"Koookieeeeeeee"teriakan itu terdengar dari Seokjin yang tengah berada di dapur. Mama dan Papa sudah kembali ke London, kita lewatkan saja drama yang selalu sama setiap Papa dan Mama kembali ke London.
Bola berkaki itu berlari ke dapur dengan squishy di tangannya.
"Da teliak! Da!" ujar Kookie sedikit mengomel.
"Ini susunya, Kookie dari tadi dimana, sih? Kakak tidak bisa lihat" gerutu Seokjin seraya memberikan botol susu Kookie.
"Posotan" ujar Kookie sebelum memasukkan dot ke bibir kecilnya.
Seokjin pun memandang Kookie dengan kedua tangan di lipat di depan dadanya. Ada yang tidak enak dilihat, batin Seokjin.
"Kookie?" ujar Seokjin.
"Hmm"
"Rambutnya sudah panjang, potong ya?" ujar Seokjin. Ya, Seokjin menemukannya. Poni bocah buntal itu sudah mulai menutupi mata, begitu pula dengan rambut bagian sampingnya yang sudah menutup pangkal telinganya.
"Ambut tapa?" tanya Kookie.
"Rambut Kookie, dong" jawab Seokjin.
"Ditotong?" tanya Kookie lagi.
"Iya dipotong sedikit" ujar Seokjin mengangguk.
"Da! Da Uti! Da ambut! Da!" ujar Kookie. Melepas dotnya dan memegangi rambutnya. Alisnya menukik dan bibirnya mengerucut tanda tak setuju dengan usul Seokjin.
"Sedikit saja Kookie, tidak sampai lima menit" ujar Seokjin.
"Da!"
"Habis itu mandi strawberry"
"Da! Da!" ujar Si buntal tetap pada pendiriannya. Rambutnya keren dan jika dipotong artinya kerennya hilang, logika Kookie.
"Ice cream Strawberry paling enak sepuasnya" ujar Seokjin tak menyerah. Oke, itu sudah menyangkut kesukaan Kookie. Si buntal menatap langit-langit rumah, menimbang-nimbang pilihan tersebut.
"Ditambah ice cream vanilla cokelat" bubuh Seokjin.
"Oke, da banak-banak potongna!" ujar Kookie bersyarat membuat Seokjin tersenyum penuh kemenangan.
"Mau ke salon atau Kakak potong sendiri?" tawar Seokjin kemudian.
"Aka" ujar Kookie yang kini duduk nyaman di depan TV dengan susu cokelatnya.
"Okay" ujar Seokjin kemudian berbalik menuju dapur dan mengambil gunting dapur. Kemudian mengambil handphonenya dan mempelajari cara memotong rambut anak-anak dari sana.
"Hmm, sederhana" gumam Seokjin setelah menonton video tutorial sampai selesai. Ia dengan penuh percaya diri menghampiri adiknya yang sibuk dengan kukis cokelatnya.
"Kookie menghadap depan" ujar Seokjin memerintah. Kookie pun menurut saja. Ia merubah posisi duduknya masih dengan tangan yang dengan lihainya mengambil kukis cokelat yang hampir habis.
"Hmm.. Disini sedikit, disini juga, disini.." gumam Seokjin seraya mengingat-ingat tutorial yang ia lihat di video sebelumnya.
"Ini lebih mudah dari pada memotong usus buntu" gumam Seokjin lagi.
"Ah, oh!" desah Seokjin terkejut kala ia menyadari membuat kesalahan pada bagian depan rambut Kookie. Ia memotong terlalu pendek membuat wajah Kookie terlihat semakin bulat.
"Udah, Aka?" tanya Kookie kala Seokjin terdiam memandangi wajah si buntal.
"Sebentar ya, Kakak berpikir dulu" ujar Seokjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Well, Hello Kookie!
FanfictionKim Kookie, Bayi berusia dua tahun yang baru saja kembali ke tengah-tengah keluarga Kim setelah di 'titipkan' di sebuah penitipan yang ternyata bermasalah. Kembalinya si bungsu ternyata kurang mendapat kesan baik bagi Kakaknya. Berbagai masalah mula...