Membunuh tanpa menyentuh, semesta bekerja guna memberi keadilan bagi mereka-para penikmat keindahannya
~~~Sesudah membaca surat dari seseorang yang sudah pergi kepada sang pencipta, Hansel serta Nohea memutuskan untuk kembali lagi ke buper-tempat mereka bertiga berkemah kemarin. Berita tak menyenangkan yang baru saja mereka dapatkan dari seseorang itu membuat pikiran Nohea dan Hansel benar-benar kalut. Di kursi sopir ada Hansel yang berusaha tetap fokus pada jalanan, di sebelahnya ada Nohea yang sedari tadi masih menitikan air mata karena baru saja kehilangan salah satu sahabatnya.
Jenggala adalah sosok gadis yang sangat istimewa bagi mereka, meski sering kali kehadirannya tidak disadari oleh orang-orang di sekitar mereka karena sudah berbeda dunia. Berparas cantik dan manis, senyumannya dapat mengalihkan dunia. Tidak pernah mengeluh, selalu menjadi penyemangat dan obat bagi keduanya. Tapi kali ini, hari ini, dan detik ini, dua remaja itu harus merelakan segalanya.
Ada rasa bersalah dalam diri Nohea saat surat pemberian Jenggala itu menuliskan jika dirinya diperkosa oleh Ardi-papanya sampai meninggal. Jika dibandingkan dengan Nohea, mungkin Jenggala lebih parah lagi penderitaannya. Dirinya merasa bersalah pernah menegur Jenggala tatkala gadis itu tiba-tiba menghilang di waktu yang tidak tepat.
"Udah, No, kalo lo terus ngerasa bersalah kayak gini, Jenggala juga pasti bakal sedih di sana. Dia, kan bilang kalo udah mau maafin papa lo," tutur Hansel menenangkan Nohea meski dirinya sendiri pun kini benar-benar kacau, tapi Hansel tidak boleh terlihat lemah di hadapan Nohea.
"Tapi itu udah keterlaluan, Han! Papa gue sendiri, Han. Saat gue kira kalo dia lebih baik dari mama karena menghasilkan uang dengan halal, ternyata sama aja! Malah lebih parah!" seru Nohea dengan ledakan emosional sedih bercampur emosi saat mengingat kembali wajah Ardi yang rupanya telah memperkosa Jenggala tiga tahun silam.
"Lo tenang ... sekarang kita pikirin gimana caranya masuk ke tempat ini." Di depan mereka sudah ada gerbang masuk wisata Cikole. Tidak seperti tadi, tempat ini sekarang benar-benar sunyi dan hening. Tidak ada manusia yang hidup di sana, jika kemarin hanya sepi pengunjung, maka sekarang para pekerja pun tidak ada.
Nohea dan Hansel menatap ke arah tempat wisata dengan berbagai pohon pinus yang menjulang tinggi itu dengan nanar. Aneh sekali, padahal baru tadi pagi mereka pergi dari sana tapi sudah sesepi ini. Dari kemarin juga minim pengunjung yang datang, bahkan mungkin kemarin hanya mereka yang berkemah di sana.
Ting!
Sebuah notifikasi muncul dari ponsel Nohea, gadis itu segera membuka ponselnya dan melihat notifikasi dari mana itu. "Han." Hansel segera menoleh ke samping saat mendengar panggilan dari Nohea.
"Kenapa, No? Ada apa?"
"Cikole udah bangkrut dari tiga hari yang lalu." Nohea menyampaikan informasi yang ia dapatkan saat membaca notifikasi berita pada ponselnya, ia berusaha tetap tenang meski ada rasa cemas dan penasaran juga dalam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilu Membiru
Teen Fiction❝ Ketika dirinya menemukan teman, yang sejatinya tidak pernah menjadi teman. ❞ Perselingkuhan, pengkhianatan, dan pertikaian itu semakin menjadi-jadi. Dimulai dengan Vellyn yang diketahui telah menjadi jalang di sebuah club ternama di Kota Bandung...