CHAPTER 11 : PEMICU

75 18 92
                                    

“Kebencian yang dimilikinya semakin bercabang, beberapa kali bahkan dirinya membahayakan nyawa seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kebencian yang dimilikinya semakin bercabang, beberapa kali bahkan dirinya membahayakan nyawa seseorang. Di lain sisi ada dia yang berpesta di atas penderitaan”
~~~

"Jalan, Pak."

Suara desingan mobil kini mulai terdengar, sang sopir taksi melirik sejenak ke arah ibu dan anak yang menjadi penumpangnya sekarang, lantas mengalihkannya lagi dan menginjak pedal gas pada mobil taksinya tersebut. Ia menatap ke arah kaca mobil sambil meringis, sopir taksi itu yakin jika sang anak sekarang sedang ketakutan. Dapat ia lihat dari tatapan mata Nohea yang enggan menatap ke arah Vellyn dan menjaga jarak di antara keduanya.

Sementara taksi itu sudah berjalan meninggalkan area club, ada seorang laki-laki yang menatap mobil taksi yang ditumpangi Nohea dan Vellyn itu dengan nanar serta sebelah tangan yang terangkat ke arah perginya taksi tersebut. Ia menurunkan tangan dan bahunya turun tak bersemangat ketika menyadari jika dirinya sudah terlambat. Pria itu tidak sengaja melihat Vellyn yang menampar dan mencaci maki Nohea dengan kasar. Ia hendak menolong gadis itu, tetapi Vellyn sudah terlanjur menarik Nohea ke dalam mobil.

Di sisi lainnya lagi, tepatnya di seberang pria itu. Ada seorang gadis yang berdiri tegak, sebagian wajahnya tertutupi oleh rambutnya yang agak panjang dan lepek, kakinya telanjang tanpa alas kaki, serta baju yang sudah lusuh dan selalu sama setiap harinya. Ia mengepalkan tangannya sambil menatap pria itu dengan tatapan kesal. Wujudnya sangat menyeramkan, tetapi beruntung karena dirinya hanya bisa dilihat oleh orang tertentu yang memiliki keistimewaan.

"Kamu harus mati …."

Tubuhnya menghilang dan seketika langsung berada di depan pria itu, matanya tiba-tiba berubah dari hitam dan putih menjadi hitam. Bayangan-bayangan hitam mengelilingi tubuhnya, tangan gadis itu tergerak mencengkram leher sang pria, lantas mencekiknya sekuat tenaga.

"ARGHH!!" erang pria itu kesakitan sambil memegangi lehernya dengan kedua tangan, seolah-olah berusaha melepaskan sesuatu yang tiba-tiba mencekiknya.

"MATI!" teriak gadis yang wujudnya tak bisa dilihat oleh pria di depannya.

Pria itu sontak menjadi pusat perhatian semua pengunjung club, semuanya menatap dengan tatapan heran dan kemudian bergidik ngeri menyangkanya sudah gila karena berteriak-teriak sendiri sambil memegang lehernya. Padahal kenyataannya, ia sendiri pun tidak tahu apa yang membuatnya bahkan sampai sulit bernapas sekarang. Ia berusaha melepaskan diri dari cengkraman sesuatu yang tak bisa ia lihat tersebut. Namun tanpa mereka berdua sadari, ada seorang gadis lain yang memakai busana serba hitam, lengkap dengan masker dan rambut yang tertutupi hoodie mendekat ke tempat pria itu berdiri.

"KAMU. HARUS. MAT—"

"ARGH!" Tubuh pria itu terjatuh lemas dan beruntung tangannya bisa menahan bobot tubuhnya itu. Ia terbatuk-batuk, menepuk-nepuk dadanya berusaha menarik napas panjang-panjang. Cekikan yang membuatnya kesulitan mengais oksigen itu tiba-tiba terlepas dan membuat pria itu terjatuh dengan lemas.

Pilu MembiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang