Hai guys, jangan lupa Vote, Follow aku juga;)
Komen juga jangan lupa okeee
Ada typo? Koreksi aja😉
Udah itu aja, Makasih ✨•~✨HAPPY READING GUYSSS✨~•
Oh iya FYI, Chapter ini agak sensitif guys, kalo ada yang jijik sama adegan pembunuhan, langsung skip aja ke paragraf pas ada 'DI TEMPAT LAIN'.
|•~~~ENJOY~~~•|
Author POV
"T-tuan V, dia a-adalah..." Carl menjeda sejenak ucapannya untuk menelan ludahnya.
"D-dia..."
"Tinggal katakan saja dia siapa sialan!" Bentak Olivia yang sudah habis kesabaran, dia cukup sabar dari tadi. Sekarang Olivia rasanya ingin sekali mencekik leher Carl itu.
Saat melihat Olivia yang mulai emosi, Claude langsung turun tangan. Gantian Claude yang menenangkan Olivia saat ini. Claude membawa Olivia untuk duduk di kursinya, menenangkan Olivia sangatlah mudah, cukup usap kepalanya sudah membuat gadis itu tenang. Berbeda lagi dengan Zee, dia hanya dapat di tenangkan oleh Alicya dan Olivia saja. Kalau Claude? Ck, dia bukannya tidak bisa, tapi dia hanya takut untuk mendekati Zee jika sedang emosi.
"Tenang, jangan emosi," Ujar Claude dengan satu tangannya yang sudah mengusap lembut kepala Olivia.
"Katakan sekarang atau aku benar-benar membunuhmu," Ancam Zee dengan penuh penekanan di setiap kata.
Carl yang mendengar itu kaget, dan secara refleks dia berbicara dengan cepat tanpa gugup sekalipun.
"DiaVektor."
'Vektor?' Batin Zee. Dia mengerutkan keningnya dan berfikir 'Sepertinya aku pernah mendengar nama itu, tapi dimana dan kapan?' pikir Zee.
"Aku s-sudah mengatakannya dengan j-jujur, jadi bolehkah k-kau membebaskanku?" Tanya Carl dengan mata yang berbinar.
"Impossible," Jawab Zee dengan seringaian yang tercetak jelas di wajahnya. (Impossible : Tidak mungkin)
"K-kenapa? Kau s-sudah berj-janji untuk mengabulkan s-semua keinginanku j-j-jika aku mengatakan siapa t-tuanku," Lirih Carl sambil menunduk.
"KARENA KAU HAMPIR MEMBUAT ADIKKU MATI BERENGSEK!!!" Teriak Zee kepada Carl yang tengah menunduk.
"T-t-tidak, a-aku hanya disuruh, tolong m-maafkan aku," Mohonnya kepada Zee.
"Aku tidak peduli," Tutur Zee dengan seringaian khasnya.
Carl pasrah, percuma saja dia memohon-mohon kepada Zee. Dia sudah mendengar desas-desus dari orang-orang jika Zee tidak mudah mengampuni musuhnya. Jika sudah berurusan dengan Zee, pasrah adalah jawaban yang tepat. Sekejam itukah Zee? Menurut prajurit-prajurit yang sudah lama bekerja di Dé Èlgárd sih iya.
"Kau beruntung sekarang, karena aku tidak akan menyiksamu. Tapi langsung membunuhmu," Bisiknya di kalimat terakhir.
Zee mengambil pedang yang sudah ia siapkan tadi, lalu menghunuskan pedangnya ke leher Carl. Sebelum ia memisahkan kepala Carl dari tubuhnya, Zee menyuruh Claude dan Olivia keluar. Karena apa? Ada sesuatu yang ingin ia ketahui dari Carl, dan ini bersifat pribadi.
"Kalian berdua keluarlah, aku masih ada urusan dengan bedebah ini," Perintah Zee yang langsung dilaksanakan oleh Claude dan Olivia. Saat mereka berdua sudah benar-benar keluar, Zee membuka suara lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of The Knight Zee [On Going]
FantasySeorang ksatria pemberani, yang tak pandang bulu jika sedang bersama musuhnya. Yang selalu mengabdi kepada kerajaan yang sedang dia lindungi sejak orang tuanya meninggal karena insiden yang kurang baik. Dia mempunyai banyak julukan dikalangan ma...