tempatnya disini, kalau mereka tidak mau batalkan saja meeting nya," tegas Shandy. Ia juga tak mau membuat istrinya kembali salah paham. Lelah menyakinkan istrinya, tidak profesional? Lebih baik kehilangan semuanya daripada kehilangan Nindy. Wanita seperti Nindy hanya satu.
"Tapi pak, ini proyek besar, bapak bisa rugi," ucap Sekar.
"Lebih baik saya rugi besar daripada saya harus membujuk istri saya, lebih sulit mengembalikan mood istri saya daripada mendapatkan kerjasama dengan perusahaan lain," ucapan Shandy membuat Sekar terdiam.
"Baik Pak, akan saya ubah, kalau begitu saya permisi," Sekar meninggalkan ruangan dengan tatapan sinis kearah Nindy.
"Eh jangan gitu kali, ga papa kamu meeting aja," ucap Nindy, walaupun hatinya tidak mengikhlaskan.
"Ga, waktu bersama kamu lebih berharga," jawab Shandy santai.
Pak bos😞
Nape? ~ Shandy
Jangan lupa vote ya cantiknya, gantengnya Nindy ~ Nindy
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Bos Shandy [END✔|| Terbit]
ФанфикTerbit di Firaz Media Publisher Bagaimana jadinya jika kita dijodohin sama bos kita? Apalagi bos nya tuh nyebelin banget, suka nyleneh. Namun, perjodohan ini berbeda dengan perjodohan pada umumnya, yang dibicarakan baik-baik dan bertemu disuatu kes...