- { 7 } -

1.2K 127 8
                                    

7. Tentang Penyakit

"Raga? Adik gue? GUE GA PERNAH MERASA PUNYA ADIK BUTA DAN GA BERGUNA KAYAK DIA!"

Raga benar-benar tidak dapat menahan rasa sakit ini. Siapa yang tidak sakit jika dirinya tidak di anggap oleh sang kakak sendiri?

"Raka–

"Cukup, kak. Jangan berantem lagi" Raga menghirup nafasnya dalam-dalam. Ia memajukan langkahnya. "Bener saat ini kalian ada di hadapan aku?"

"Iya, Ga. Bener" saut Rama.

"Kak Rama, aku mohon, jangan berantem lagi sama kak Raka hanya karena ucapan kak Raka tentang aku. Kak Raka ga salah, dia berucap fakta tentang aku, kak"

"Gavin, gue tau lo tadi berantem sama kak Raka sampe lo babak belur, itu semua karena gue. Gue minta, jangan sampe hal ini terulang lagi. Karena gue ga kuat kalo orang yang gue sayangi terluka kayak gini." Raga menutup matanya sejenak, mencoba memberanikan diri berbicara kepada kakak keduanya. "Dan untuk kak Raka, maafin aku kalo dengan aku hidup ini membuat kak Raka marah. Maafin aku juga karena udah menjadi penyebab kematian Rafa."

"Tapi aku mohon. Izinkan aku untuk membuat kalian tersenyum sekali saja. Walau aku tau, senyuman kalian ga akan pernah aku lihat"

"Ga, lo udah bikin gue senyum setiap saat. Jadi, gue udah ngizinin lo dari lama" Celetuk Gavin.

"Iya, Ga. Kakak selalu tersenyum sama kamu. Karena kamu adalah kekuatan kakak" ucap Rama menimpali.

"Tapi ga sama gue! Sampai kapan pun, senyuman gue hanya untuk orang-orang yang gue sayang." Raka mendekat kepada Raga. "Bukan buat orang yang gue benci" desisnya tepat di depan wajah Raga. Setelah itu, Raka berjalan melewati Raga.

Belum beberapa langkah Raka berjalan, suara Raga menghentikan langkahnya.

"Apa sama sekali ga ada kesempatan untuk aku bikin kak Raka tersenyum?" Tanya Raga tanpa mengarahkan badan maupun kepala menghadap Raka.

Raka memutar badannya kembali mendekat kepada Raga. "LO PIKIR LO PANTES DAPET PERHATIAN DAN SENYUMAN DARI GUE, HAH?! RAFA AJA BISA MANDIRI, KENAPA LO ENGGA? DASAR GA GUNA"

"Aku tau aku ga guna. Tapi–"

Raga menutup mata. Kepalanya sangat pening. Sakit dibagian perut mendatangi Raga kembali. Pinggang nya pun begitu nyeri. "A-aakhhh" rintihan keluar dari mulut Raga.

Bruukk

"Raga!" Rama berlari ke arah Raga ketika melihat adik bungsunya tergeletak jatuh.

SEKUAT RAGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang