Tiga puluh (Penyesalan)

1.5K 128 8
                                    

Susah satu minggu Revan tidak bertegur sapa dengan Bumi. Bahkan teman-temannya sampai heran karena biasanya mereka sangat dekat kali ini seperti orang asing.

Dengan mengesampingkan amarah dan gengsinya Revan menemui Bumi untuk mengajaknya berbicara.

Ruang kelas yang sudah kosong membuat mereka lebih leluasa untuk bicara.

"Gue baru siapa lo sebenarnya," ucap Revan memecahkan keheningan.

Bumi hanya diam dengan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

"Seperti yang lo tau, Keisya sahabat gue dari kecil. Bahkan lo juga tau gue udah anggap dia sebagai adik gue sendiri, entah apa yang ada dipikiran lo sampai lo sakitin dia!" Ucap Revan sambil menyandarkan punggungnya dan melipat kedua tangan didepan dada. "Tapi lo juga sahabat gue Mi, sorry malam itu gue terlalu kalap." Lanjutnya dengan menatap Bumi.

"Gue yang salah, seharusnya gue gak melibatkan Keisya," ucap Bumi dengan nada menyesal.

"Itu urusan lo sama Keisya, gue gak mau ikut campur urusan kalian. Gue gak mau persahabatan gue rusak,"

Bumi menatap Revan, "Lo emang sahabat terbaik,"

"Van ayo!!" Ucap Suci yang memasuki kelas begitu saja tanpa mengutuk pintu terlebih dahulu.

Revan dan Bumi langsung menatap Suci yang berada didepan kelas bersama Keisya disampingnya.

Keisa heran sendiri, ia sudah mulai masuk kuliah setelah beberapa hari tidak masuk karena tak enak badan. Ia juga sudah beberapa hari masuk kuliah tapi seperti ada yang berbeda.

Baru kali ini ia bertemu kembali dengan Bumi, setelah hari itu yang katanya Bumi datang tapi sampai saat ini tak pernah bertemu.

Kalau ditanya apakah Keisya marah? Jelas. Siapa yang tak marah saat dirinya seolah dijadikan sebagai permainan. Terlebih rasa kecewa yang mendominasi.

Bumi yang melihat kehadiran Keisya langsung bangkit dan hendak keluar kelas, namun langkahnya terhenti karena perkataan Suci.

"Siapa yang salah, siapa yang marah!" Sindir Suci.

"Maksud lo apa!" Entah kenapa Bumi malah kepancing emosinya.

"Ci udahlah kita balik aja," ucap Keisya hendak menarik tangan Suci tapi malah ditahan oleh Suci.

"Lo gak akan bisa berhenti nangis kalau urusan lo sama satu bocah ini belum selesai,"

"Ci!" Ucap Keisya dengan memberi kode untuk tidak berbicara seperti itu didepan Bumi.

"Lo berdua butuh waktu untuk saling bicara," ucap Revan yang menghampiri.

Suci menganggukkan kepalanya membenarkan. "Kita bakalan nunggu didepan kelas, kalau ada apa-apa ada kita," ucap Suci yang meyakinkan Keisya.

Keisya menghela napasnya, "Jangan tinggalin gue,"

"Enggak akan Sya," ucap Revan lalu membawa Suci keluar kelas dan membiarkan Bumi dan Keisya berdua dikelas.

Mereka tau kalau Keisya mungkin kecewa, tapi mereka tak mungkin membiarkan masalahnya mengambang tanpa arah tujuan.

"Bener kata Suci, kenapa disini lo yang terkesan menjauh?" Tanya Keisya membuka suara karena orang dihadapan nya hanya diam saja.

"Itukan yang lo mau?"

Keisya memaksakan tersenyum, "Lo tau dari mana?"

"Gue minta maaf, gue emang salah. Gue akan usahakan kita kembali ketitik awal, dimana kita hanya orang asing."

About Us And Him 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang