EPILOG

157 9 19
                                    

Perihal mengikhlaskannya kembali kepada-Nya~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perihal mengikhlaskannya kembali kepada-Nya
~~~

5 tahun kemudian

Tahun 2025 di Kota Bandung yang semakin sejahtera. Hawa sejuk semakin menusuk saja, didukung dengan cuaca yang cerah. Mobil berwarna hitam terparkir di sebuah tempat wisata yang sudah terbengkalai sejak lima tahun yang lalu. Tempat wisata yang menjadi surga kaum remaja kini sudah benar-benar tidak terawat, rumah pohon yang ada di sana bahkan sudah berlumut. Bola pingpong berwarna putih yang tadinya menggantung sekarang sudah berjatuhan dan berceceran ke mana-mana karena badai juga tidak ada yang mengurus di sana.

Namun tujuan sebenarnya adalah bumi perkemahan di sana. Di mana ada sebuah batu nisan yang menandakan jika itu adalah tempat seseorang dikubur. Dahulu kala makam itu hanya ditandai oleh kayu yang tertanam, tetapi Nohea dan Hansel berinisiatif untuk menggantinya dengan batu nisan.

"Lo pasti udah tenang, ya, di sana, La. Jangan khawatir kita di sini baik-baik aja dan selalu mendoakan lo dari jauh," gumam Nohea menatap ke arah makam milik Jenggala Belvania Faith.

"Oh iya, La, tau gak? Besok gue sama Nohea mau tunangan, selangkah lebih maju ke hubungan yang lebih serius," ungkap Hansel antusias seakan-akan Jenggala memang ada di depan mereka. Keduanya tersenyum saling menatap kemudian mengalihkannya kembali ke arah makam.

"Kemarin kita lulus di kampus yang sama dan menyandang predikat cum laude," ujar Nohea memberi tahu.

"Maafin gue ya, La. Gue baru sadar kalo cewek yang dibawa sama mama delapan tahun yang lalu itu ternyata elo." Hansel menunduk meminta maaf. Ya, sesuatu yang membuat Jenggala sampai mau membunuh Hansel dengan mencekiknya hari itu adalah karena Hansel sempat melihat dirinya saat akan masuk ke dalam kamar nomor 29, tapi laki-laki itu tetap diam saja dan malah mengira Jenggala merupakan salah satu pengunjung hotel milik papanya.

Tangan Nohea tergerak menyentuh bahu Hansel sambil menatap pria itu sendu. "Kita pamit dulu ya, La. Kita harus bantu-bantu dulu buat acara besok. Kalau sempat, lo datang, ya. Meskipun kita enggak bisa liat lo sekarang, tapi gue tau di sana lo selalu merhatiin gue sama Hansel di sini."

Selama empat tahun terakhir, Nohea akhirnya bisa mengikhlaskan kepergian Vellyn sekaligus Jenggala. Tidak melulu ia harus bersedih dan menangis karenanya. Hidup juga harus berjalan, jika tidak maka yang meninggalkan akan merasa bersalah.

Akhir yang bahagia tidak melulu tentang mendapatkan semua yang kita inginkan. Perihal mengikhlaskan yang pergi, meski yang pergi tidak benar-benar pergi. Mereka masih ada di sekelilingmu, menjagamu dari jauh. Sejatinya mereka sudah dirindukan oleh Tuhannya, maka pantaskah kita sebagai hambanya justru malah tidak mau melepaskannya, tidak bisa mengikhlaskannya tatkala dirinya sudah pulang ke rumah. Rumah yang benar-benar rumah.

Pilu yang membiru, lama-lama akan sembuh jika kamu mau.

- TAMAT -

ALHAMDULILLAH AKHIRNYA TAMAT

MAKASIH BUAT YANG SETIA NUNGGUIN PM UPDATE SAMPE EPILOG! TERIMAKASIH SEMUA DUKUNGANNYA!

Sebelum itu, ada yang mau disampaikan? Terutama sama mereka, manusia-manusia kenyal yang membuat cerita ini semakin terasa menguras emosi

Nohea

Hansel

Jenggala

Ardi

Vellyn

Lidya

Deandra

TERIMAKASIH UNTUK ITU!

JANGAN LUPA BACA CERITA SEBELAH JUGA YAW!

SEE YOU NEXT TIME!

ini Nohea:

Salam hangat
Kabutsenja_

Pilu MembiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang