Di saat anak seusianya mengejar ilmu dan bermain, ia harus memilih menghabiskan waktu di rumah. Ketika teman-temannya memikirkan tujuan hidup mereka, ia hanya mengikuti apa kata orang saja. Karena hidupnya memang tak memiliki tujuan.
Namanya Raga, p...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•
•
•
Pyarrr
"Kakak!"
Raga tersentak kaget. Ia memegangi kepalanya yang terasa berdenyut. Barusan ia mendengar suara seperti pecahan kaca dan ...
... Adiknya.
Raga tidak tahu perasaan apa yang menghampirinya saat ini. Tapi, Raga merasa tidak enak dengan perasaannya sendiri. Perasaan takut, namun tenang. Perasaan macam apa itu?
"TOLONG!"
Raga makin dibuat gelagapan. Itu tadi suara Rafa dan Rama, 'kan? Katakan bahwa Raga tidak salah dengar kali ini. Ia tidak tahu itu halusinasinya atau mungkin bukan. Hanya saja, suaranya terdengar sangat nyata. Seperti benar-benar ada suara itu di sini.
"Kalian dimana?" Raga melangkahkan kakinya tak tentu arah dengan tangan yang terus meraba sekitar.
Deg
Langkah Raga terhenti ketika merasakan celakan di tangannya. Ia mencoba berbalik dan meraba tangan tersebut. "Kamu mau kemana?" Ah, suara milik kakak sulungnya. Aroma tubuh yang di pancarkan orang tersebut pun adalah aroma tubuh Rama. Berarti, orang itu benar Rama.
"Kakak tadi kemana?"
"Nyalain lampu, Ga. Tadi gelap banget rumahnya, gak ada lampu yang nyala" Raga memangut paham membalas jawaban dari Rama.
"Ayo kita tidur dulu, besok jadi kamu mau ke rumahnya Dokter Arifin, 'kan?"
Raga tersenyum lantas mengangguk. "Iya, kak."
***
Pagi hari ini cukup sepi karena Rama dari kemarin sama sekali belum melihat Raka. Memang sudah biasa Raka pergi tanpa izin dari kakaknya. Hanya saja, hari ini Rama ingin mengajak sang adik sulung untuk ikut ke rumah dokter yang menangani penyakit ginjal Raga---Dokter Arifin.
Rama berjalan menuju halaman rumahnya dengan membawa sebuah gembor. Pertama Rama berjalan ke arah persemaian tanaman yang ia tanam beberapa hari yang lalu. Letak tanaman yang masih berupa bibit itu ia letakkan di dekat teras agar tidak mendapatkan terlalu banyak cahaya maupun air jika hujan turun. Belakangan ini panas menerjang bumi hingga tanamannya kekurangan air. Terbukti dari beberapa tanaman yang Rama miliki di halaman rumahnya terlihat layu.
"Udah pada layu semua. Lupa diperhatiin malah pada layu gini," gumam Rama seorang diri.
Kegiatan Rama menyirami tanaman terhenti ketika melihat Raka yang masuk ke area rumah. Pakaian Raka masih sama seperti sebelumnya, menggunakan seragam sekolah.