13 - Demi Sebuah Akses Internet

18.1K 2.5K 2.1K
                                    

"Dari kehangatan serta tutur bicaramu, saya akhirnya mengerti satu hal; saya telah menemukan apa yang selama ini saya cari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dari kehangatan serta tutur bicaramu, saya akhirnya mengerti satu hal; saya telah menemukan apa yang selama ini saya cari."

-Sehan

⚪⚪⚪

Udara segar membelai indah kulit rasa-rasanya semakin menambah kenikmatan pagi ini. Apalagi kabut yang menyelimuti sisi gunung nampak cukup jelas dari posisi Jimmy duduk sekarang, tepatnya di bangku kayu belakang dapur rumah pak kades.

Nyatanya yang sedang Jimmy lakukan saat ini malah mengotori oksigen sejuk yang tercipta. Ya, Jimmy tengah merokok, dengan Ibin--teman Agus yang baru semalam akrab dengannya akibat Ibin yang amat baik untuk memberikan padanya satu bungkus rokok secara cuma-cuma. Katanya, sebagai tanda pertemanan. Sedangkan Agus tengah membuat kopi di dapur untuk mereka.

"Ajigile, mantep betul sebat di desa yak.." ujar Jimmy seraya menghembus asap rokoknya perlahan, terhitung dia udah puasa ngerokok tiga hari. Makanya perlu diresapi.

"Musti hati-hati kita teh, Jim. Jangan sampai ketahuan Eji, bisa-bisa nyarocos dia kalau melihat orang ngudud di rumah na.." kata Ibin, memperingati. Puntung rokoknya dia udah tinggal seperempat, dikit lagi habis.

"Santai santai, entar gue yang ngomong kalo ada orangnya." balas Jimmy.

Tak lama, Eji yang habis jalan-jalan berdua sama Jennie itu pun mulai mendekat ke area duduk Ibin dan Jimmy. Ibin praktis melempar puntung rokoknya ke tanah, membasahi bibirnya seolah dia nggak habis merokok. Tapi Eji udah nunjuk dia dengan sorot mata tajam dari jauh.

"Ibin!!! Maneh teh kalau Abdi bilangin meni keras kepala sekali nya!" teriak Eji dari jauh seraya mengambil langkah besar-besaran.

"Teu ngudud, Ji, sueeer!" seru Ibin, berbohong namun wajahnya rada gugup.

Ketika mulai mendekati posisi Ibin, Eji bertolak pinggang. Tapi dia seolah dibungkam pas ngeliat eksistensi Jimmy yang duduk santai di samping Ibin. Mata Eji yang tadi menyalak galak pun sirna, dia jadi lupa tujuannya buat ngomelin Ibin karena salfok sama Jimmy yang menurutnya ganteng banget walau cuma pake kaos pendek merah dengan boxer hitam.

"Aa mimi teh sedang apa di sini?" tanya Eji dengan nada lembut, berbeda sekali saat tadi mengomeli Ibin.

Jennie yang baru sampai tepat di samping Eji itu pun menahan tawanya, si Eji bisa tiba-tiba nggak jadi marah gitu cuma gara-gara ngeliat Jimmy.

"Nih, lagi sebat. Kenapa? Nggak boleh ya?" kata Jimmy kelewat santai.

"Eh tidak--" Eji melambaikan kedua tangannya, "Aa mimi teh jangan terhasut Ibin. Jadi berkurang atuh ketampanannya kalau Aa mimi sebat."

KKN [ bp × boys ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang