PROLOG

913 87 74
                                    

Bandung, 20 Desember 2003

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bandung, 20 Desember 2003

"Mas, aku mohon beri aku uang untuk makan, sedikit saja, Mas." Suara itu terdengar sangat menyedihkan, ringisan dari Vellyn semakin terdengar. Tangannya memegangi perutnya yang kini sudah benar-benar kesakitan karena kekurangan asupan makanan.

Tinggal di dalam rumah semewah dan seluas ini, tidak bisa menjamin kebahagiaannya. Lihat saja, untuk uang makan pun ia harus sampai memohon-mohon seperti itu. Pria di seberang sana terdengar mendengus kesal, disusul dengan suara gebrakan meja oleh tangannya.

"Nggak! Saya sedang sibuk! Kalau mau makan, cari saja sendiri. Jangan minta-minta sama saya!" jawab pria itu dengan nada bicara yang marah.

Ardi mematikan teleponnya sepihak dan menyisakan Vellyn yang semakin memegangi perutnya kesakitan. Tangisan bayi itu juga semakin terdengar, gadis kecil itu belum diberi susu sejak tadi pagi. Bukan karena apa-apa, pasalnya asi Vellyn sedari tadi tidak keluar. Jangankan memberi makan anaknya, memberi makan untuk dirinya sendiri saja ia kesusahan.

Semakin hari, Vellyn semakin bisa menerima kehadiran anaknya. Bagi Vellyn bayi itu ternyata bisa menemaninya di kala sendiri di rumah dan ketika suaminya sedang bekerja.

Vellyn merengkuh tubuh Nohea dan menggendongnya, ia membawa bayi itu keluar. Di tangannya sudah terdapat sebuah amplop besar berisi CV beserta beberapa ijazah miliknya, tentu saja dengan itu kalian sudah tau apa yang akan dia lakukan ke luar sana. Ya, mencari pekerjaan.

***

"Maaf, Bu, tapi kami mencari karyawan yang sudah berpengalaman serta baru lulus SMK," balas pria di depannya dengan tatapan yang serius.

Vellyn menghela napasnya kasar, sudah terhitung lima pabrik juga perusahaan yang ia datangi. Katanya tempat itu sedang membutuhkan lima karyawan baru untuk dipekerjakan, namun sayang Vellyn tidak bisa memenuhi kriteria yang harus bisa dipenuhi agar bisa menjadi karyawan di sana.

"Tapi, Pak-"

"Bu, silakan untuk ke luar dari ruangan ini," potong pria itu sambil menunjuk sebuah pintu ke luar dengan kelima jarinya.

Vellyn tidak punya pilihan lain, ia membawa Nohea serta CV-nya ke luar lagi. Jika dihitung dari yang sebelumnya, sudah enam kali ia ditolak di beberapa pabrik serta perusahaan. Sekarang Vellyn bingung harus mencari pekerjaan di mana lagi, mau bagaimana pun ia harus bekerja sendiri. Karena kalau tidak bisa-bisa ia mati kelaparan hanya karena tidak pernah diberi uang bulanan.

Langkahnya lunglai tidak bersemangat, Nohea tertidur di gendongannya. Sedikit melegakan karena anak itu tidak rewel dan menangis terus menerus. Anak dari kesalahan yang ia lakukan bersama suaminya sebelum mereka resmi menikah.

Dari kejauhan, terlihat seorang wanita yang memiliki wajah yang lebih muda dari Vellyn.

"Selamat siang, Nyonya." Seorang wanita yang umurnya tidak jauh berbeda dari Vellyn terlihat menghampirinya.

"Siang," jawab Vellyn singkat, ia tidak sabar menunggu jawaban lainnya yang menjelaskan mengapa wanita itu menghampirinya.

"Apa Nyonya sedang mencari pekerjaan?" tanya wanita itu dengan penampilan serta gaya yang sangat elegan.

"Ah jangan panggil saya Nyonya, panggil Vellyn saja," ujar Vellyn menyebut namanya.

"Baiklah, Vellyn, apa kamu sedang mencari pekerjaan?" tanyanya sekali lagi. Vellyn hanya mengangguk pelan untuk menanggapi perkataan wanita di depannya.

"Kebetulan, tempat saya sedang membuka lowongan pekerjaan bagi siapapun wanita cantik yang ingin bekerja di sana," ujar wanita dengan rambut yang digelung tersebut. Mata Vellyn seketika berbinar, dari penampilannya ia sudah bisa memastikan bahwa wanita ini adalah seorang SPG atau mungkin pramugari pesawat.

"Ah tentu! Pekerjaan apa itu kalau boleh tau?" tanya Vellyn penasaran.

Wanita di depannya menyunggingkan senyum terlebih dulu sebelum akhirnya menjawab, "Menjadi jalang yang melayani pria hidung belang di Club Rainfly."

"Oh ya, perkenalkan nama saya, Lidya Adinata." Wanita itu mengulurkan tangannya dan segera disambut oleh Vellyn, mereka bersalaman sebagai tanda kerjasamanya.

- Pilu Membiru -

Pilu MembiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang