"Seokjin""Kim Seokjin.."
Suara lembut itu membangunkan Seokjin dari tidur tidak nyamannya. Bagaimana bisa menikmati tidur kalau ia harus duduk memangku Kookie sepanjang malam.
"Mama?" gumam Seokjin berat saat mata rabunnya mendapati sosok wanita tengah berdiri di hadapannya.
"Eoh Papa" gumam Seokjin lagi saat menoleh dan mendapati Papa yang tengah menatap bayi kecil dalam pelukan Seokjin dengan khawatir.
"Kenapa tidur disini?" tanya Mama.
"Kookie menangis kalau ditaruh di kasur, Ma. Mungkin badannya sakit semua" ujar Seokjin seraya perlahan menyerahkan Kookie ke gendongan sang Mama dengan sangat perlahan.
"Hati-hati tangannya, sayang" ujar Papa mengingatkan.
"Ditinggal Mama malah begini, adik Kookie" gumam Mama seraya terus menciumi wajah si kecil yang kini tertidur nyaman dalam pelukan Mama. Airmatanya menetes, rasa bersalah Mama kembali.
"Kakak pulang lalu tidur saja, ya? Kakak langsung dari Daegu, kan?" ujar Papa menyoroti mata lelah Seokjin.
"Ani, Kakak masih mau disini dulu, Pa" ujar Seokjin.
"Yasudah, Kakak tidur di bed Kookie dulu. Papa sudah pesan bed tambahan" ujar Papa mengelus surai anak tertuanya. Namun Seokjin tak bergeming.
"Yang patah yang mana, Kak?" tanya Mama serak seraya mengelus tangan kecil anak bungsunya.
"Pergelangan tangannya, Ma. Tulangnya sampai menonjol jadi mungkin penyembuhannya sedikit lama" ujar Seokjin sembari menunjuk bagian patah tangan kiri Kookie.
"Maaf ya, Kookie. Mama tidak bisa menjaga Kookie" gumam Mama sedih.
"Ama.." rengek Kookie tiba-tiba. Dahinya berkerut dan bibirnya merengut.
"Iya sayang ini Mama. Kookie rindu Mama, hm?" ujar Mama seraya menggoyangkan badan Kookie agar kembali tenang.
"Ama tutu.." gumam Kookie. Seokjin tersenyum dibuatnya. Si kecil memang menggemaskan.
"Biar Papa buatkan" ujar Papa. Ia menaruh tasnya dan segera berjalan ke meja yang tak jauh dari sana.
"Kakak tidur saja, Okay? Matanya sudah bengkak begitu" ujar Papa seraya menyeret Seokjin ke kasur Kookie.
"Iya, Pa" ujar Seokjin gusar. Papa memang selalu memperlakukan anaknya layaknya bayi.
"Minumnya pelan-pelan, Sayang" ujar Papa seraya terus mengamati bayi kecilnya yang nampak menyedot susunya rakus.
Pagi hari, Mama dibangunkan oleh suara Papa. Mama tampak terkejut saat dua perawat tengah menunggu di depannya. Mama adalah tipe wanita yang sangat memperhatikan penampilannya. Kini Mama belum mandi dan tampilannya kusut bukan main. Ia menggaruk rambutnya salah tingkah.
"Mama mandi dulu saja, biar Papa yang temani Kookie" ujar Papa.
Mama adalah wanita paling beruntung yang bisa menikahi Papa. Papa bukan orang yang neko-neko, ia juga sangat perhatian dan bisa dengan cepat mengerti raut tak nyaman Mama.
"Ani, biar bersama Mama saja, Pa. Kookie butuh Mama" ujar Mama tersenyum manis pada Papa. Membuat perawat menjadi merasa salah tempat.
Kookie hanya diam seraya menatap Papa saat perawat mengganti perban di kakinya dan mengganti infusannya dengan infus baru. Mata bulatnya berkaca-kaca dan mukanya pucat. Ingin menangis tetapi trauma dengan didikan Ibu Panti. Dan beruntungnya, Papa mengerti semuanya.
Setelah semuanya selesai, Papa berjongkok di depan Kookie yang kini tengah menyesap susunya. Ia mengusap surai tipis anak bungsunya.
"Kookie sayangnya Papa, Papa dan Mama tidak akan marah kalau Kookie menangis. Kalau Kookie ingin menangis, menangis saja. Jangan ditahan. Papa dan Mama disini. Akan menenangkan Kookie. Jadi Kookie tidak perlu takut, hm?" ujar Papa menatap lekat wajah si kecil yang memang lebih mirip dirinya ketimbang sang istri.
"Kookie sama Papa, yuk? Kita jalan-jalan lihat kupu-kupu?" tawar Papa seraya mengambil Kookie dari gendongan Mama.
