Cklek
"Kakak Tae.."
"Berhenti! Tae tidak mau jadi Kakak!"
Papa menghela nafas dan duduk di sisi ranjang mewah Taehyung. Mengusap surai cokelat halus itu penuh dengan rasa sayang.
"Tae kenapa tidak mau jadi Kakak?" ucap Papa.
"Tidak mau, Pa. Bagaimana bisa Tae menjadi Kakak tiba-tiba? Papa pasti juga sudah tidak terlalu sayang lagi dengan Tae dan Kakak! Pasti sekarang semuanya untuk anak itu!" sungut Taehyung masih dalam posisi telungkup membelakangi Papa.
"Tae lihat mainan yang Adik pegang erat sejak turun dari mobil? Tae ingat mainan itu, tidak?" tanya Papa dengan segala kelembutannya. Emosi tidak bisa dibalas dengan emosi. Lagipula, mana sampai hati Papa memarahi sang anak.
"Iya, Mobil merah jelek itu, Kan?" ujar Taehyung dengan nada dinginnya. Entah apa yang akan Papa balas selanjutnya, Taehyung tidak berniat mendengarnya. Hanya masuk lalu keluar daun telinga saja, batin Taehyung.
"Itu mobil remot Tae yang paling canggih, hadiah ulang tahun Papa untuk Tae yang ke 13. Tae sangat suka mainan dari Papa, bahkan sudah SMA saja dimainkan terus" ujar Papa dan Taehyung mulai mengingatnya. Ya, saat itu Taehyung sangat bangga dengan mobil remot klasik itu. Ia akan membawanya kemana-mana.
"Setahun kemudian Mama melahirkan, Taehyung sangat senang dan menunggu adik bayi. Bahkan sebelum mama melahirkan, Tae terus menerus bertanya kapan Tae bisa bertemu Adik" ujar Papa tanpa henti mengusap rambut Taehyung.
"Lalu setelah lahir, ternyata kondisi tidak mendukung Mama untuk mengurus Adik. Dulu, Tae menangis tidak mau dipisahkan dengan Adik. Tae bahkan memberi mobil-mobilan itu kepada Papa, dan berpesan agar mobil itu hanya boleh dipegang oleh adik Kookie"
"Sayangnya, Papa dengan sangat bodoh memilih jalan neraka. Jalan yang mengantarkan Adik kepada penderitaan di tahun pertamanya datang ke dunia. Bukan Papa maupun Mama yang Adik lihat saat ia sadar sudah di dunia, tapi pengasuh kumuh disana, Tae. Uang yang papa beri setiap bulan ternyata salah dimanfaatkan. Bahkan, adik Kookie tidak diberi mainan apapun. Hanya itu, Tae. Hanya mobil-mobilan Tae yang menjadi hiburan untuk anak bungsu Papa"
"Papa tidak sanggup untuk marah kepada Tae, Karena semuanya memang salah Papa, Nak. Papa ingin berterimakasih. Tae pernah menjadi orang yang hebat untuk Adik Kookie. Tae sudah menjadi pahlawan untuk Adik, bahkan sejak Adik tidak bisa melihat bahwa Tae adalah kakaknya. Papa tidak bisa membayangkan, kalau Tae tidak menitipkan mainan Tae untuk adik Kookie"
"Papa dan Mama sudah salah sejak awal. Papa terlalu lama membiarkan Kookie diurus orang yang salah. Kookie menderita disana, Nak. Dulu Tae dan Kakak tumbuh dipenuhi banyak cinta, sedangkan-" ujar Papa terputus saat Tae berbalik dan memeluk Papa. Airmatanya tampak menguar kesana kemari.
"Maaf Tae sangat egois, Pa. Maaf Tae menganggap adik orang asing, Maaf juga Tae tidak mau berbagi kasih dengan adik Tae sendiri, Pa" ujar Taehyung.
"Papa sekarang panggil Tae Kakak juga, ya. Seperti Kakak Seokjin. Sekarang Tae juga seorang Kakak" ujar Taehyung.
"Papa dan Mama tidak akan pernah pilih kasih, Nak. Selamanya, Tae, Kakak, dan Adik Kookie adalah permata Papa dan Mama. Selalu menjadi anak 5 Tahunnya Papa dan Mama. Selalu menjadi prioritas Papa dan Mama, jadi Tae tidak perlu khawatir lagi, okay?" ujar Papa seraya melepas pelukannya dan mengusap air mata Taehyung.
"Tae minta maaf, Pa" ujar Taehyung sebelum kembali jatuh dalam pelukan Papa.
"Tae tidak salah, Tidak perlu ada yang minta maaf, Hm? Sekarang kita bantu Adik Kookie untuk mengenal keluarganya, ya?"
"Iya Pa. Panggil Tae Kakak didepan Kookie, ya, Pa"
"Siap Sayang"
——————————————-
'Maaf Pa.. Tae berbohong. Tae tidak akan pernah siap dipanggil Kakak. Terlebih untuk manusia kecil sialan itu'
KAMU SEDANG MEMBACA
Well, Hello Kookie!
FanfictionKim Kookie, Bayi berusia dua tahun yang baru saja kembali ke tengah-tengah keluarga Kim setelah di 'titipkan' di sebuah penitipan yang ternyata bermasalah. Kembalinya si bungsu ternyata kurang mendapat kesan baik bagi Kakaknya. Berbagai masalah mula...