- { 12 } -

976 94 2
                                    

12. Miss and Fail

 Miss and Fail

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kehangatan ini, Raga rindu. Pelukan hangat dari Rama dan juga usapan lembut yang kakak sulung Raga tersebut berikan. Hangat sekali rasanya. Terhitung sudah selama dua hari ia dikurung oleh Raka. Dan sore ini, Raga sudah bebas. Tidak dikunci sendirian di kamar lagi seperti hari-hari lalu.

Rama mengurai pelukannya, "Kamu gapapa 'kan, Ga?" Dengan mata yang merah, Rama bertanya.

Raga menggeleng, ia meraba tangan Rama mencari telapak tangan sang kakak untuk ia genggam. "Aku baik-baik aja, kak. Seneng rasanya udah bisa ngerasain sentuhan dari kakak."

"Kakak khawatir banget sama kamu, Ga. Sekarang kita makan, ya. Kakak tau pasti kamu laper. Selama dua hari kamu ga makan. Yuk!"

Tarikan tangan Rama terhenti saat Raga tidak mengikuti pergerakannya. Rama memutar badan menatap Raga seolah bertanya.

"Aku ga laper, kak. Aku udah kenyang makan tadi siang."

Rama diam tidak menyahut. Pegangan tangannya ia uraikan membuat kerutan di kening Raga. "Ya udah, kalo gitu kakak mau ngerjain tugas dulu. Kamu mau ngapain? Biar kakak bantu" semakin besar pertanyaan di kepala Raga ketika mendengar ucapan Rama. Ada apa dengan Rama? Tidak biasanya ia begitu.

"Aku nemenin kakak aja. Ga ada kerjaan juga" balas Raga.

"Eh, tapi kamu kan belum mandi. Kita mandi dulu aja, ya? Udah berhari-hari kamu gak mandi."

"Enggak, kak. Aku udah mandi. Selama aku dikurung, aku udah makan, udah mandi. Kakak gak usah khawatir lagi, ya."

Benar juga, tubuh Raga baunya sangat harum, baju Raga juga sudah digantikan. Apa semua hal itu Raka yang melakukan? Ah, Rama kurang yakin. Tapi, siapa lagi jika bukan Raka? Apa mungkin ada orang lain?

"Ya udah, kamu ikut kakak ke kamar kakak aja. Sini, kamar kakak naik tangga, pegang terus tangan kakak" Rama kembali menautkan kedua tangannya dengan tangan Raga.

***

Dengan menyunggingkan senyum miringnya, pria itu meremas foto seorang remaja. Ekspresinya seketika berubah menjadi merah padam, ia membanting foto itu dan menginjak-injak foto yang sudah tertekuk tersebut.

"DUA KALI PERCOBAAN GAGAL, KALIAN NGAPAIN AJA? Gak becus banget jadi orang!" Makinya pada beberapa orang yang ada di hadapan pria dengan seragam putih abu tersebut.

"Maaf, bos. Tapi emang susah banget buat ngehabisin mereka" cicit salah satu diantaranya.

"Dia itu cuma anak buta! Dan tugas kalian, cuma nyelakain dia. SUSAHNYA DIMANA? Tinggal gerak dikit, dia bisa abis di tangan kita. Tapi apa? Lo semua emang gak berguna!"

Ceklek

Seluruh pria tadi menatap pintu ruangan yang terbuka. Di sana ada remaja yang duduk di bangku SMP, terlihat dari pakaiannya yang mengenakan seragam putih biru, sesuai dengan seragam anak SMP di negara ini.

"Lo semua keluar!" Mendapatkan perintah yang tidak bisa dibantah dari atasan mereka, lantas mereka pun segera menurutinya. "Mau apa lo?"

"Lo nyelakain Raga lagi, Bang?"

"Kalo iya kenapa? Masalah buat lo? Gak, 'kan?"

"Lo bilang bukan masalah buat gue? TENTU MASALAH LAH, BANG!"

"No, lo tu gak tau apa-apa tentang gue! Mending lo diem dan ikuti alur mainnya. Jangan sampe lo bakalan ikut jadi korban dipermainan yang gue buat. Sebenernya sih gak masalah, tapi gue masih mikirin Papi!" Remaja SMA tadi keluar dari ruangan remang-remang tersebut, meninggalkan sang adik yang tengah menghela nafasnya.

***

Raka baru saja menginjakkan kakinya keluar dari sekolah yang ia tempati untuk menuntut ilmu. Sesungguhnya jam pulang sudah lewat dua jam, namun ia tadi tertidur di gudang sekolah hingga tidak menyadari bel pulang.

Grap

Raka merasakan ada sesuatu yang menabrak tubuh bagian belakangnya. Ia memutar badan dan menatap kearah anak kecil yang menekuk mulutnya bersedia mengeluarkan tangisan.

"Huwaaa!!" Bocah pria itu menangis, respon Raka hanya mengernyit. Raka menoleh ke sekitaran, tidak ada siapapun, sepertinya anak ini hanya sendirian.

Raka berjongkok menyamakan tingginya dengan sang anak, "kenapa?"

"HUWAAAA!!"

Bukannya tenang, anak itu semakin menangis membuat Raka bingung sendiri. "Lo-k-kamu gapapa?" Setelah mengucapkan kalimat itu Raka justru menampar mulutnya. Ia sungguh merasa aneh dengan kalimat kamu yang baru saja ia keluarkan.

"MAMA!"

Raka semakin dibuat bingung, sebenarnya anak ini kenapa? "Iya? Mama? Maksud kamu apa? Mama siapa?"

"Mamaku, dia hilang, om!" Raka tertegun mendengar ucapan bocah itu. Dia bilang apa? Om? Ayolah, Raka masih SMA, apa ia setua itu?

"Ganti kata om jadi kak!"

"HUWAAA!! Om-nya galak!" Bolehkah Raka membanting anak tersebut saat ini?

"RAFA!"

"RAFA!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Long time no see, Smoochies!

Entah deh kalian masih suka sama jalannya cerita ini atau gak. Makin kesini aku makin gak pede sama cerita ini T_T tapi coba dilanjutin dulu aja, ya. Aku ada rencana ubah alur setelah namatin ini—masih gak tau deh. Doa-in aja supaya aku gak ngaret buat nulis wkwkwk. Doa-in juga, semoga banyak waktu luang buat aku nulis, yaa.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian!

-SmoothyCha

SEKUAT RAGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang