1 jam sebelum Vellyn menelepon Lidya
Kaki Vellyn berderap menuju ke arah kamarnya, tangannya juga bergerak ke depan dan ke belakang mengikuti langkah kakinya. Langkahnya terhenti saat berada tepat di ambang pintu, ia memegang kosen pada pintu itu dengan kedua tangan, kemudian menghela napasnya perlahan.
Vellyn melepaskan pegangannya lalu melangkah masuk ke dalam kamarnya, di mana ada sang suami di sana.
"Mas," panggil Vellyn. Ardi menoleh dan menggedikkan dagunya. "Aku mau minta jatah uang bulanan." Dengan keberanian yang penuh ia mengucapkan kalimat itu, Ardi seketika mengkerutkan keningnya. Ardi beranjak dari tempat tidurnya dan duduk di pinggir kasur.
"Bukannya kamu juga kerja ya? Ngapain minta uang sama saya?" Vellyn dongkol abis dibuatnya, ia memejamkan matanya dan berusaha memikirkan alasan.
"Aku di-PHK dari pekerjaan aku, dan sekarang kondisi keuangan aku semakin menipis," ungkap Vellyn dengan santai walau dibumbui dusta dengan sangat pandai.
"Saya gak peduli," balas Ardi ketus. "Kamu cari uang sendiri saja, jangan minta sama saya," sambung Ardi mengibaskan tangannya seakan menyuruh Vellyn pergi, ia kembali membaringkan tubuh gempalnya itu di kasur.
"Tapi, Mas, aku ini istri kamu ..."
"Mau kamu istri saya atau bukan pun saya gak peduli," ucap Ardi dengan nada yang terdengar sangat menjengkelkan di telinga Vellyn. "Dari dulu juga saya tidak pernah benar-benar mencintai kamu."
Sebuah kalimat yang benar-benar membuat hati Vellyn seakan diiris-iris oleh sebuah pisau, pria di depannya dengan sangat santai berbicara seperti itu.
"Terus untuk apa kita menikah? Karena aku dulu sugar baby kamu, gitu? Napsu, Mas?"
"Jaga omongan kamu, Vellyn!" tegas Ardi dengan suara baritonnya yang sangat bulat tersebut. Tangannya menunjuk lancang ke arah Vellyn dan tepat berada di depan wajahnya.
"Kenapa, Mas? Sekarang juga pasti kamu masih sering bermain bersama sugar baby baru kamu, 'kan?" tuduh Vellyn, tidak merasa takut sedikit pun mendengar ancaman Ardi.
"Kan dari dulu saya sudah bilang, sejak kita menikah, saya sibuk mengurus perusahaan milik papa yang sekarang sedang di ujung tanduk," bela Ardi tidak terima dituduh seperti itu.
Vellyn hanya bisa menghela napas gusar, ia melipat kedua tangannya dan menatap ke arah lantai dengan nanar. Vellyn pasrah dengan jawaban yang diberikan Ardi, percuma saja melawan. Ia sendiri tidak tahu setiap harinya Ardi pergi ke mana saja.
"Saya mau pergi, ada urusan penting." Ardi tiba-tiba pamit begitu saja, ia buru-buru memakai jasnya dan membawa tas yang entah berisi apa yang selalu ia bawa jika ada urusan yang berhubungan dengan pekerjaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilu Membiru
Teen Fiction❝ Ketika dirinya menemukan teman, yang sejatinya tidak pernah menjadi teman. ❞ Perselingkuhan, pengkhianatan, dan pertikaian itu semakin menjadi-jadi. Dimulai dengan Vellyn yang diketahui telah menjadi jalang di sebuah club ternama di Kota Bandung...