CHAPTER 29 : PILU

126 8 0
                                    

Masih banyak yang belum sempat aku katakan padamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih banyak yang belum sempat aku katakan padamu.
Masih banyak yang belum sempat aku sampaikan padamu.
Dan masih banyak yang belum sempat aku lakukan untukmu.
~~~

Gerakan langkah kaki yang semakin memacu kecepatan supaya bisa lebih cepat sampai ke tujuan itu tidak berhenti di tengah-tengah, kakinya lincah menaiki anak tangga yang begitu banyak bahkan melewati perawat-perawat yang membawa pasien menggunakan brankar beroda.

Pagi tadi sang empu baru saja mendapatkan kabar buruk yang sontak membuat dirinya semakin panik. Tanpa menggunakan baju yang rapi—hanya kaos oblong dengan jaket—Nohea pergi ke Rumah Sakit Hasan Sadikin menggunakan taksi. Bahkan di jalan sempat tertunda beberapa menit karena macet melanda jalanan Kota Bandung.

Hingga akhirnya Nohea sampai tepat di depan ruang rawat mamanya. Ia bersusah payah mengerem langkah kakinya dan segera membuka kupluk pada jaket dengan napas yang masih tersengal-sengal karena berlari dari lantai satu sampai tiga. Dan karena lift belum beroperasi jam segini, sehingga ia terpaksa menggunakan alternatif tangga.

Kebetulan sekali ada seorang dokter pria yang keluar dari kamar tersebut, dokter itu melepaskan maskernya lantas menatap heran ke arah Nohea.

"Dok, Dok, Dok, Mama saya baik-baik aja, 'kan, Dok? Detak jantung Mama saya udah stabil lagi, 'kan? Pasti Mama saya udah boleh pulang hari ini, 'kan, Dok?" Nohea melontarkan pertanyaan yang bertubi-tubi dengan kedua mata yang berbinar pada dokter yang masih kebingungan itu. Ya, Nohea mendapat kabar jika detak jantung mamanya sempat berhenti untuk beberapa saat, meski begitu Nohea masih tidak percaya. Gadis itu mengira jika hal tersebut hanya akal-akalan Vellyn supaya anaknya bisa datang lagi ke sana dan menemaninya seharian.

Menyesal dirinya ketiduran di rumah dan lupa jika niat awalnya adalah untuk menginap di rumah sakit, menemani mamanya selama semalam.

Terlepas dari semua itu ada salah satu suster yang sempat keluar dari ruangan dan membuat sesuatu dalam kamar tempat Vellyn dirawat terlihat sangat jelas.

Dompet yang Nohea pegang di tangan kanannya otomatis jatuh ke lantai, matanya yang berbinar serta senyuman lebarnya tadi mulai memudar dan digantikan dengan kecemasan. Ada seseorang yang seluruh tubuhnya sudah ditutupi oleh kain berwarna putih, entah siapa orang itu yang jelas kamar tersebut tidak diisi oleh siapapun lagi kecuali Vellyn.

"Dok, Mama saya pindah kamar, ya? Di mana, Dok kamarnya? Kok, saya gak dikasih tau sama Mama kalau dia pindah kamar," ujar Nohea berusaha berpikir positif, mungkin saja Vellyn sudah dipindahkan ke kamar yang lain saat semua perawat sedang menanganinya.

"Kamu ini anak dari pasien bernama Vellyn?" Sang Dokter mulai bersuara setelah sekian keheningan di antara mereka. Nohea hanya mengangguk guna menanggapinya.

Pilu MembiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang