Perkiraanmu terlalu jauh, prasangka itu membuatmu terjerumus ke jurang lara yang terdalam.
~~~Kedua kaki Nohea sudah melangkah sangat jauh, memang sempat menaiki angkot terlebih dahulu tapi tetap saja. Kini menginjak aspal jalanan tetapi bukan jalan raya. Di depannya ada sungai dengan air keruh serta aliran air yang deras mengalahkan suara kendaraan.
Badannya membungkuk dengan kedua tangan memegang lutut serta napas yang terengah-engah. Butuh berlari beberapa meter untuk sampai ke tempat Hansel berdiam diri sambil berdiri sekarang. Nohea sudah tau betul jika laki-laki itu tengah dilanda kegundahan maka dirinya akan datang ke tepi sungai ini untuk menenangkan diri. Sungguh berbeda dengan laki-laki lainnya yang lebih menyukai taman, atap, maupun kamar sebagai tempat menyendiri.
"Di sini ternyata orangnya!" seru Nohea masih dengan napas terengah-engah. Nohea berjalan mendekati Hansel dan menyandarkan punggungnya pada pembatas besi yang ada di sana, kedua netranya menatap Hansel dengan datar dengan kedua tangan dilipat di depan dada.
Laki-laki tetap tidak menunjukkan ekspresi maupun reaksi, tatapannya masih kosong menatap ke arah aliran sungai yang deras menghanyutkan sampah plastik dari orang yang tidak bertanggung jawab. Kejadian di mana mamanya dinyatakan bersalah atas tuduhan penculikan anak di bawah umur sebanyak dua kali berturut-turut masih berkecamuk di dalam pikirannya. Tidak terlalu memperdulikan kehadiran Nohea yang berada di sampingnya.
"Lo ngapain ke sini?" Kalimat yang pertama kali keluar dari mulut Hansel selama Nohea tiba di sini. "Gausah khawatir, gue cuman lagi butuh waktu buat sendiri," sambung Hansel se-percaya diri itu menyangka Nohea tengah cemas dengan dirinya.
Gadis itu hanya bisa menghela napasnya gusar dengan mata yang terpejam. "Gue tau, kok, gue cuma mau ngasih tau lo sesuatu tentang Jenggala," ungkapnya langsung ke inti pembicaraan yang sebenarnya.
Mendengar hal itu Hansel spontan menoleh ke arah Nohea dengan satu alis yang terangkat. "Udahlah, No, ikhlasin Jenggala. Dia udah tenang di sana," tutur Hansel yang justru menyangka jika Nohea akan membuat teori terbaru yang menyebutkan jika gadis itu belum benar-benar meninggal.
"Bukan itu." Kerutan itu kini terlihat di kening Hansel, netranya menatap ke arah Nohea yang justru menatap ke belakang dengan punggung yang bersandar pada pembatas besi. "Gue tau siapa yang udah ngejebak Jenggala … maksud gue, Belvania tiga tahun silam," ungkap Nohea.
"Maksud lo? Maksud gue, lo, kok, bisa tau?" tanya Hansel menerka-nerka apa yang sebenarnya ingin Nohea katakan dan siapa orang yang sudah menjebak gadis cantik tersebut. Nohea beranjak dari sandarannya lalu berdiri menghadap ke arah Hansel.
"Orang yang ngejebak Belvania waktu itu adalah mama lo."
Spontan kedua mata Hansel terbelalak sempurna, apa yang dimaksud Nohea? Apa dia hanya ingin menuduh Lidya karena apa yang sudah wanita itu lakukan pada Vellyn yang notabene-nya adalah mama Nohea. "Lo tau dari mana?" tanya Hansel. Belum selesai dirinya menenangkan diri atas kejadian tadi, sekarang ia harus menerima fakta baru tentang kejahatan yang lagi-lagi dilakukan oleh sang mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilu Membiru
Teen Fiction❝ Ketika dirinya menemukan teman, yang sejatinya tidak pernah menjadi teman. ❞ Perselingkuhan, pengkhianatan, dan pertikaian itu semakin menjadi-jadi. Dimulai dengan Vellyn yang diketahui telah menjadi jalang di sebuah club ternama di Kota Bandung...