Kuliah-Kerja-Nyinlok
Sepuluh orang yang dipaksa untuk tinggal satu atap di desa terpencil. Tanpa akses internet dengan bumbu-bumbu perdebatan masalah pribadi di dalamnya. Belum lagi urusan cinlok yang sudah tidak menjadi rahasia umum lagi saat KKN...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Si Bapak DPL yang terhormat
⚪⚪⚪
"Iya, Ochi bisa jaga diri kok."
"Kamu di sana juga jangan nyusahin temen-temen kamu. Belajar mandiri, jangan kolokan."
"Nggak bakal, Ma."
"Kalo makan jangan pilih-pilih, nggak ada Mama yang bisa masakin kamu."
"Iya, Ma, iya."
"Jangan main game terus! Inget ya, Chi, kamu tuh udah dewasa, perlu banyak bergaul sama orang. Kalo kamu kaya gitu terus, mana bisa sukses kamu nanti??"
Rose menghela nafas berat seraya memejamkan kedua matanya tatkala mendengar ucapan mamanya barusan. Lagi dan lagi, sempat-sempatnya mamanya itu menyelipkan nada meremehkan disela nasehatnya.
"Hidup itu perlu orang lain. Jangan terus-terusan jadi orang yang acuh, orang lain nggak bakal suka. Pokoknya mama mau kamu punya temen akrab selain Wenda, yang banyak, punya temen jangan itu-itu aja."
"Ya kalo ada yang mau nemenin Ochi, kalo nggak ada ya ngapain Ochi paksain."
"Kamunya jadi orang pikirannya jangan sempit gitu, dong. Harusnya..."
Baiklah, pagi-pagi begini telinganya rasanya sudah pegal akibat celotehan mamanya. Baru saja satu setengah jam Rose meninggalkan rumah, mamanya tersebut bahkan sudah mengirimi belasan pesan serta menelepon dua kali.
Rose menjauhkan ponselnya dari telinga, malas mendengar cuitan mamanya agar moodnya tidak memburuk pagi ini. Ia hanya takut perubahan mimik wajahnya nanti akan ternotice teman satu kelompok KKNnya, Rose khawatir image dia bakal semakin buruk dari yang kemaren-kemaren karena dia udah jadi manusia yang paling susah diajak ngobrol di kelompok ini.
"Ochi! Kamu dengerin mama nggak sih??"
Barulah saat dirasa mamanya berhenti bercuat, Rose kembali menempelkan ponsel ke telinganya, "Denger, Ma. Udah ya, Ochi udah mau masuk mobil nih."
"Hati-hati Chi. Inget pesen Mama. Di sana jangan bengong mulu, nanti ketempelan jurig!"
"Jurignya juga ogah kali Ma deketin Ochi."
"Sembarangan! Anak mama cantik gitu kok. Oh iya, boleh lah kamu pedekate-in salah satu temen KKN-mu itu. Mama liat pada ganteng-ganteng, kali aja ada yang nyantol sama kamu."
"Apaan sih, Ma, Ochi gamau pacaran dibilang. Ochi tuh mau jadi psikolog yang sukses dulu, buka tempat praktek sendiri, punya banyak pasien, terus--"
"Udahlah, kelamaan kalo gitu mah. Mending cari suami yang kaya biar kecipratan. Kamu rebahan aja juga dapet duit."
"Terserah mama aja deh, ngayal aja terus."
Akhirnya Rose mematikan sambungan secara sepihak, mulai muak dengan nasihat mamanya yang selalu aja begitu. Seharusnya mamanya bangga karna Rose punya visi misi hidup yang jelas, tapi sayangnya mamanya malah pengen Rose cepet kaya dengan menikahi pria yang mapan. Jalan pikirnya terlalu sempit.