"Kookie baru bangun kenapa menangis hm?" tanya Papa yang terkejut melihat Si kecil terbangun dengan air mata di matanya."Aka Tae, Da ada" ujar Kookie. Hidungnya memerah membuat Papa tidak bisa untuk menciumnya.
"Papa telfon Kakak untuk datang,hm?" ujar Papa berusaha menenangkan.
"Tidak perlu, Pa"
Taehyung datang pada timing yang tepat. Ia segera berjalan masuk, merubah air mukanya menjadi wajah semangat menatap bayi kecil di ranjang yang tampak sesenggukan.
"Pagi bayi Kakak yang manja" ujar Taehyung. Papa menatap anak keduanya tidak suka. Namun Taehyung tidak peduli. Yang ia pedulikan hanya adiknya yang tampak memandangnya dengan sendu. Padahal Taehyung sudah didekatnya.
"Huuuuuuuu"
"Loh kenapa malah menangis?" tanya Taehyung setelah menggendong Kookie.
"Uti mauna tama Aka" ujar Kookie.
"Kan ini sudah sama Kakak" ujar Taehyung seraya mengelus punggung adiknya. Menyalurkan begitu banyak rasa sayangnya untuk si gembul perekat keluarga Kim.
"Urus Kookie dulu, Papa harus mencari Mama" ujar Papa dingin. Meninggalkan keduanya di ruangan tersebut.
"Kookie tangannya masih sakit?" ujar Taehyung yang kini memangku si kecil. Kookie menggeleng.
"Da! Da atit!" ujar si kecil membuat Taehyung tersenyum dan kembali mencium pucuk kepala adiknya. Bohong. Adik kecilnya sudah bisa berbohong tentang keadaannya. Kookie tidak bisa meluruskan tangannya sejak 2 minggu lalu, sudah jelas ia merasa kesemutan dan kram berkali-kali.
"Kookie mau memaafkan Kakak?" tanya Taehyung. Matanya bertatapan kembali dengan si bulat dengan jarak yang terlampau dekat. Kookie menatap mata Taehyung dengan tatapan bingung. Sebelum pundaknya bergetar, bibirnya mengerucut dan matanya terpejam.
"Huuuuuuuu"
"Eh? Kookie kenapa menangis lagi?" ujar Taehyung kemudian.
"Da malah! Da!"
"Utina tayang aka Tae!"
"Kookie sayang Kakak Tae?"
"Iya! Iya!" ujar Kookie disela-sela tangisnya membuat Taehyung tersenyum.
"Eoh disini rupanya" ujar Papa. Mengusap dadanya lega mendapati pasangannya duduk tenang di kantin rumah sakit.
"Duduklah" ujar Mama dengan segala senyumannya. Papa pun duduk di depannya. Menatap istrinya yang cantik yang detik kemudian merogoh tasnya.
"Kembali ke London"
Papa mengernyit. Istrinya dengan segala senyumnya menyuguhkan amplop berisi passport dengan tiket penerbangan ke London.
"Tapi Kookie dengan siapa?" ujar Papa bingung. Namun Mama menggeleng.
"Kau yang kembali ke London, Sayang. Aku akan tinggal lebih lama dengan anak-anak. Setidaknya sampai emosimu stabil dan bisa kembali menyayangi anak-anakmu. Kau sudah bertindak terlalu jauh dari tugas Ayah yang sebenarnya" ujar Mama.
"Aku sudah menyiapkan barang-barangmu. Kembalilah, aku akan menyusul Sayang" ujar Mama. Mendorong amplop tersebut lebih dekat kepada tubuh Papa yang masih shock.
"Sayang, tapi-"
"Aku tidak menerima penolakan. Semua ini demi keharmonisan keluarga Kim" ujar Mama. Papa mendengus. Ia memalingkan mukanya dari istrinya. Stress, itu gambaran air mukanya saat ini.
Namun ia tidak bisa untuk menolak istrinya. Papa selalu yakin semua tindakan Mama selalu benar. Meskipun ia kesal, namun ia tetap mengangguk.
"Arasseo. Papa akan merenungkan kesalahan Papa di London" ujar Papa. Tanpa malu-malu mencondongkan tubuhnya, dan mencium bibir tipis sang istri.
"Aku tahu yang kau lakukan selalu untuk kebaikan kita semua" ujar Papa.
"Terimakasih sudah mau mengerti, Sayang"
"Appa tium! Ditini! Ditini! Ditini!"
