CHAPTER 7: CEMBURU

145 21 205
                                    

"LEPASIN AKU, MAS!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"LEPASIN AKU, MAS!"

Tangan Ardi melingkar erat di leher Vellyn dan membuat sang empu merasa tercekik serta susah mengais oksigen untuk bernapas. Ardi mendengar pembicaraan Vellyn dan Lidya di telepon tadi, dan selepas sambungan telepon itu terputus, Ardi masuk ke kamar kemudian menahan leher Vellyn seperti ini.

"JANGAN HARAP SAYA LEPASKAN SETELAH KAMU MEMBICARAKAN RENCANA KEJI ITU!" timpal Ardi membalas berteriak. Wajah Vellyn mulai memerah, kesulitan bernapas dengan kerongkongannya yang tercekit.

Vellyn terkejut bukan main saat Ardi mengatakan 'rencana keji'. Netranya membulat, karena sudah dipastikan jika Ardi mendengarkan perbincangan singkat via teleponnya dengan Lidya. Keadaan rumah yang sepi pula membuat suara Lidya di ponsel Vellyn terdengar sampai tempat Ardi pingsan tadi.

"Mau apa lagi sekarang? Mengelak? Hah, tidak bisa!" tantang Ardi, menatap Vellyn dengan mata yang membulat sempurna. Niat hati ingin membuat wanita itu takut dengan ancamannya, tapi realitanya berbeda.

"A-a-pa ka-mu lupa ka-lau kita akan s-segera berce-rai? Ka-ka-mu tidak punya hak la-gi atas se-mu-a y-yang kulakukan, M-Mas!" bela Vellyn dengan suara yang terbata-bata. Namun bukannya terlepas dari cekikan tangan Ardi, pria itu malah semakin mengencangkan tahanannya terhadap leher Vellyn.

Terpaksa. Daripada hidupnya yang terancam, Vellyn akhirnya memilih jalan lain. Vellyn menendang area sensitif Ardi sekuat tenaga sampai mata pria itu terbelalak sempurna. Tangan Ardi melemas dan melepaskan cekikannya pada leher Vellyn, pria itu mengerang kesakitan dan tersungkur ke lantai secara otomatis. Tendangan Vellyn yang teramat kencang membuatnya menghabiskan sekitar dua menit terdiam dengan posisi duduk di lantai.

"Berani-beraninya kamu!" teriak Ardi tidak terima, tapi tidak mampu bangkit pula.

Vellyn akhirnya mendekat ke arah Ardi dengan mengerang pelan, ujung bibirnya menerbitkan seringaian yang membuat siapapun akan merasa jengkel melihatnya. Vellyn berjongkok dan mendekati Ardi, tangannya bergerak perlahan melingkar di leher Ardi. Seringaian itu masih terbit sampai-sampai membuat alis Ardi yang bertaut penuh amarah pudar seketika.

"Mau apa lagi kamu, Mas? Mencegahku melakukan pekerjaan yang sudah dimodifikasi itu? Jangan harap!" Mata Vellyn membulat tepat di hadapan wajah Ardi, ia memasang mimik wajah menyeramkannya.

"Kurang ajar kamu! Dasar pelacur! Jalang tua! Bejat! Brutal! Lonte! Wanita haram!" teriak Ardi tepat di depan wajah Vellyn, berusaha menyembunyikan ketakutannya. Bukan apa-apa, tapi ia takut jika sewaktu-waktu Vellyn menendangnya lagi. Itu menyakitkan. Lebih menyakitkan daripada di-ghosting gebetan.

Meski terbesit rasa sakit hati disebut dengan demikian, tapi itu tidak mampu membuat hatinya luluh seketika. Vellyn mengakui jika sifat, sikap, dan tingkah lakunya memang patut disebut seperti yang Ardi katakan. Apa nama pekerjaannya jika bukan menjadi seorang pelacur? Berapa umurnya sekarang sampai-sampai tidak terima disebut jalang tua? Dan lagi, berapa banyak laki-laki yang sudah memesannya dan menghilangkan label halal dari dalam dirinya?

Pilu MembiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang