Bayi kecil itu masih saja diam. Tak mau berbicara dengan Seokjin. Memandang mata pun enggan. Si kecil itu hanya terus menunduk. Entah kepada siapa kini ia harus bersandar.Sikap Kookie membuat Seokjin semakin marah dengan Taehyung. Tak pernah terbesit di pikirannya kalau ucapan Taehyung yang terdengar amat sangat meyakinkan itu tak lain hanya janji semata. Ucapannya untuk menjadi kakak terbaik untuk Kookie hanya basah-basah mulut saja ternyata. Dan itu membuat hati Seokjin sakit.
"Kakak tidak akan membawa adek ke Kakak Tae lagi, Kakak minta maaf sudah berkali-kali mempercayakan Adek kepada Taehyung. Dan berkali-kali Taehyung merusak kepercayaan itu. Semuanya salah Kakak, seharusnya Kakak memahami sifat Taehyung"
Entah Si kecil di depannya mengerti atau tidak, Seokjin tak peduli. Pikirannya hanya penuh dengan kata menyesal telah berulang kali terbuai dengan kalimat manis Taehyung. Kenyataannya, Taehyung tidak pernah berubah.
"Mam.." lirih Kookie tiba-tiba. Seokjin menatap Kookie luar biasa sendu. Mulut kecil itu hanya bergerak sedikit sebelum kembali mengatup. Matanya terus menatap ke bawah. Si kecilnya enggan mendongak dan melihat dunia.
"Kookie bisa tatap Kakak dulu?" ujar Seokjin mencoba kembali mendapat perhatian si mata bulat.
Namun Kookie masih menunduk."Adek mau makan apa, sayang?" tanya Seokjin seraya mengelus tangan kanan Kookie yang diinfus sebelum mengecupnya berkali-kali.
"Mau Ayam krispy?" tawar Seokjin dan Kookie mendongak. Mata berair itu akhirnya memandangnya.
"Yayam?" tanya Kookie memastikan. Ia sangat suka ayam, tidak. Kookie memang suka semua makanan, tapi ayam goreng kulit renyah tidak boleh dilewatkan begitu saja.
"Iya, ayam kfc. Kookie mau? Nanti Kakak pesankan yang banyak untuk Kookie" ujar Seokjin.
"Iya! Iya!" ujar Kookie semangat. Seokjin bersyukur seraya mengusap rambut Kookie sayang. Tak ada yang boleh menyakitinya lagi. Seujung kuku pun. Batin Seokjin mutlak.
"Dimana bayi itu?" tanya Taehyung dingin saat bibi telah kembali dan membereskan ruangan yang hancur berantakan. Sesekali menatap ngilu darah si kecil yang menetes karena tertusuk serpihan kaca gelas. Namun bibi hanya menggeleng seraya terus membersihkan serpihan kaca.
"Dia itu keterlaluan. Bukan salahku kalau aku begini. Aku sudah mencoba menyayanginya, tapi ternyata memang anak yang tidak diasuh oleh orangtua sedari kecil itu berbeda. Dia tumbuh menjadi anak kurang ajar" ujar Taehyung mencoba membela diri. Ia bersandar pada sofa dengan tangan yang terlipat di dadanya. Tampak angkuh dilihat dari segi manapun.
Bibi telah selesai membereskan ruangan itu. Ia berbalik dan pergi ke dapur tanpa merespon kalimat-kalimat Taehyung.
"Bibi marah padaku? Begitu?" ujar Taehyung dingin.
"Setahu saya Tuan besar tidak pernah main tangan kepada anak-anaknya" ujar Bibi sebelum kembali melanjutkan aktifitasnya. Sementara Taehyung mengerang kesal dan meninju sofa tempatnya bersandar.
"Aku tidak bisa lagi menyembunyikan apapun, Pa. Kukira adik akan berubah, Tapi aku salah. Semua malah semakin memburuk. Tangan kiri Kookie patah, aku belum tahu urutan kejadiannya. Tapi semua pasti sudah terekam jelas di cctv" ujar Jin menelepon Papa seraya menimang adiknya yang sudah mengantuk.
