CHAPTER 22 : TERBURU-BURU

41 4 6
                                    

Bersifat sementara, atau mungkin memang tak pernah ada ~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersifat sementara, atau mungkin memang tak pernah ada
~~~

"Pa, Pa-Papa mau ngapain?"

Nohea membelalakan matanya dan tubuhnya mulai bergetar ketakutan saat tangan Ardi mulai membelai sebelah pipinya. Bola matanya tergerak melirik ke arah tangan keriput milik pria berusia enam puluh tahun itu, lalu mengalihkannya lagi menatap ke arah wajah sang papa yang kini jaraknya hanya sepuluh senti.

"Are you lost baby girl?"

Ardi memperlakukan Nohea seperti halnya seorang sugar daddy pada sugar baby-nya. Ia mulai merenggangkan dasi di kerahnya dengan sedikit menarik benda tersebut. Telapak tangan Ardi mulai menapak pada tembok yang ada di belakang punggung Nohea. Gadis itu masih berusaha mundur, tapi percuma saja karena punggungnya sudah terlanjur menabrak tembok.

Di belakang Ardi juga ada Shakira dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada, ujung bibirnya terangkat menerbitkan seringaian khas di bibirnya. Ia sudah tau apa yang akan dilakukan Ardi setelah ini. Ya, karena ia sudah sering merasakannya.

Nohea kini benar-benar harus was-was dengan apapun yang terjadi selanjutnya, ia berusaha menajamkan penglihatannya untuk memastikan. Ternyata ada sesuatu di bawah sana yang kini mulai terangkat dan mengarah pada kancing baju Nohea, ya, itu tangan Ardi. Melihat itu, kedua netra Nohea langsung terbelalak.

Sebelum terlalu jauh, Nohea buru-buru mendorong Ardi dengan sekuat tenaga serta menendang pria itu. Rupanya menyingkirkan Ardi dalam posisi ini mampu menguras tenaga. Tubuh Ardi terpental dan terjatuh ke lantai dengan posisi bokongnya yang jatuh terlebih dahulu. Meski kini ia masih merasa lemas dan tidak mampu berjalan dengan seimbang, Nohea tetap memaksakan diri untuk berlari dan membuka paksa pintu ruangan Ardi.

"Argh! Hei, mau ke mana kamu!?" teriak Ardi mengerang kesakitan.

Pintu itu pun akhirnya terbuka setelah beberapa kali ditarik oleh Nohea sampai dahi gadis itu berpeluh keringat. Nohea segera berlari keluar dari ruangan kerja Ardi dan menyisakan mata kunci dari pintu tersebut patah dan tidak bisa digunakan lagi. Kusennya juga sedikit rusak di bagian yang berfungsi untuk memasukan mata kunci tersebut.

Shakira buru-buru membantu Ardi untuk bangkit sambil menatap ke arah luar. Tatapan mereka bertemu, lalu seringaian tiba-tiba terbit dari bibir keduanya. Sementara di luar sana ada Nohea yang masih berusaha menahan dan menguatkan diri untuk berlari. Langkahnya sangat cepat sampai-sampai membuat lembaran kertas yang ada di atas meja karyawan itu tertiup angin yang ia ciptakan dari larian laju itu.

Nohea pun berhenti sejenak, kedua tangannya memegang lutut dengan posisi badan yang terbungkus dan napas yang mulai terengah-engah karena lelah berlari terlalu cepat. Kepala gadis itu menengok ke arah belakang guna memastikan jika papa yang tiba-tiba berubah menjadi pria hidung belang itu tidak mengejarnya.

"Kenapa … Papa … jadi kayak gitu … huh," gumamnya dengan napas yang masih tersengal-sengal. Memorinya kembali berputar pada kejadian beberapa menit lalu di mana kedua mata Nohea menangkap adegan mesra antara Ardi bersama perempuan yang tak ia kenali. "Dan perempuan itu … dia siapa? Kok, tiba-tiba ada dipangkuan Papa," lanjutnya masih berdiskusi dan berkutat dengan pikirannya sendiri.

Pilu MembiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang