Di saat anak seusianya mengejar ilmu dan bermain, ia harus memilih menghabiskan waktu di rumah. Ketika teman-temannya memikirkan tujuan hidup mereka, ia hanya mengikuti apa kata orang saja. Karena hidupnya memang tak memiliki tujuan.
Namanya Raga, p...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•
•
•
"RAFA!"
Raka tertegun. Ia menatap anak kecil dihadapannya dan wanita di seberang mereka secara bergantian.
Wanita itu mendekat dan langsung memeluk tubuh mungil bocah tersebut. "Sayang, kamu dari mana aja? Mama khawatir, Rafa ...."
Raka bungkam, ia benar-benar terpaku saat ini. Wanita di depannya dan anak bernama Rafa ini membuat detak jantung Raka tak bisa dikendalikan. Wanita itu ... Seperti ibunya!
"KAMU APAKAN ANAK SAYA?!" Bentakan keras tersebut membuat Raka berkedip dan membuyarkan lamunannya.
Manik Raka menatap wajah ibu dari Rafa. Kenapa bisa wajah beliau mirip dengan mendiang ibu Raka? Bahkan baju yang dikenakan olehnya, persis seperti baju yang Raka belikan untuk sang ibu di hari ulang tahunnya sebelum tiada. Apakah ada sesuatu yang kebetulan seperti ini?
"Tadi saya dengar jika kamu membentak anaknya, Apa jangan-jangan kamu penculik?"
"Ma ... Tadi om ini galak banget sama aku, aku jadi takut" cicitan yang dikeluarkan oleh Rafa menyebabkan sang ibu menatap Raka dengan penuh amarah.
"DASAR KURANG AJAR! Apa kamu gak punya hati? Anak saya masih kecil, bisa-bisanya kamu meninggikan nada bicara kamu sama dia! Saya yang ibunya saja tidak pernah berlaku kasar sama dia! TAPI KAMU–" Raka tidak bisa mendengar jelas apa yang dikatakan oleh wanita di depannya saat ini. Wajah wanita itu seolah berubah-ubah menjadi wajah Raga, ibunya dan musuh Raka.
Ketika ada wajah ibunya, maka raut yang muncul adalah kemarahan. Ketika wajah Raga, raut yang muncul adalah kesedihan. Dan wajah terakhir—wajah musuh Raka, disana tercetak jelas sebuah kebahagiaan.
Raka menutup mata dan menaruh tangannya di telinga. Ia berjalan mundur, ia merasa ada yang tidak beres. Semakin ia menghindar, bayang-bayang beberapa orang tadi semakin muncul.
"AAAKHHHH!"
Mata Raka terbuka dengan gelisah. Ia melihat ke sekitarnya, ini adalah gudang sekolah. Lalu, soal kejadian yang dialaminya tadi hanya mimpi? Memang tidak jelas, tapi Raka merasakan sesuatu. Merasakan bahwa sebenarnya, mimpi tadi memberi Raka sebuah peringatan.
• S E K U A T R A G A •
Tak
Raga tersadar dari lamunannya ketika mendengar suara gelas yang bersentuhan langsung dengan meja. Pemuda itu sedikit meraba ke samping guna mencari keberadaan sang kakak yang membawakan segelas susu untuk ia minum.