CHAPTER 18 : KALBU

46 8 0
                                    

“Dekapan itu perlahan semakin tak bisa dirasakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Dekapan itu perlahan semakin tak bisa dirasakan.”

~~~

Bel pulang sudah berbunyi sejak tiga puluh menit yang lalu, keadaan sekolah ini bahkan sudah sangat sunyi, hanya terdengar suara gesekan sapu lidi dengan aspal yang berasal dari para petugas kebersihan sekolah yang sedang bekerja. Bagaikan sihir, dedaunan yang menggunduk di lapangan tadi kini telah kembali di tempatnya setelah para siswa telah pulang ke rumahnya.

Semua kelas memang sudah kosong, kecuali kelas sebelas IPS 4 yang kini justru baru saja mengakhiri pelajarannya. Siswa dan siswi di sana mulai berhamburan keluar dari kelasnya di kala murid kelas lain kini justru sudah berada di alam mimpinya. Salah satunya Nohea, wajah gadis itu semakin pucat, karena aktivitas makannya sempat tertunda gara-gara Deandra yang melontarkan kalimat itu padanya.

Sudah menjadi kebiasaan bagi Hansel serta Jenggala untuk berdiri sembari menunggu temannya itu keluar kelas selama tiga puluh menit. Bak pelatihan militer, bedanya mereka justru hanya berdiri dengan dilindungi atap serta tersedia tembok untuk dijadikan tempat bersandar. Melihat batang hidung temannya sudah terlihat, mata mereka berdua berbinar seketika.

Namun kini kening Hansel justru berkerut saat menilik-nilik keanehan yang ada pada wajah Nohea. "No, kok, muka lo pucet? bibir lo juga, No," ujar Hansel menunjuk ke arah bibir Nohea saat gadis itu sudah berada di depannya dengan Jenggala.

"Iya, No, lo kenapa? Telat makan?" sahut Jenggala menimpali.

"Han, lo dijodohin sama Deandra?" Tanpa menjawab terlebih dahulu pertanyaan Hansel serta Jenggala, Nohea justru kini berusaha menerka-nerka tentang apa yang dikatakan Deandra di kantin kala itu.

"Hah? Lo dijodohin sama Deandra?" Jenggala kini juga ikut menoleh ke arah Hansel, menatapnya dengan sorot tanya yang juga penasaran dengan jawaban Hansel.

Tapi tidak seperti dugaannya, lipatan di kening Hansel kini justru semakin terlihat. Alisnya bertaut dan menandakan jika dirinya pun tidak paham dengan apa yang dikatakan Nohea. "Dijodohin sama Deandra? Dih, amit-amit! Mending dicium Wati ledeh daripada dijodohin sama dia," balas Hansel, seakan memang tidak terima jika pada kenyataannya ia memang dijodohkan dengan Deandra.

"Gak usah boong, gue denger Deandra ngomong kayak gitu tadi," tegas Nohea dengan raut yang datar, didukung pula dengan wajahnya yang pucat dan semakin terlihat seperti mayat hidup.

Hal itu sontak membuat Hansel semakin bingung. "Apaan sih, No? Gak jelas, deh, emang kenapa kalo semisal gue memang dijodohin sama Deandra? Lo cemburu?" ujar Hansel berandai-andai, walau sebenarnya ia pun belum mengetahui fakta jika kedua orang tuanya sudah menyetujui perjodohan tersebut.

Pilu MembiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang