TRAGEDI SUSU

9.6K 814 25
                                    

Taehyung dan Kookie kini hanya berdua dirumah. Bibi harus pergi ke supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan. Dan Taehyung sepakat untuk tidak membuat Kookie menangis.

Kini hujan petir diluar. Kookie sedang mewarnai di karpet sedangkan Taehyung mengerjakan tugasnya di atas sofa. Suasana sangat hening, keduanya sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Kakak ke dapur ambil minum sebentar, ya, dek" ujar Taehyung. Berkutat dengan laptop dan jurnal-iurnalnya dengan cukup lama membuat mata dan tenggorokannya kering. Dan Kookie hanya mengangguk tanpa menatap Taehyung. Mata bulatnya sibuk sekali menatap kertas dengan coret-coretan asal miliknya.

"Ini, Kakak buatkan Kookie susu" ujar Taehyung tak lama datang dengan satu gelas berisi susu cokelat hangat dan satu dot susu plain milik Jungkook. Ia pun menaruhnya di sisi Kookie agar anak itu tidak repot bangun untuk mengambil minumnya dari sisi Taehyung.

"Imaacih, Aka" ujar Kookie sebelum kembali menggambar.

Kriiing

Krrringgg

"Aduh siapa telefon disaat seperti ini" ujar Taehyung gusar. Telefon rumah keluarganya ada di sisi tangga dan cukup jauh dari posisinya saat ini. Taehyung menunggu deringan berhenti, namun telepon tersebut terus berdering hingga mau tak mau Taehyung menaruh gelasnya dan berlari kecil ke arah telefon.

"Yeoboseyo"

"Ya, dengan..."

PRANGGGGGGG

Taehyung melotot saat mendengar suara barang pecah. Ia segera meninggalkan telefon dalam keadaan menggantung.

"KOOKIE!"

Entah energi darimana, amarah itu memuncak. Terlebih ketika mendapati adiknya berjongkok di dekat jurnal-jurnalnya yang telah basah dan lengket oleh air susu. Pecahan gelas tampak menguar hingga ke sekitar adik kecilnya. Namun Taehyung tak melihat itu sebagai masalah. Ya, masalah utamanya ada di depannya. Baginya semua terpampang jelas. Jurnal-jurnal yang beberapa hari ini ia kerjakan hancur begitu saja dan tersangkanya kini tengah menunduk di dekat jurnalnya. Tidak ada orang lain dan Taehyung sama sekali tidak percaya dengan setan. Maka sudah jelas pelakunya adalah adiknya sendiri.

"Kesini kau bajingan!" Ujar Taehyung menyeret Kookie ke arahnya. Sementara Kookie tak bersuara sedikitpun.

"Aku sudah berusaha membuka hati untukmu! Mendekatimu! Belajar menyayangimu! Tapi apa? Ini yang kudapatkan? Ini hadiahnya?!" bentak Taehyung emosi. Ia memaki adik kecilnya yang tampak menunduk.

"Tatap aku brengsek!" ujar Taehyung berapi-api. Ia mencengkeram dagu adiknya. Memaksanya untuk menatapnya.

PLAKK

"Uhh.."

Kookie meringis saat Kakaknya menamparnya
keras hingga is terjungkal. Pipinya terasa berkedut-kedut dan matanya panas. Namun ia tidak bisa, tidak boleh menangis. Pikir Kookie.

"Apa?! Mau menangis? Bayi tidak tahu diri!" ujar Taehyung berapi-api.

"Memang sebaiknya kau tidak pernah ada, Sialan!" ujar Taehyung dengan sengaja menginjak tangan gendut si bayi.

"Aku membencimu! Benar-benar membencimu! Lupakan semuanya! Kau hanya setan dalam tubuh kecil!" ujar Taehyung menginjak kembali tangan sang adik.

"Pergi kau dari.."

"Tuan Taehyung Berhenti!" Bibi masuk dengan terbirit-birit beserta supir keluarganya. Belanjaannya dilemparkan asal. Tuan kecil kesayangannya lebih penting.

"Bawa dia kembali ke tempatnya! Aku tak mau lagi melihatnya!" ujar Taehyung seraya pergi dan membanting pintu kamarnya kasar.

"Adek.. Adek okay? Kita Kerumah sakit sekarang ya, sayang?"

Ujar Bibi sembari menangis. Melihat ruang tengah yang porak-poranda. Melihat sudut bibir si kecil yang membiru dan berdarah, pipi yang masih membekas tangan besar Taehyung, Kaki yang tergores kaca dan.. Tangannya yang sudah tidak bisa lurus.

"Ibi..." gumam Kookie pelan di dalam rengkuhan Bibi. Bibi tampak masuk ke dalam mobil dan Sopir segera melaju ke rumah sakit.

"Sayangnya Bibi, Maaf Kookie.. Seharusnya Bibi mengajak Kookie belanja" ujar Bibi seraya mencium kening si kecil yang menjadi panas secara tiba-tiba.

"Kita harus membicarakannya kepada tuan besar" ujar Sopir dengan nada seriusnya. Tak pernah sampai hati melihat Kookie berkali-kali disakiti Taehyung. Namun ia hanya diam saja sampai puncaknya hari ini.

Bibi mengangguk. Semua ini harus dilaporkan, tak peduli buntutnya nanti.

"Apa?! Aku pulang sekarang!"

Seokjin berapi-api mendengar penjelasan dokter melalui telefon. Bibi memutuskan agar Seokjin langsung yang mendengar keadaan Kookie dari dokter. Orangtua Kookie tak menjawab telefonnya. Dan dapat dimengerti karena mungkin kegiatan mereka yang padat.

Kaki Kookie menginjak serpihan kaca dan harus dijahit, dan tangan kirinya patah. Namun si kecil diam saja. Bahkan saat diobati, ia hanya meringis sedikit dan badannya bergetar menahan sakit.

Malam ini, Kookie masih dirawat di rumah sakit. Hanya ada Bibi dan Sopir yang menemaninya. Nafsu makannya turun drastis. Bahkan Sopir sudah membelikan si kecil berbagai makanan kesukannya dan tak ada satupun yang disentuh selain susu di dalam dotnya. Ia masih shock dengan perbuatan sang Kakak. Maunya hanya digendong Sopir dan bersandar pada bahu sopir layaknya ayahnya sendiri.

"Adek Kookie kuat, ya?" ujar Sopir. Terlepas dari auranya yang kaku saat mengantar Tuan Besar, ia tetap memiliki jiwa penyayang. Terlebih untuk anak kecil menggemaskan seperti Kookie.

Brak

Tampilan acak-acakan khas seorang dokter muncul. Seokjin, menempuh perjalanan paling cepat, membayar calo dengan harga tinggi untuk mendapat kereta tercepat yang jadwalnya sudah mepet agar dapat bertemu dengan keadaan adik kecilnya yang... kacau.

"Adek.." gumam Seokjin menghambur dan menggendong sang adik. Air matanya menetes melihat kondisi Kookie. Tak pernah menyangka bahwa pelakunya adalah adiknya juga, seorang Kim Taehyung.

"Kaki adek sakit, ya? Sini Kakak cium" ujar Seokjin setelah berkali-kali menghapus air matanya. Kookie mengangguk lamat-lamat seraya memandang Seokjin yang mencium kakinya yang di perban.

"Tangannya sakit juga? Pipinya juga?" ujar Seokjin seraya mencium berkali-kali bagian tubuh sang adik.

"Kakak Tae nakal, ya sayang? Maaf hmm?" ujar Seokjin sebelum kembali memeluk sang adik.

"Paman tolong antar Bibi pulang, ya. Aku ingin berdua dengan adik dulu" ujar Seokjin.

"Baik Tuan, perlengkapan Tuan Kookie sudah Bibi siapkan di meja" ujar Bibi dan Seokjin mengangguk mengerti.

"Ah, psikopat itu"

Seokjin memang belum tahu dengan rinci kejadiannya, namun ia sudah mendengar bahwa Taehyunglah yang menginjak tangan Kookie. Mau dilihat dari segi manapun, sefatal apapun kesalahan Kookie, main fisik tetap bukan jalan keluarnya. Terlebih korbannya hanya anak bayi berumur 2 tahun. Pikir Seokjin.

"Jangan biarkan dia tahu Bibi bawa Kookie kemana. Cukup diam dan jangan katakan apapun" ujar Seokjin lagi disusul anggukan Paman dan Bibi.

Well, Hello Kookie!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang