2. Gavin?
•
•
•
Senandung kecil keluar dari bibir merahnya. Alunan musik yang ia dengar melalui earphone yang terhubung langsung oleh ponsel itu menambah kesan ramai di dirinya saat ini. Raga menutup matanya menikmati alunan musik yang terasa nyaman ia dengar. Suara wanita dan pria saling bersautan seolah menandakan bahwa lagu itu diciptakan dalam mode duet."Lagunya enak?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Rama yang menemani Raga saat ini.
"Enak, kak. Judul lagunya apa?"
"Bedroom. Lagu ini dinyanyiin sama JJ Lin dan Anne Marie"
Terjawab sudah pertanyaan Raga tentang judul lagu tersebut. Sekarang, yang menjadi pertanyaan Raga selanjutnya adalah tentang seseorang yang belakangan ini jarang muncul, mendengar nya saja Raga tidak pernah selama beberapa hari ini. "Kak"
"Iya? Kenapa?"
"Gavin dimana, kak? Kenapa dia jarang muncul belakangan hari ini? Aku ga pernah denger suara dia."
Rama tersenyum, ia menepuk perlahan pundak sang adik. "Gavin ke rumah kakeknya, Ga."
"Kok tumben ga pamit, kak?" Aneh sekali, biasanya orang bernama Gavin yang di sebutkan oleh Raga akan selalu memberi tahu segalanya kepada Raga. Tapi kenapa kali ini tidak?
"Cieee yang kangen sama gue" Raga tergelak ketika sebuah tangan menutup matanya.
"Gavin?" Raut wajah Raga berubah kala menyadari suara itu berasal dari suara orang yang dari tadi ia tanyakan pada Rama.
"Iya, ini gue. Kangen banget keknya" ledek Gavin dan menyusul duduk di antara Raga dan Rama.
"Ck, sempit nih, Vin. Baru dateng juga" keluh Rama yang merasa tempatnya duduk saat ini semakin kecil.
"Ngalah dong, kak. Kak Rama pergi aja. Kan aku mau kangen-kangenan sama sahabat tercinta ku ini" Gavin lantas merangkul pundak Raga dari samping.
"Kok ngusir? Ini rumahku, loh. Kamu juga baru dateng, main ngusir aja" walaupun ucapan Rama begitu, berbeda dengan tindakannya. Rama beranjak pergi meninggalkan Raga dan Gavin. Percuma juga Rama di situ jika hanya menjadi pendengar saja.
Melihat kepergian Rama, Gavin melepas rangkulannya dan menatap Raga. "Gimana kabar lo, Ga?" Tanya Gavin mengawali pembicaraan dengan Raga kali ini.
"Kayak biasanya, Vin."
Gavin tersenyum, ia mengubah pandangan lurus ke depan. "Kakek meninggal, Ga."
Raga tersentak kaget, nada bicara Gavin memang seperti biasanya. Tapi Raga tahu, Gavin tengah terpuruk saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKUAT RAGA [END]
Teen FictionDi saat anak seusianya mengejar ilmu dan bermain, ia harus memilih menghabiskan waktu di rumah. Ketika teman-temannya memikirkan tujuan hidup mereka, ia hanya mengikuti apa kata orang saja. Karena hidupnya memang tak memiliki tujuan. Namanya Raga, p...