Si kecil itu sibuk sekali meminta Papa menciumnya di sana-sini. Dari pucuk kepla hingga ujung jempol kakinya. Namun Papa tidak marah, melainkan mencium semua daerah yang bahkan tidak ditunjukkan oleh si bungsu.
"Mana lagi sayang?" ujar Papa seraya megusap rambut tipis anaknya. Anaknya dengan mata berbinar menunjuk jempol tangan super kecilnya.
"Ditini!" ujar Kookie dan Papa mengangguk.
"Muah anak Papa harus cepat sembuh. Kita bertemu saat Kookie sudah lepas gips, ya?" ujar Papa dan Kookie mengangguk mantap.
"Appa bawa Uti Kula-Kula? Iya? Iya?" ujar Kookie. Papa hanya mengangguk menyanggupi berbagai permintaan si kecil.
"Nanti Papa bawakan kura-kura yang banyak untuk Kookie" ujar Papa.
"Sudah ya, nak? Nanti dilanjut di telepon. Pesawat Papa sudah mau terbang" ujar Mama. Kookie menoleh ke arah Mama. Sedetik kemudian matanya terpejam dan bibirnya melengkung. Suara tangisan pun menguar.
"Appa huuuuu"
Papa segera mungkin menggendong si kecil. Sebenarnya ia tidak ingin kembali ke London. Namun keputusan Mama benar-benar tidak bisa diganggu gugat.
"Nanti Papa akan telefon Adek Kookie setiap hari, Okay?" hibur Papa.
"Jangan menangis, hm? Iron Man tidak pernah menangis" ujar Papa lagi. Taehyung yang berdiri disana menunduk dan menggigit bibirnya. Ia ingat, Papa berkata hal yang sama kepadanya saat ia menangis dulu. Waktu berlalu begitu cepat, batin Taehyung.
"Lihat? Kakak Tae tidak menangis" ujar Papa tiba-tiba. Taehyung terkesiap dan tersenyum pada Kookie.
"Sama Kakak, Yuk? Papa mau kembali ke London. Nanti tertinggal pesawat, Papa menangis. Kookie tidak mau lihat Papa sedih, Kan?" ujar Taehyung yang kini menggendong Kookie.
"Maaf, Papa benar-benar minta Maaf. Kakak Tae" ujar Papa. Taehyung menunduk. Dan detik kemudian tindakan Papa membuatnya terkejut untuk yang kedua kali.
Papa mengusap rambut Tae kebelakang dan mencium kening anak keduanya cukup lama.
"Jaga Diri, Jaga Mama, Jaga Adik, ya Tae sayang. Papa telefon sesampai di London" ujar Papa. Kemudian memeluk kedua anaknya.
"Duo bayinya Papa, sayang Kakak tidak disini" ujar Papa berlanjut.
"Aku akan menyusul secepatnya, sayang" ujar Mama sebelum mencium pipi suami tercintanya. Tak lama, Papa pun melambaikan tangan dan segera naik ke mobil.
"Mama, kenapa Papa pulang tiba-tiba?" tanya Taehyung setelah kembali ke ruang rawat.
"Ada pekerjaan mendadak, Sayang" ujar Mama. Tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya kepda sang anak.
"Kenapa Mama tidak ke London juga?" tanya Taehyung lagi.
"Mama ingin lebih lama dengan anak-anak Mama. Musim dingin akan datang dan Mama tidak bisa pulang saat Musim dingin. Itu kenyataan yang menyakitkan untuk seorang Ibu" ujar Mama.
"Terimakasih Ma, Mama memang yang terbaik" ujar Taehyung. Memeluk Mama dan menciptakan suasana hening.
"Ama, Tutu Uti"
Suara menggemaskan itu merusak suasana. Taehyung menghela nafas namun berakhir tertawa. Kookie seperti mengingatkan, bahwa masih ada makhluk kecil disana yang perlu diperhatikan.
——————-
pasti ngebatin "Udah upnya lama, Dikit lagi"
HAHAHA Sorry guyss. Btw aku berencana Ganti Judul nih. Kalian setuju atau enggakk?
KAMU SEDANG MEMBACA
Well, Hello Kookie!
FanfictionKim Kookie, Bayi berusia dua tahun yang baru saja kembali ke tengah-tengah keluarga Kim setelah di 'titipkan' di sebuah penitipan yang ternyata bermasalah. Kembalinya si bungsu ternyata kurang mendapat kesan baik bagi Kakaknya. Berbagai masalah mula...