36 - Tentang Satu Atap

5.8K 1.2K 1.1K
                                    


votment-nya jangan lupa ya💕

.
.
.
.

I have a hopeless crush on someone I have no chance with

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I have a hopeless crush on someone I have no chance with.

—unknown

⚪⚪⚪

Keesokan hari, hari terakhir kelompok delapan di Kampung Kecipir.

Jennie berharap kejadian kemarin sore itu hanyalah mimpi. Tapi setelah menyadari bahwa dia terbangun dengan disuguhi wajah Lisa yang ditekuk setengah mati, sudah cukup untuk menyadarkan Jennie kalau omongan Lisa terlalu nyata untuk dianggap sekadar mimpi—sebab, masih ada banyak sisa rasa di dada yang menyesaki.

Sampai mereka pergi ke sekolah di hari perpisahan proker terakhir pun, Lisa memilih mencipta jarak dengan Jennie—yang berarti pula orang yang mesti Jennie hindari bertambah satu, Tama dan juga Lisa.

Sebenarnya Jennie tidak ingin begini. Dia sekali lagi berharap kalau kejadian kemarin setidaknya ditunda sampai mereka balik ke Jakarta. Karena dengan situasi rumit ini, itu berarti besok Jennie akan berpisah dalam keadaan bermusuhan tak baik-baik saja. Mereka disatukan secara baik-baik, semestinya dipisahkan dengan cara yang demikian pula.

Hari terakhir di sekolah, Jennie perlu memakai kacamata hitam yang membuatnya nampak seperti turis sedang liburan. Mata bengkak nan sembabnya itu tidak baik untuk dipandang lebih banyak orang, terlebih hari ini agenda di sekolah mengharuskan seluruh murid bersalam-salaman pada mahasiswa KKN yang sudah memberi ilmu dalam jangka waktu sebulan belakangan. Berbekal alibi sakit mata, Jennie tidak harus membuang banyak tenaga untuk meyakinkan siapa-siapa—malah, dia dibuat tersentuh tatkala beberapa guru dan murid di sana kelihatan khawatir serta memberi tips agar sakit mata bohongannya itu lekas pulih. Yang secara bersamaan membuat Jennie semakin sedih sebab dia musti berpisah dengan banyaknya orang baik yang pernah dia temui di sini.

Rasanya sungguh campur aduk. Jennie bingung mana yang mendominasi dirinya, bersedih atau gembira—dua-duanya mengambil tempat tersendiri di hatinya. Namun, ketika wanita kuncir kuda berbalut almameter itu duduk sendiri di taman sekolah seraya membaca satu per satu surat yang diberikan para murid untuknya, senyum pada bibir Jennie selalu ingin terulas tidak peduli sebiru apa suasana yang membalutnya.

Tulisan ceker bebek bertebaran dimana-mana. Alih-alih bikin Jennie malas membacanya, justru Jennie merasa berkebalikan. Makin semangat untuk memecahkan kata yang tersirat dari tulisan-tulisan yang ditampung selembar kertas yang tak jarang ujungnya tidak rata—menandakan disobek secara asal. Beberapa ada yang dibungkus rapi pakai amplop berwarna terang yang Jennie duga bisa dibeli di abang jerepit depan sekolah, pasti yang mengirim berjenis kelamin perempuan sebab mayoritas anak laki-laki cenderung maunya yang simple-simple saja.

Surat-surat itu wajib diberi nama, satu murid harus memberi pada setidaknya dua dari lima di antara Jennie, Lisa, Arjun, Jeon dan Tama. Jennie dan Jeon dapat surat paling banyak, disusul Tama yang tidak kalah mahir menjalin kemistri dengan para murid selama di sini. Arjun kebanyakan dapat surat dari siswa lelaki, sementara Lisa di posisi terakhir karena dia juga tidak banyak usaha untuk sok akrab dengan anak-anak di sana dibanding teman-teman yang lain.

KKN [ bp × boys ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang