22. Obati Luka
•
•
•
Rama menatap kaki Raga yang terbalut selimut dengan tatapan kosongnya. Sudah empat hari, tapi Raga masih enggan untuk membuka mata. Ia selalu menemani Raga tanpa mau menginjakkan kaki keluar dari ruang rawat Raga. Rama hancur, ia hancur melihat kondisi Raga. Belum lama Raga dirawat, dan sekarang harus dirawat lagi dengan keadaan yang semakin parah.
Selama ini Rama tidak pernah melihat Raka menjenguk Raga. Rama tidak peduli lagi, semua itu terserah Raka. Saat ini Rama ingin fokus terhadap keadaan Raga terlebih dahulu.
Ceklek
"Rama, ada yang ingin saya bicarakan mengenai tranplantasi ginjal Raga."
Rama berdiri, "Apa itu, Dok?"
Transplantasi ginjal, pengobatan cara ini dilakukan agar Raga dapat hidup dengan dua ginjalnya lagi. Kesehatan Raga akan terus menurun jika ia hidup hanya dengan satu ginjal.
Dokter Arifin berpindah tempat ke dekat Raga, ia mengusap pelan tangan Raga dan tersenyum. "Saat ini masih susah untuk nyari ginjal buat Raga. Golongan darah Raga O, sebenarnya tidak langka. Karena ini ginjal, maka mendapatkannya sulit. Pihak rumah sakit masih mencoba untuk mencari pendonor. Apalagi kondisi Raga saat ini juga gak memungkinkan dia untuk ngejalanin transplantasi ginjal. Kita harus nunggu sampai kondisi Raga bener-bener stabil."
Rama kembali duduk dan ia memijat pelipisnya. Kenapa harus seberat ini cobaan untuk Raga?
"Kalo gitu saya pergi, ya, Ram. Udah ada janji sama pasien."
"Silahkan, Dok."
Pintu kembali tertutup setelah Dokter Arifin keluar dari ruang inap Raga. Rama semakin khawatir dengan kehidupan Raga selanjutnya. Apakah Raga akan baik-baik saja dengan segala keterbatasan yang ia miliki? Rama tahu Raga kuat, tapi kekuatan manusia ada batasnya.
Tok
Tok
Ketukan pintu bersuara di dalam diamnya Rama. Lelaki itu bangkit dan membuka pintu ruang inap Raga. "Arena?"
"Hai, Ram!"
"Eh? Hai. Masuk dulu, Na."
Arena mengangguk, ia memasuki ruangan tersebut. Gadis itu terdiam, wajah Rama kusut sekali. Bahkan ia tidak menemukan sampah makanan maupun makanan sedikitpun. Bau makanan saja tidak ada. Ini Rama yang memang selalu makan diluar atau Rama belum makan? "Oh ya, Ram. Ini ada buah sama kue. Tadi mama gue baru aja bikin resep kue baru, karena gak ada yang bisa dijadiin sebagai pencicip, gue bawa ini deh buat lo. Cobain gih, gue gak terlalu suka sama kue soalnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKUAT RAGA [END]
Teen FictionDi saat anak seusianya mengejar ilmu dan bermain, ia harus memilih menghabiskan waktu di rumah. Ketika teman-temannya memikirkan tujuan hidup mereka, ia hanya mengikuti apa kata orang saja. Karena hidupnya memang tak memiliki tujuan. Namanya Raga, p...