PD || Seventeen

1.4K 110 0
                                    

Kini Nindy tengah menyiapkan makan siang untuk mereka bertiga. Nindy tak mempermasalahkan doa Shandy tadi, ga ada salahnya kan, seorang suami mengharapkan kehadiran buah hati? Hanya saja ia belum sepenuhnya siap menjadi seorang ibu.

"Bang, kalau mau merebut hati konsumen gimana ya?" tanya Zweitson ditengah makannya.

"Buat promosi sebagus mungkin, misalnya video, lo mau bisnis apa?"

"Jual lukisan aja, biar bisa menjangkau banyak wilayah," Shandy tersenyum, ini yang ia harapkan.

"Bagus, tapi gue saranin, jangan berharap lebih, optimis aja," ucap Shandy yang dibalas anggukan oleh Zweitson.

"Lo mau buka usaha?" lagi lagi Zweitson hanya membalasnya dengan anggukan pelan.

"Gue izinin, asal ga buat lo cape," pesan Nindy.

"Semua kegiatan itu cape kali, kayak gue cape banget punya bini model lo, udah bawel, cerewet, apalagi kalau bangunin pagi-pagi, udah kayak knalpot motor tau ga," ucap Shandy tanpa jeda. Hal ini membuat Nindy kesal dan langsung mengambil piring yang ada didepan Shandy, padahal Shandy belum selesai makan.

"Ga sopan," ketus Zweitson.

"Abang lo tuh ngeselin banget," jawab Nindy.

"Oh sekarang Bang Shandy abang gue?" goda Zweitson.

"Iya dong Son," sambung Shandy.

"Besok sarapan bikin sendiri!" Nindy beranjak menuju ruangan yang ada disana. Hari ini benar-benar hari yang menjengkelkan, lelah akan pekerjaan rumah, dibuat kesal pula.

"Gue ga ikut-ikutan," ucap Zweitson santai.

*:..。o○ ○o。..:*

Mentari kembali menampakkan dirinya. Sinarnya begitu menyilaukan, membuat siapapun enggan menatapnya dalam jangka waktu yang lama.

Seorang lelaki tengah sibuk membujuk istrinya agar mau mengeluarkan satu kata saja, ia rindu omelan dipagi hari.

"Nindy lo cantik banget deh, ngomong yuk," ucap Shandy untuk kesekian kalinya.

"Susah bang, coba lo bujuk dia pake benda yang berbau K-pop," usul Zweitson, ia juga lelah mendengar kakak iparnya terus mengeluarkan kalimat rayuan.

"Kalau lo mau ngomong, gue beliin lightstick BTS, belum punya kan?" ucapan Shandy membuat Nindy menatapnya intens, hanya memastikan.

"Plus photocard sama poster, gimana?" tawar Shandy lagi.

"Oke deal, sekarang siap-siap kekantor, walaupun lo bos nya, tapi harus tetep tepat waktu," oke omelan Nindy kembali keluar.

"Akhirnya, oke my wife," ucap Shandy, sebelum menuju kamar, terlebih dahulu ia mengecup kening Nindy.

"Gue berangkat, mual nih perut," ucap Zweitson seraya berlalu.

Setelah sarapan, Shandy berpamitan dengan wajah seperti biasanya, datar dan tanpa ekspresi. Shandy, si bos muda kembali. Dan kalian tau, Shandy akan menunjukkan sifat aslinya hanya pada orang yang ia cintai, seperti Nindy. Gadis itu sudah mengambil hatinya sejak obrolan singkat nya tentang jodoh. Masih ingat saat Nindy disuruh berangkat pagi-pagi hanya karena pertanyaan konyol Shandy?

"Jangan cemberut gitu, pulang kerja gue beliin semuanya, bila perlu BTS nya gue beli," ucap Shandy.

"Iya ini senyum," jawab Nindy diikuti senyuman, terpaksa. Mood nya sedang buruk saat ini.

"Makan siang mau dimasakin apa?"

"Apa aja, dianter kekantor ya, soalnya ada jadwal meeting abis makan siang," Nindy hanya mengangguk. Ia kembali masuk setelah memastikan suaminya itu pergi.

Nindy kembali ke aktivitas nya, apalagi kalau ga beberes rumah? Hanya ini yang dapat ia lakukan setelah ia di PHK suaminya sendiri. Lalu, siapa yang menjadi sekertaris Shandy? Laki-laki atau perempuan? Kalau perempuan, genit ga ya sama Shandy, oke Nindy akui kalau suaminya itu terlewat tampan.

"Ga boleh overthinking Nin, suami lo setia," gumamnya meyakinkan.

Karena gelisah, Nindy menghubungi Robby untuk mencari tau tentang sekertaris baru Shandy. Agak tertohok dengan pernyataan Robby kalau sekertaris baru Shandy adalah seorang perempuan, cantik dan masih single. Apakah Shandy akan tergoda?

"Ya Allah Nindy, ga baik berburuk sangka, apalagi dia suami lo," gumamnya lagi.

Nindy memilih menonton beberapa video BTS, daripada terus menerus overthinking dengan suaminya. Mau masak pun masih lama. Tapi kali ini, pikirannya tak dapat dikontrol, ia terus sama berandai-andai hal buruk yang akan menimpanya nanti jika suaminya berpaling.

"Nin lo kenapa? Lo ga pernah kayak gini loh," gumamnya.

Untuk masalah laki-laki ia tak pernah se overthinking ini, dan biasanya ia masa bodo jika laki-laki yang punya hubungan dengan nya mempunyai teman perempuan, tapi kenapa sekarang begini? Apakah ia sudah benar-benar mencintai Shandy?














Ga usah khawatir, Shandy setia kok

Karena lo udah nenangin gue, JANGAN LUPA VOTE YA!  ~ Nindy

Pak Bos Shandy [END✔|| Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang