Tiga Puluh Satu (Nostalgia)

1.1K 117 13
                                    

"Sya" panggil Rena namun Keisya tak kunjung menjawab.

"Keisya!" Panggil Rena lagi sedikit keras membuat Revan dan Suci langsung menatapnya.

Rena hanya mengedikkan bahunya saat Revan dan Suci memberikan kode seolah bertanya Keisya kenapa.

"Sya," panggil Suci pelan sambil menepuk lengan Keisya.

Keisya mengerjapkan matanya beberapa kali, "Eh sorry kenapa?"

"Lo yang kenapa?" Tanya Revan.

Keisya menghela napasnya, "Gue balik aja deh," ucapnya sambil membereskan barang-barang nya yang ada diatas meja.

Saat ini mereka memang berada di cafe yang tak jauh dari kampus. Niatnya untuk menyelesaikan tugas-tugas tapi Keisya tidak fokus.

Sudah beberapa hari ini Keisya memang tidak seperti biasanya, ia lebih menjadi pendiam.

"Sya lo masih-"

"Gue balik ya!" Ucap Keisya memotong perkataan Rena.

Tanpa dapat dicegah Keisya langsung pergi keluar dari cafe.

Keisya langsung menaiki mobilnya, tak langsung melajukan mobil. Keisya memejamkan matanya sebentar.

Matanya kembali terbuka secara perlahan. Kini Keisya memilih untuk pergi kesuatu tempat.

Tak membutuhkan waktu lama untuk Keisya sampai ke tempat ini. Tempat yang sepi dan jarang dikunjungi.

Tempat pemekaman dimana Senja dimakamkan. Keisya keluar dari mobil dengan membawa buket bunga yang sebelumnya ia beli saat perjalanan akan kesini.

Keisya sudah berada disamping gundukan tanah dengan tertulis nama Senja pada nisan nya.

"Assalamualaikum Ja," salam Keisya sambil berjongkok disamping makam Senja.

Tangan nya terulur membersihkan makam dari rumput liar yang tumbuh.

"Ja lo pasti disana ketemu Ayah sama Bunda kan? Kalau lo ketemu mereka bilangin ya gue rindu. Gue juga rindu sama lo," ucap Keisya dengan suara yang bergetar.

Keisya menarik napasnya dalam-dalam, "Sekarang gue tau kenapa lo, Ayah, sama Bunda memilih pergi lebih cepat. Dunia ini hanyalah luka, gak adil!"

Tes,

Air mata Keisya luruh. "Gue juga mau ikut sama kalian, gue-hiks" tiba-tiba hatinya terasa begitu sakit.

Keisya menghapus air matanya yang jatih dipipi, "Kenapa gue gak seberuntung wanita diluar sana sih Ja? Salah ya kalau gue mencintai seseorang?"

"Apa salah kalau gue juga pengen dicintai dengan tulus,"

"Ja gue gak kuat, hiks!" Keisya menundukkan kepalanya membiarkan air matanya jatuh ke tanah.

"Sekarang gue paham kenapa menyukai seseorang disebut jatuh cinta. Ternyata ketika kita memilih untuk cinta maka harus siap dengan jatuh dan rasa sakit. Untuk kesekian kalinya gue hancur dengan hal yang sama. Bodoh banget ya," ucap Keisya sambil tersenyum meremehkan dirinya sendiri.

"Gue gak bisa gini terus Ja, gue gak kuat!"

"Lo ada wanita yang kuat!" Ucap seseorang disamping Keisya membuat Keisya mengadahkan kepalanya untuk melihat siapa orang itu.

Keisya mengerinyitkan dahinya saat tak mengenali orang disampingnya.

"Senja selalu cerita, bahwa memiliki seorang sahabat yang sangat kuat. Wanita yang selalu membuatnya iri, dia cantik, tapi selalu merandah, dia orang nya penyabar, gak tegaan, gampang memaafkan, sampai harus tersakiti terus menurus," ucap pria itu sambil berjongkok dihadapan Keisya terhalang oleh gundukan makam Senja.

About Us And Him 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang