Keresahan dan desakan yang berujung mengundang malapetaka. Ia terlalu tergesa-gesa dan membuat mereka tak bisa berbuat apa-apa.
~~~Langit malam yang tidak ditaburi bintang dan bulan yang sedikit tertutupi oleh awan, seakan tau suasana hati Deandra saat ini. Sejak desakannya pada Candra tentang perjodohan tersebut, pada akhirnya Deandra masih tetap harus menunggu sampai waktunya tiba. Mau itu minggu depan, bulan depan, atau tahun depan sekalipun tetap saja mereka butuh waktu untuk mempersiapkan semuanya.
Namun kali ini ia benar-benar sudah panas hati saat melihat beberapa foto yang baru saja di-posting oleh sang pengguna. Foto itu berisi Hansel dan Nohea yang sedang minum susu bersama di kedai Susu Murni Ijan. Ingin sekali Deandra datang ke rumah gadis itu dan langsung menghancurkan wajahnya.
Deandra meremas ponselnya dengan kesal, tapi tiba-tiba layar monitor yang tadinya menampilkan foto Hansel, kini berubah menjadi tampilan berwarna hitam dengan nomor tak dikenal yang tertera di sana. Kening Deandra berkerut saat melihat itu, siapa yang menelepon malam-malam begini? pikirnya. Deandra pun menggeser tombol berwarna hijau, lantas menempelkan layar ponselnya pada telinga.
"Halo, Deandra, ini Tante."
Deandra dapat mengenali suara itu, memang baru sekali bertemu tapi ia sudah tahu siapa pemilik dari suara itu. "Ini Mamanya Hansel, 'kan?" tanya Deandra memastikan.
Bodohnya wanita di seberang sana hanya mengangguk, seakan lupa jika Deandra tak bisa melihat anggukannya tersebut. "Begini, Deandra, Tante sudah mendengar dari Papanya Hansel tentang permintaan kamu yang pengen kalo perjodohannya dipercepat, Bukan begitu?" ujar Lidya dengan santai dengan sikap sok kenal sok dekat-nya.
"I-iya, Tante. Tapi sebe-"
"Nah, maksud Tante nelepon kamu sekarang itu mau ngajakin kamu buat nge-date sama Hansel malem ini." Lidya memotong ucapan Deandra, dan informasi yang diberikan Lidya itu sontak membuat kedua netra Deandra berbinar. Senyumannya terbit dengan raut wajah yang masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan Lidya.
"Nge ... nge-date?" ulang Deandra, ingin memastikan jika ucapan Lidya tidak salah. Secara refleks Deandra kini sudah bangkit dari tempat tidurnya dan dengan posisi berdiri.
Di seberang sana ada Lidya yang kini menerbitkan seringaian di bibirnya. "Iya, sebelum pertunangan itu digelar, tentunya kalian harus ada pendekatan masing-masing dulu, dong. Supaya nanti enggak canggung pas hari H-nya," balas Lidya beralibi, walaupun sebenarnya masuk akal juga jika dipikir-pikir dengan akal sehat. Deandra pun sontak manggut-manggut dengan antusias, ia langsung bersemangat kembali saat mendengar kalimat dari Lidya. "Gimana? Kamu mau, 'kan?"
"Iya, iya, Tante! Aku mau! Aku siap-siap dulu, ya, Tante. Oh iya, tempatnya di mana, ya, Tante," sahut Deandra dengan antusias, dan diakhir dengan pertanyaan yang sudah Lidya sediakan jawabannya sedari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilu Membiru
Teen Fiction❝ Ketika dirinya menemukan teman, yang sejatinya tidak pernah menjadi teman. ❞ Perselingkuhan, pengkhianatan, dan pertikaian itu semakin menjadi-jadi. Dimulai dengan Vellyn yang diketahui telah menjadi jalang di sebuah club ternama di Kota Bandung...