6. Rafa lagi
•
•
•
Mata Raga terpejam erat menahan sakit. Tangan Raga mencekram kuat tepian ranjang yang ada di sampingnya.Kepala Raga terasa sakit, dadanya terasa ditekan dan sesak. Ditambah lagi, ada rasa nyeri di perut serta punggung. Sungguh, ini semua membuat Raga merasakan ketidak nyamanan. Rasanya, seluruh tubuh Raga merasa sakit.
"AAAKHHH!!" Raga menjerit. Tapi Raga sadar, tidak ada yang bisa membantu nya saat ini. Keadaan rumah yang hanya dihuni oleh Raga membuat ia akan kesusahan mencari bantuan.
Perlahan, Raga bangun dan mulai terbaring di ranjang. Sungguh menyesakkan sekali rasanya.
Raga meringkuk, perutnya sangat nyeri. Kepalanya pun semakin sakit. Raga tidak bisa melakukan apa-apa. Memejamkan mata nya adalah cara yang dapat Raga lakukan saat ini.
Raga mencoba untuk tidur, dengan harapan ketika ia bangun nanti rasa sakit nya akan berkurang atau mungkin tidak ada lagi rasa sakit ini.
Semoga saja.
***
Mata Raga terbuka kala merasakan tepukan di pipinya. Tanpa penglihatan dari Raga, di sana ada seorang pria yang tersenyum menatap nya.
"Udah bangun lo?" Suara itu, suara sahabatnya, Gavin.
"Kirain siapa, ngapain di sini?"
"Nemenin lo lah. Gue bosen di rumah. Oh ya, Ga, gue denger-denger. Beberapa hari yang lalu lo mau ketabrak ya?"
"Iya, Vin. Lima hari yang lalu kejadiannya. Gue masih mikir-mikir deh, Vin. Kalo semisal gue beneran ketabrak, apa yang terjadi sama gue, ya? Mati? Patah tulang, atau apa?" Gavin menatap nyalang Raga, ia menjitak dahi Raga hingga sang empu merintih.
"Pikiran lo aneh-aneh aja, Ga. Ngapain coba mikirin suatu hal yang ga akan terjadi sama lo" Perkataan Gavin benar juga. Namun, apakah hal itu mungkin? Semoga saja Tuhan selalu melindungi Raga.
"Ck, ga usah di pikirin, Ga. Mending kita makan dulu, yok! Gue bawain burger buat lo" Gavin mengambil papper bag yang ada di bawah, lalu ia mengambil salah satu burger dan menyodorkannya pada Raga. "Nih"
Tangan Raga meraba depannya, ia mengambil burger di tangan Gavin lalu memakannya. "Makasih, Vin"
"Masama"
Mereka memakan burger itu dengan tenang. Ah ralat, hanya Gavin saja yang tenang. Di tubuh Raga saat ini tidak tenang. Sakit di kepala serta punggung nya datang lagi. Raga mencoba menahan rasa sakit tersebut, jangan sampai Gavin cemas ataupun tahu keadaan Raga saat ini. Karena Raga telah mengambil keputusan, biarkan dia merasakan sendiri kesakitan ini tanpa menggangu gugat orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKUAT RAGA [END]
Teen FictionDi saat anak seusianya mengejar ilmu dan bermain, ia harus memilih menghabiskan waktu di rumah. Ketika teman-temannya memikirkan tujuan hidup mereka, ia hanya mengikuti apa kata orang saja. Karena hidupnya memang tak memiliki tujuan. Namanya Raga, p...