"Aku sudah meminta Paman Untuk memindahkan data di cctv. Hanya antisipasi saja kalau Taehyung berbuat licik dengan menghapus semua rekaman minggu ini"
"Baik pa, Kakak akan menjaga Kookie sampai Papa datang. Selanjutnya kita bicarakan di sini saja. Hati-hati, Pa"
Taehyung tersenyum puas. Ia dengan cepat meminta satpam menghapus rekaman cctv hari ini. Taehyung tidak mau kehilangan kasih sayang orang tuanya. Kalau Mama dan Papa sampai tahu dan terbukti ia bersalah, maka Taehyung akan kehilangan semuanya. Cinta dan Kasih sayang.
Seokjin juga belum meneleponnya. Artinya Seokjin juga belum tahu, pikir bodoh Taehyung. Sekarang tugasnya hanya satu, membuat Bibi dan Paman Sopir untuk bungkam. Lalu semuanya akan berlalu begitu saja.
"Ah bagaimana dengan bocah itu? Kalau Mama pulang dan tidak melihat dia? Kalau Mama videocall?"
Taehyung mondar-mandir di kamarnya gelisah. Kookie harus kembali ke rumah. Menjadi tawanannya agar Mama dan Papa tidak curiga. Tapi bagaimana? Taehyung sendiri yang menyuruh Bibi untuk membawa Kookie pergi. Bahkan Bibi tidak menjawab saat ditanya kemana Kookie dibawa.
"Bi! Bibi!" teriak Taehyung dari dalam kamarnya membuat Bibi datang tergopoh.
"Iya tuan?" ujar Bibi. Walaupun ia kesal bukan main dengan tindakan Taehyung, namun itu tidak bisa menghilangkan attitudenya kepada tuannya.
"Kookie dibawa kemana? Bibi belum menjawab pertanyaanku tadi" ujar Taehyung berdiri di depan Bibi lengkap dengan gaya angkuhnya.
"Bibi tidak tahu, Tuan" ujar Bibi membuat Taehyung menghela nafas kesal.
"Bibi sudah bilang ke Mama? Ke Kak Seokjin?" tanya Taehyung dan Bibi menggeleng.
"Jangan beri tahu siapapun atau Bibi tahu akibatnya!" ujar Taehyung kesal. Entah sejak kapan ia berani mengancam pembantu yang sudah menyayanginya sejak kecil.
"Jawab yang jelas, Bi. Dimana anak itu? Tadi Bibi yang membawanya pergi!" ujar Taehyung.
"Sesuai dengan yang tuan Taehyung minta" ujar Bibi pelan.
"Bawa dia kembali! Aku tak bisa kehilangan kasih sayang Mama! Dia harus kembali sebelum Mama pulang! Bawa dia pulang sekarang!" ujar Taehyung.
"Sampai Bibi tidak bisa membawa dia pulang sekarang, Aku akan membuat pekerjaan Bibi tamat dengan tidak hormat. Aku mau membersihkan semuanya, maka bibi harus mengikuti semua arahanku" ujar Taehyung lagi berapi-api.
"Bawa Kookie kembali kesini dan jangan katakan apapun. Kepada Kak Seokjin, Maupun Mama. Aku tidak main-main tentang ini, Bi" ujar Taehyung.
"Tidak main-main tentang apa, Kim Taehyung? Apa yang sedang kau sembunyikan?"
DEG
KAMU SEDANG MEMBACA
Well, Hello Kookie!
FanfictionKim Kookie, Bayi berusia dua tahun yang baru saja kembali ke tengah-tengah keluarga Kim setelah di 'titipkan' di sebuah penitipan yang ternyata bermasalah. Kembalinya si bungsu ternyata kurang mendapat kesan baik bagi Kakaknya. Berbagai masalah mula...