37 - Selamat Tinggal, Kecipir

6.2K 1.3K 1.8K
                                    

Cerita ini BELUM tamat, akan tamat di chapter 50-an. Setelah ini mereka bakal kembali ke kehidupan kampus mereka. Terus gimana kabar Ejan&Agus? Hmm, kita liat aja nanti. Yang bacanya suka diskip-skip mau aku doain semoga jari kelingking kakinya sering ketubruk ujung pintu! (mode galak gara-gara kemaren nemu ada readers yang terang-terangan ngaku sering skip ke bagian bias/kapalnya doang, sakit hati lah gue.)

Part ini panjangg, semoga tetep enak buat dibaca. Jangan lupa semangat votment ya! Target 1k komen. Happy reading<3

.
.
.
.
.




We started with a simple hello but ended with a complicated goodbye

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

We started with a simple hello but ended with a complicated goodbye.

—unknown

⚪⚪⚪

"Eh, ada Pak Tangguh juga ternyata..."

Senyum itu otomatis melebar, agak membuat pipi Jisoo tertarik pegal yang untungnya juga dibalas senyum tipis bapak-bapak berbadan bugar yang kini berdiri di hadapannya tersebut—senyum tipis yang manisnya entah mengandung kadar gula berapa kilo. Jisoo boleh jadi akan terpana bila dia termasuk golongan ciway pecinta hottie daddy yang lagu kebangsaannya "born too late for you to notice me~", tapi sayangnya Jisoo nggak suka yang setuwir Pak Tangguh yang umurnya sudah menginjak kepala empat.

"Si Ejan teh di mana, Nyon?" Bu Iyun, yang menggandeng lengan Jisoo sejak menjemput wanita itu di rumah Pak Kades pun bertanya pada suaminya.

Pak Tangguh menjawab santai, "Belum bangun. Semalam kan dia teh sibuk menonton Bintang Pantura bersama maneh sampai bergadang segala?"

"Heh! Jangan terlalu jujur begitu atuh, Nyon, nanti kalau si Neng Dokter ilpil karena nteu suka lelaki yang gemar dedangdutan kumaha???"

"Memangnya kunaon?? Aya sebuah kalimat berbunyi; dangdut is de myusik op mai konter. Untuk apa malu?"

Kepedean Pak Tangguh dalam menyelesaikan kalimat ber-blasteran bahasa inggris tersebut mengundang tawa renyah Jisoo yang berusaha ditahan agar bunyinya tidak sebesar suara toa masjid. "Country, Pak, bukan konter."

Bu Iyun menyentil kecil dahi suaminya, "Yeeee dipikir rombongan haji kali pakai konter-konteran??"

"Itu mah kloter, Bu." koreksi Jisoo lagi.

Pak Tangguh balas menjawil dagu Bu Iyun, meledek balik karena istrinya itu pun salah sepertinya. "Niat ingin membenarkan tapi ikutan berujung dibenarkan."

"Biarin! Atuh jangan main pegang-pegang, dong! Eta tangan maneh teh bersih nteu?? Habis dari kebun kan?!?!"

"Sudah cuci tangan sayangkuuuu.."

KKN [ bp × boys ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang