Retta berjalan menghampiri Dion yang tertunduk lesu di kursi taman, pemuda itu terlihat bertambah kacau setelah mendengar kenyataan baru dari Revan.
Retta duduk di sebelah Dion lalu ia mengusap punggung pemuda itu, menenangkan tanpa berkata-kata dan tanpa sadar air matanya perlahan turun.
"Gue gagal lagi Ret, gue nggak pernah tau itu. Gue yakin itu pasti karena sikap gue pada dia siang itu" ucap Dion tanpa Retta bertanya terlebih dahulu.
"Kamu jangan nyalahin diri kamu terus Yon, aku pun sama. Aku saudaranya tapi aku nggak tau apa-apa soal dia, aku juga nggak pernah ada untuknya" jawab Retta membalas.
"Aku minta maaf ya buat yang kemarin, aku sudah sakitin kamu padahal kamu udah baik banget ke aku" ucap Retta dengan menunduk.
Dion menoleh dan tanpa aba-aba ia mendekap tubuh Retta yang berada di sampingnya, sedangakan Retta mematung terkejut.
"Gue udah bilang, ini bukan salah lo. Gue aja yang terlalu berharap sama lo. Ressa yang berusaha untuk wujudin harapan gue agar gue nggak kecewa" ucap Dion.
"Harusnya gue berterima kasih sama lo karna udah mau nerima gue meskipun lo nggak cinta sama gue" ucap Dion lagi, sedangakan Retta hanya diam tak merespon.
"Maafkan aku Dion, aku terpaksa melakukan ini. Aku cuma nggak mau jadi penghalang antara kamu dan Reva" jawab Retta dalam hati.
Di depan IGD semua orang menunggu kabar lagi dari dokter, Clara dan Agam masih berada disana menunggu perkembangan Ressa karena bagi mereka Ressa sudah seperti adik mereka sendiri.
Tak lama kemudian seorang Dokter datang di ikuti seorang perawat, Vian langsung berdiri dan menghampirinya karena Andreas sedang menemani Dinda yang tidak sadarkan diri.
"Maaf, stok darah O sedang kosong. Sebaiknya anda dan keluarga secepatnya mencari donor darah, rumah sakit juga sedang mencari ke Rumah Sakit lain" ucap Dokter itu.
"Kalau begitu Dokter bisa cek darah saya, siapa tau cocok" ucap Vian.
"Boleh" jawabnya "suster tolong cek golongan darah nak Vian" ucap dokter itu.
"Nggak usah Vian, biar saya saja. Darah saya cocok sama Reva" ucap Reina menyahuti.
"Jangan bund, bunda kan punya anemia. Kalau nanti drop gimana" sahut Rena.
"Udah jangan ikut campur kamu, saya tidak butuh nasihat dari kamu" jawab Reina yang membuat Rena menghela nafas kecewa.
"Iya benar kata anak ibu, seharusnya ibu jangan lakuin itu, takut bahayain kondisi ibu. Kita bisa cari donor lain" ucap Dokter membenarkan.
"Biar saya cek golongan darah saya dulu tan, kalau nggak cocok kita bisa cari donor darah lain" ucap Vian dan di angguki semua orang.
"Yasudah kamu coba dulu"
"Mari ikuti saya" ucap sang Suster dan Vianpun mengikutinya.
"Golongan darah gue B, coba aja meskipun beda golongan darah bisa donorin" ucap Dian sedih.
"Yang sabar, kita bisa cari sama-sama" sahut Revan pelan yang membuat Dian menoleh kepadanya.
"Huhf, golongan darah lo apa van?" tanya Dian.
"Yang jelas bukan O, kalau sama gue udah donorin" jawab Revan kembali dengan nada judesnya, dan Dian hanya mendengus kesal.
"Gue A, bisa nggak sih?" tanya Gamma sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antaressa
Teen FictionAntaressa TAMAT [TELAH DIREVISI] "Berjuanglah untuk hidupmu meskipun nggak ada yang mau memperjuangkan mu" -Ressa Dia Reva Antaressa. Gadis yang dijuluki preman sekolah karena penampilan urakannya, dia yang hobbynya bolos, telat dan kumpul bareng co...