Seminggu sudah berlalu. Tidak banyak yang berubah pada keluarga Kim yang kini lengkap lima orang. Hanya saja, Kookie sudah mulai membuka diri. Ia sudah mau digendong Seokjin walaupun samasekali tak membuka mulutnya untuk merespon setiap kalimat yang di lontarkan dengan lembut dari bibir Seokjin.Taehyung? Masih tetap pada pendiriannya. Yah, Taehyung hanya akan mendekati Kookie apabila disuruh oleh kedua orangtuanya. Selain itu, memandang buntalan itu dari belakang pintu pun rasanya malas.
Terkadang, saat Papa dan Mama kerja, Taehyung akan menjahili Kookie. Taehyung tidak tahu kenapa, tetapi melihat sang adik menderita membuatnya berbangga hati.
Seperti saat itu, Taehyung yang lewat di depan ruang tv menendang mainan Kookie cukup jauh. Bayi itu pun dengan susah payah berdiri dan mengambil mainannya, namun hampir saja sampai di depan mainannya, Taehyung kembali dengan sengaja menendangnya lebih jauh lagi. Kalau sudah seperti itu, Kookie hanya bisa melipat bibirnya menahan tangis, dan bibi akan datang untuk membantunya mengambil mainannya dan menimang si gembul.
"Aku ingin sekali mendengar suara tangisnya! Tapi kenapa ia tak pernah menangis,sih!" ujar Taehyung gusar.
"Tuan.. Bagaimanapun Kookie adalah adik Tuan Tae" ujar bibi yang tiba-tiba muncul dengan keranjang berisi pakaian kotor.
"Hm"
"Tuan Kookie tidak berani menangis, Pengasuhnya dulu akan memukul Tuan Kookie kalau Tuan Kookie menangis atau merengek. Itu menjadikannya trauma" ujar Bibi lagi sebelum menghela nafas dan naik ke lantai tiga.
08.30 Malam di kediaman Keluarga Kim..
"Bibi! Sini!" ujar Taehyung memanggil bibi untuk menemuinya di tepi kolam renang.
"Ada perlu apa tuan?"
"Yang tadi.. Bibi tahu ceritanya dari mana?" tanya Taehyung.
"Nyonya Kim memberi tahu semuanya kepada bibi, Tuan. Sebenarnya itu hanya antisipasi saja untuk bibi, agar tidak membuat tuan Kookie semakin sedih. Karena pergi ke psikolog tidak akan berguna di umur tuan Kookie yang sekecil ini. Hanya keluarga yang bisa menjadi psikolognya untuk saat ini. Tuan dan Nyonya Kim sedang berusaha untuk membuat suasana bahagia" ujar Bibi dan Tuan tampan di depannya hanya mengangguk-angguk.
"Berarti selama ini aku memperparah trauma Adek?" tanya Taehyung.
"Bibi tidak bisa menilai, Tuan" ujar Bibi.
"Artinya aku menghambat usaha Mama dan Papa, begitu Bi?" ujar Taehyung.
"Bersikaplah sebagaimana mestinya seorang Kakak yang menyambut Adiknya datang ke pelukannya, Tuan" ujar Bibi sebelum berbalik pergi meninggalkan Taehyung sendirian.
'Cih, apa-apaan'
Taehyung duduk di meja makan seraya memandang benci Mama dan Papanya yang baru saja pulang dan langsung mengerubungi Kookie.
Namun pandangan benci itu berubah menjadi sendu. Sebelum ada Kookie, hidupnya sempurna. Sebelum ada Kookie, kasih sayang Mama dan Papa hanya tercurah untuknya. Mama dan Papa akan membelikannya mainan baru, menghujaninya dengan ciuman penuh cinta, kelitikan penuh tawa...
"Kalau mau konsultasi cara menjadi Kakak yang baik, ayo ikut Kakak" ujar Seokjin seraya menarik tangan Taehyung paksa ke kamar tidurnya.
"Apa-apaan, Kak?!" ujar Taehyung sewot.
"Kau cemburu?" ujar Seokjin. Taehyung mendengus.
"Tentu saja tidak, Mama lebih sayang padaku" ujar Taehyung seraya mendongakkan dagunya angkuh.
"Kau yakin mau bersaing dengan adikmu, Tae? Dia bahkan lebih tau rasanya menderita dari pada kau" ujar Seokjin.
"Sudah bicaranya? Lelah" ujar Taehyung seraya bangkit dari ranjang Seokjin.
"Mama menangis karena sadar akan kesalahannya. Tanya hatimu sendiri, dan pakai otakmu. Dimana titik kesalahan bayi 2 tahun itu, baru kau boleh membencinya. Jangan membenci tanpa alasan. Kakak tidak mau punya adik pengecut" ujar Seokjin sebelum menabrak bahu Taehyung dan keluar kamar lebih dulu.
"Gila! Masih bayi saja dibelanya seperti itu! Gila! Semua gila!" seru Taehyung frustasi tanpa tahu ada 2 pasang mata tajam yang menatapnya.
———————————-
rada panjang ya, tapi maaf , terhambat up karena diklat
KAMU SEDANG MEMBACA
Well, Hello Kookie!
FanfictionKim Kookie, Bayi berusia dua tahun yang baru saja kembali ke tengah-tengah keluarga Kim setelah di 'titipkan' di sebuah penitipan yang ternyata bermasalah. Kembalinya si bungsu ternyata kurang mendapat kesan baik bagi Kakaknya. Berbagai masalah mula...