"Pupu?" gumam Kookie bingung. Ia tak pernah mendengar kata itu sebelumnya.
"Kupu-kupu bisa terbang Kookie. Warnanya bagus, nanti kalau ketemu Papa kasih lihat Kookie. Yuk" ujar Papa sebelum mencium pipi bulat Kookie.
"Mama beres-beres dulu, ya, Pa" ujar Mama seraya bangkit dan mulai merapikan semuanya.
"iya, Ma. Seokjin biar bangun sendiri saja, Pasti ia lelah sekali" ujar Papa sebelum menutup ruang rawat itu.
Kookie kecil tampak bersemangat saat melihat taman yang indah di depannya. Rumput hijau, semak-semak, anjing-anjing kecil membuatnya ingin sekali ikut berlari.
Ya, Papa membawanya ke kebun VIP. Kebun khusus untuk pasien VIP. Kebun itu indah, tidak banyak orang, dan anjing penghibur tampak berlalu lalang disana.
"Lihat Kookie, ini namanya Kupu-kupu" ujar Papa seraya menujuk Kupu-kupu yang hinggap di sebuah Bunga. Kookie menatap intens dengan mata bulatnya membuat Papa gemas.
"Coba apa namanya?" tanya Papa.
"Pupu" ujar Kookie lirih, takut salah. Namun jatuhnya membuat Papa menciumnya berkali-kali.
"Nanti kalau sudah besar pasti bisa berbicara Kupu-kupu" ujar Papa yakin.
Kini, Kookie tertawa kecil saat tiba-tiba seekor husky ikut duduk di pangkuan Papa. Kookie terus saja memainkan bulu husky itu seraya tertawa gemas. Tawanya tetap menguar walau ia hanya bisa menggunakan tangan kanannya, itupun pergerakannya terbatas.
"Apa ini Uti amu!" gumam Kookie memandang Papa dengan semangat. Papa sempat menerka-nerka maksud dari kata 'amu' dan ia mendapatkannya.
"Kookie mau pelihara anjing?" tanya Papa memastikan dan Kookie mengangguk dengan semangat.
"Iya! Iya!" ujar Kookie semangat. Papa tidak bisa menolak, walaupun sebenarnya ia melarang keras ada peliharaan di rumah. Ya, Papa tidak akan sampai hati menolak permintaan pertama anak bungsunya yang sangat ia sayangi. Demi kebahagiaan Kookie, semua pantangan akan Papa trobos.
"Nanti kita beli yang Kookie suka. Nanti Kookie yang pilih mau anjing seperti apa, Okay?" ujar Papa dan segera dihadiahi ciuman hangat Kookie di dagunya. Papa segera memeluk si kecil. Kookie yang rapuh akhirnya perlahan terbuka pada dirinya.
"Kak! Kak Namjoon! Kak Namjoon dengar-"
"Tidak butuh, Kim Taehyung." ujar Namjoon emosi. Ia segera meninggalkan supermarket dengan mobilnya yang dilaju kencang.
Ya, Namjoon sudah mendapatkan semua jawabannya. Ia tetap memutuskan pergi ke supermarket tersebut dan mendapatkan rekaman cctv dengan cepat.
Bibi datang seorang diri, lalu tak lama Pak Song datang menyusul setelah memarkir mobil. Bibi pun hanya membawa dompet kecil. Tidak ada tanda-tanda Kookie disana. Taehyung kedapatan berbohong didepan banyak orang.
"Kakak sangat kecewa padamu. Terlepas dengan apa yang terjadi sebenarnya, tetap saja. Kau terlibat dan menuduh Bibi yang tidak-tidak. Kau pengecut, Tae" ujar Namjoon berapi-api. Meninggalkan lokasi begitu saja tanpa menghiraukan Taehyung yang berusaha memanggilnya. Mencoba berkelit lagi.
"Kakak akan menelepon Ayahmu" ujar Namjoon sebelum masuk ke mobil dan melaju gesit.
"Argghh!"
"Hancur! Semua Hancur! Ini semua karena Bibi!" hardik Taehyung. Emosinya tak terkendali. Nasibnya diujung tanduk. Ya, Taehyung tertangkap basah oleh Kim Namjoon. Ingat, Baru Kim Namjoon.
——————————-
Halo ! Hahaha Sejujurnya aku juga bingung kenapa part Salah Paham ini jadi beranak pinak. Btw ini hampir selesai, jangan lupa comment and vote, teman-teman Kookie!
KAMU SEDANG MEMBACA
Well, Hello Kookie!
FanfictionKim Kookie, Bayi berusia dua tahun yang baru saja kembali ke tengah-tengah keluarga Kim setelah di 'titipkan' di sebuah penitipan yang ternyata bermasalah. Kembalinya si bungsu ternyata kurang mendapat kesan baik bagi Kakaknya. Berbagai masalah mula...