CHAPTER 13 : BUKU

56 8 1
                                    

Di detik kemudian, Nohea baru menyadari jika seseorang yang memberikan salam khas tadi bukan papanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di detik kemudian, Nohea baru menyadari jika seseorang yang memberikan salam khas tadi bukan papanya. Nohea tahu betul jika papanya memiliki suara bariton, bukan melengking dan lembut seperti ini. Nohea segera memutuskan sambungan pada telepon itu sepihak, lantas jari-jari tangannya mulai melemas dan tidak sengaja menjatuhkan ponselnya.

Di sisi lain pula ada Raya yang mengernyitkan keningnya kebingungan, ia menjauhkan ponsel itu dari telinganya lantas menatap layar monitor yang menyala dengan nanar. Ia melirik pada Ardi kemudian berkata, "Teleponnya tiba-tiba dimatiin." Ardi mendengar itu dan menoleh pada Raya. Pria itu memutar bola matanya malas kemudian mendekat ke arah Raya.

"Udahlah, lupakan. Baiknya kita bersenang-senang hari ini, betul tidak?" ucap Ardi mengelus pundak Raya dan menoleh pada Shakira.

"Betul, Om! Cheers!" seru Shakira. Dirinya dan Ardi menyatukan gelas mereka masing-masing yang hanya berisi jus jeruk, kemudian meneguknya sampai habis.

Gelak tawa dari Ardi dan Shakira semakin menggelegar ke seluruh penjuru ruangan yang sepi ini. Hanya ada mereka bertiga di meja VIP ini, sehingga membuatnya bisa lebih leluasa dan bebas tanpa harus memedulikan orang sekitar. Raya dapat merasakan sebuah tangan bengkak berkeriput yang menempel di pundaknya, tubuhnya sedikit bergeser lebih dekat dengan Ardi.

Di balik semua keceriaan Ardi dengan Shakira, ada hati yang resah dan pikiran yang terus bekerja, berusaha menerka-nerka tentang apa yang terjadi beberapa menit yang lalu. Raya masih penasaran dengan siapa yang menelepon Ardi tempo waktu, seingatnya Ardi tidak memiliki sugar baby bernama Nohea. Dan jika memang benar itu adalah sugar baby-nya yang lain, mengapa Ardi sampai hati enggan mengangkat telepon tersebut? Dan terlebih lagi ada sesuatu, sesuatu yang membuat Raya semakin penasaran pada gadis bernama Nohea itu.

"Papa?" batinnya.

"AAA!!"

Suara jeritan dari seorang wanita tiba-tiba terdengar, membuat Raya terbuyar dari lamunannya. Jeritan itu rupanya berasal dari mulut Shakira, siapa lagi jika bukan dia, pasalnya hanya ada tiga orang di sini dengan  dua orang wanita serta satu orang pria.

Tanpa disadari, sesuatu yang aneh pula terjadi pada Raya. Entah mengapa posisinya kini berada tepat berdiri di depan Shakira dan Ardi yang bajunya sudah basah kuyup, dengan tangan memegang sebuah gelas berisi jus jeruk miliknya yang kini isinya sudah kosong melompong.

"Apa yang kamu lakukan!? Kamu sengaja ya bikin baju saya basah gini?" tegur Ardi dengan suara bariton yang menggelegar ke seluruh ruangan. Di sebelahnya juga ada Shakira yang menatap Raya dengan tatapan tajam, serta bahu yang mulai naik turun.

"Kamu iri ya sama saya?" Shakira menyimpulkan dengan cepat. Yang ada di pikirannya hanyalah rasa iri dengki dari Raya saat melihatnya bersenang-senang bersama Ardi.

Raya terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya sambil melangkah mundur dengan kaki yang mulai melemas. Tetapi tiba-tiba kakinya melangkah secara otomatis menuju ke arah meja, lalu mengambil piring berisi steak yang sebagian sudah dimakan oleh Ardi. Raya berusaha menahan tangannya yang kini berusaha meraih piring tersebut dengan tangan satunya. Namun tidak bisa, sesuatu yang mengendalikannya lebih kuat dari yang ia kira. Sesuatu itu bahkan mengendalikan tangan Raya yang satunya dan membuat pergerakannya tak bisa dihentikan oleh apapun.

Pilu MembiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang