11. Why?
Kali ini suasana rumah tak seperti biasanya. Suara dengungan di telinga sangat terdengar jelas. Rumah ini terasa benar-benar sepi. Padahal, ada beberapa manusia yang tengah membuka mata, bahkan, saling pandang satu sama lainnya.
"Ekhem..." Suara deheman dari mulut Gavin membuat kedua saudara itu memfokuskan diri pada Gavin.
Gavin yang merasa kini telah menjadi perhatian diantara dua orang tersebut menaruh sendoknya dengan keadaan dibalikkan. "Jadi? Bisa jelasin ke gue?"
Tak
Raka menaruh sendok serta garpu nya dengan kasar. Nafsu makannya menghilang bersamaan dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Gavin. Tangan Raka meraih gelas lalu meneguk air di dalam gelas hingga tandas tak tersisa.
"Kakak udah jelasin semua ke kamu, Vin. Sekarang saatnya kamu sama kakak dengerin penjelasan dari sang pelaku" ujar Rama yang terdengar sedikit---dingin. Nada bicara Rama itu membuat keadaan saat ini menjadi tegang dan canggung.
Raka yang merasa di sindir pun menatap sinis Rama. "Apa perlu gue jelasin yang jelas ke lo semua?"
Rama terkekeh meremehkan. "Kuncinya mana?" Tanyanya yang masih menggunakan nada dingin.
"Gue gak akan kasih kuncinya ke siapapun. Dia akan keluar saat gue udah mau membuka kan pintu untuk dia sendiri" Raka benar-benar memiliki tujuan tertentu saat ini. Biarlah si adik berdiam diri di kamar. Raka menghela nafasnya sejenak. "Itu adalah hukuman dari kesalahan dia."
BRAKK
"GILA LO, KA!" Gavin tersentak kaget ketika mendengar gebrakan meja dan teriakan yang baru saja dikeluarkan oleh Rama. Baru pertama kali ini Gavin mendengar Rama berbicara menggunakan panggilan lo-gue kepada adik-adiknya.
"Terserah, kak. Gue lagi gak mau berantem sama lo. Gue cabut" baru saja ingin beranjak dari tempat duduknya, sebuah ucapan mampu menghentikan Raka.
"Kenapa, Ka? Gue tanya sama lo, kenapa? Kenapa lo benci sama Raga? Kenapa lo selalu berlaku kasar sama Raga? Kenapa lo gak pernah ngertiin perasaan Raga? Kenapa lo selalu menyalahkan Raga? KENAPA, HAH?! JAWAB GUE!" Kali ini, Rama ingin tahu alasan Raka membenci Raga. Rama ingin tahu kesalahan Raga mana yang tidak bisa dimaafkan oleh Raka. Pertanyaan yang telah Rama pendam selama bertahun-tahun, harus segera terpecahkan saat ini. Rama mau hal itu terbuka hari ini, sekarang, tepat di menit dan detik ini.
Raka menutup matanya. Ia menatap datar sang kakak dan berdiri. "Lo tanya kenapa? Jawabannya ada di bingkai foto itu dan–"
"Di kesempurnaan dia."
Raka menyambar tas nya dan pergi dari sana untuk menuju ke sekolah tanpa memperdulikan tatapan nyalang Rama maupun Gavin.
Setelah melihat Raka yang pergi, Rama menoleh ke arah bingkai foto yang ditunjukkan oleh Raka. Foto keluarga yang masih utuh. Foto yang di ambil sepuluh tahun lalu. Foto dimana orang tuanya masih hidup, foto dimana Rafa masih bersama mereka, dan foto dimana Raga belum kehilangan penglihatan. Rama berjalan menuju bingkai foto besar tersebut. Mengusap pelan bingkai foto yang menjadi kenangan dari saudara maupun orangtuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKUAT RAGA [END]
Teen FictionDi saat anak seusianya mengejar ilmu dan bermain, ia harus memilih menghabiskan waktu di rumah. Ketika teman-temannya memikirkan tujuan hidup mereka, ia hanya mengikuti apa kata orang saja. Karena hidupnya memang tak memiliki tujuan. Namanya Raga, p...