CHAPTER 15 : MENGGERUTU

44 8 2
                                    

Kamu tidak boleh memaksakan keinginan orang lain hanya karena kamu tak bisa memuaskan keinginanmu sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu tidak boleh memaksakan keinginan orang lain hanya karena kamu tak bisa memuaskan keinginanmu sendiri

- a short quotes from her -
~~~

Seperti yang dikatakan Hansel tempo waktu, mereka akan melanjutkan perjalanan. Ya, benar-benar perjalanan, pasalnya sedari tadi Hansel hanya membawa motornya berkeliling kota. Tanpa tujuan. Sesekali ia menepikan motornya di pinggir jalan, lantas menyodorkan susu murni yang diam-diam dipesannya untuk dibawa pulang tadi.

Sesekali juga Nohea berdecak kesal, menggerutu pada Hansel karena sudah bosan dengan semua ketidak jelasan perjalanan diam-diam yang dilakukannya ini. Tapi Nohea tetap menerima susu murni rasa stroberi tersebut, bahkan selama tiga kali Hansel menepikan motornya, Nohea yang paling banyak meminum susu tersebut walau masih dengan raut wajah yang tidak enak dipandang.

Tidak, bukan tidak enak dipandang. Lebih tepatnya terlalu manis untuk dipandang, kata Hansel.

"Cemberut wae ih! Kenapa, sih?" ujar Hansel seakan memprotes sambil menarik bibir Nohea yang sudah dikerucutkan.

Gadis itu kemudian menoleh ke arah Hansel dengan tatapan tajamnya serta raut wajah yang tidak enak dilihat tersebut. "Kita sebenernya mau ke mana, sih? Kok muter-muter doang dari tadi, keburu gelap, dong. Langit juga udah mendung gini, mending pulang aja yuk!" ajak Nohea, sekaligus memprotes mengapa sedari tadi tidak ada kepastian dari sekian kilometer motor Vespa itu dijalankan sang pengguna.

Ujung bibir Hansel tertarik membentuk senyuman simpul, ia melemparkan tatapan jahilnya pada gadis itu, lantas merebut susu murni yang sedari tadi berada di tangan Nohea. "Ya emang itu tujuannya," jawab Hansel singkat, tanpa menjelaskan apa maksud dari ucapannya tersebut. Mendengar itu, kening Nohea seketika mengernyit tanda tak paham.

Belum sempat Nohea berpikir dan menerawang lebih jauh kalimat singkat yang dikatakan Hansel tadi, laki-laki itu sudah beranjak dari tempatnya lalu menarik tangan Nohea menuju ke motor vespa-nya. Gadis itu langsung tersentak saat dirinya dipaksa berdiri oleh tarikan tangan Hansel. Namun kini tangannya merasakan sesuatu, bukan, bukan sentuhan dari tangan Hansel saja yang ia rasakan. Nohea merasakan sesuatu yang dingin terjatuh ke tangannya, sesuatu seperti tetesan air. Tetapi saat Nohea mendongak, tidak ada atap yang berpotensi menimbulkan kebocoran di sana.

Tetesan kedua pun kembali jatuh ke tangan Nohea yang mulus tersebut. Air hujan. Ya, Nohea tidak salah kali ini, langit yang berwarna abu-abu didukung dengan kilat petir yang muncul sekilas semakin mendukung tebakan Nohea tadi. Namun sekarang ia juga merasakan sesuatu di kepalanya, yang juga membuat pendengarannya sedikit tersumbat. Oh, ternyata itu adalah helm yang dipakaikan dengan paksa tanpa ba-bi-bu sa-si-su oleh laki-laki yang ada di depannya.

"Ayo, No, keburu hujannya abis!" seru Hansel yang membuat Nohea akhirnya tahu maksud terselubung Hansel tersebut. Ia kemudian segera naik ke jok yang masih kosong di belakang.

Pilu MembiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang