CHAPTER 24 : BELENGGU

53 6 2
                                    

Terjerat dalam situasi yang justru dipilih oleh diri sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terjerat dalam situasi yang justru dipilih oleh diri sendiri. Waktu tak pernah berjalan mundur dan semesta belum tentu berpihak padamu.
~~~

Sinar yang menyilaukan mata seakan menjadi sapaan dari sang surya pada makhluk di dunia, juga paksaan supaya manusia-manusia malas itu segera bangun dari alam mimpinya. Nyanyian merdu bak whistle Mariah Carey dari burung-burung pagi yang hinggap di pohon itu membuat suasana pagi menjadi lebih ramai dan damai. Jangan lupakan pula sang pedagang koran yang setiap paginya selalu menyelipkan sebuah koran di pagar-pagar rumah warga.

Berbeda dengan tiga remaja yang kini berada di dalam mobil itu, jarum pendek pada arloji sudah menunjukan pukul delapan pagi. Sedikit melenceng dari waktu yang telah ditetapkan, dikarenakan Hansel-sang tuan rumah yang justru belum menyiapkan apa-apa dari malam karena menyangka jika pesan dari Jenggala hanyalah sebuah bualan. Namun betapa terkejutnya saat Mbak Ratri tiba-tiba membangunkan Hansel karena menerima tamu yang tentunya sudah ia kenali wajahnya.

"Elo, sih, La! Pake acara ngedadak segala, kan bisa kita omongin dulu tuh waktu ada di rumah lo," keluh Hansel dengan kedua netra yang masih terfokus pada jalanan. Di kursi penumpang sebelah kiri ada Nohea serta di kursi belakang ada Jenggala. Mungkin lebih tepatnya, di tengah-tengah mereka ada wajah Jenggala yang sedikit maju ke depan menatap Hansel sambil mengerutkan keningnya heran.

"Lah, kan emang udah diomongin?" balas Jenggala.

"Hah? Kapan?" sahut Hansel. Sejujurnya Nohea sendiri pun tidak tahu kapan Jenggala, Hansel, serta dirinya membicarakan tentang keberangkatan ini. Namun ia hanya memilih untuk diam.

Jenggala berdecak kesal, kemudian membalas, "Itu, loh, waktu kalian baru mau pamit pulang terus si lo bilang katanya kita perginya besok aja terus jam sama tempat kumpulnya gue yang tentuin." Kedua tangannya berpegangan pada kepala pundak Nohea dan Hansel yang ada di kanan kirinya. Sementara kini pria kelahiran dua ribu tiga itu hanya melamun dan bersikeras mengingat kembali apa yang dirinya sendiri ucapkan saat terakhir kali berada di rumah gadis itu. "Ckk! Masa gak inget, sih!?"

"Hah? Gue gak ada tuh ngomong kayak gitu," balas Hansel tidak merasa pernah mengatakan hal itu pada Jenggala juga Nohea. Bahkan saat ia dan Nohea melangkahkan kaki keluar rumah Jenggala pun ia tidak ingat.

"Gak usah sok lupa gitu, deh, lo! Itu, loh, waktu kalian mau pulang pake angkot oren," cerocos Jenggala berharap Hansel bisa mengingat dengan baik kejadian tersebut.

"Tapi serius, La, gue juga bahkan gak ngerasa bahkan gak inget Hansel ngomong kayak gitu waktu di rumah lo. Waktu itu kan kita ketiduran di meja makan lo, terus tau-tau ya udah ada di angkot aja," sahut Nohea mulai bersuara. Menyimak pembicaraan kedua sahabatnya, gadis itu pun ikut mengingat-ingat kembali, tapi tetap saja tidak bisa mengingatnya. Seakan-akan ada sesuatu yang mengendalikan tubuhnya dan mengatakan kalimat seperti itu.

Pilu MembiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang