- { 15 } -

971 81 7
                                    

15. Makam

"Terimakasih banyak atas waktu dan pelayanannya ya, dok. Maaf kemarin-kemarin kita gak bisa cuci darah tepat waktu" tutur Rama yang baru saja keluar dari ruangan Dokter Arifin.

"Iya, gapapa, Ram. Ingat ya, jangan sampai kalian telat lagi. Ini masih nggak masalah karena baru awal dan telat dua kali. Tapi, jangan keseringan, nanti kondisi Raga bakalan makin turun. Raga juga, banyak-banyak istirahat ya, Ga" Dokter Arifin mengusap pelan kepala Raga. Bagi beliau, Raga itu seorang anak kuat yang juga mampu memberikan kekuatannya pada orang lain. Melihat Raga membuat ia sangat bersemangat menjalani hari-harinya, melihat Raga juga membuat Dokter bernama Arifin itu bersyukur.

"Iya, dok. Kalo gitu kita duluan ya. Mari" baru saja ingin pergi, namun suara dokter Arifin menghentikan Rama yang akan membantu Raga berjalan.

"Tunggu bentar, Ram"

Rama berbalik, begitu juga Raga. "Kenapa, dok?"

"Besok kalian ada waktu gak?" Tanya Dokter Arifin.

"Ada, dok. Ada apa?" Balas Rama kepada dokter yang memiliki usia tiga puluh tujuh tahun.

"Besok bisa datang ke rumah saya? Besok tepat ke seratus hari anak saya meninggal dunia, saya dan istri saya kesepian karena dia anak tunggal kami. Saya pikir kalian bisa datang lalu menghibur sedikit istri saya. Karena saya yakin, kalian bisa mengubah suasana hati istri saya" Rama belum menjawab ajakan Dokter Arifin, ia justru menatap dahulu ke arah Raga. Apa adiknya akan baik-baik saja dan menyetujuinya?

"Sebelumnya mohon maaf, dok. Tapi apa istri dokter mau sama aku yang buta kayak gini? Aku takut nanti malah bikin malu di sana" Dokter Arifin dan Rama terkatup sejenak. Ucapan Raga terdengar pilu, padahal Raga mengucapkan itu dengan tersenyum.

"Engga kok, Ga. Justru istri saya sangat senang kalo bisa ketemu kamu. Dia kepo sama kamu, Ga. Dan saya harap kamu bisa dateng besok untuk mendoakan anak saya serta menghibur istri saya" terdengar helaan nafas yang di keluarkan dari mulut Raga, namun ia tetap tersenyum tanpa ada niat membalas ucapan Dokter Arifin.

"Ya udah, dok, lihat gimana nya besok aja" Dokter Arifin mengangguk. Setelah itu Rama dan Raga pamit untuk pulang yang sesungguhnya.

• S E K U A T   R A G A •

Mobil Rama terparkir mulus di tempat parkir Tempat Pemakaman Umum atau TPU. Seperti yang telah Rama katakan pada Raga, ia akan membawa Raga mengunjungi keluarganya yang telah berpulang. Sejujurnya, Rama ingin membatalkan rencana untuk mengunjungi makam sang adik juga orang tuanya. Alasan Rama karena ia baru saja menemukan masalah baru yang membuat ia harus menanggung satu beban berat lagi. Dan karena ia tidak bisa menolak Raga, berakhirlah Rama menjadi sosok yang pilih kasih.

SEKUAT RAGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang