Dua Minggu sudah berlalu sejak Ressa sadar dari komanya, dan sekarang ia hanya perlu melakukan perawatan intensif agar memulihkan semua fungsi organ tubuhnya.
Gadis itu duduk di kursi roda tepat di hadapan jendela, di balik kaca besar itu ia menatap aktivitas di luar sana dan juga pemandangan langit pagi hari yang indah.
Kali ini ia menoleh ke arah nakas dimana ada Revan yang sedang sibuk menyiapkan makanan untuknya, karena dia tidak mau makan makanan dari rumah sakit.
"Gue tau gue ganteng, tapi nggak usah gitu juga kali natapnya" ucap Revan saat menyadari Ressa sedang memperhatikan-nya.
"Eh jangan ge-er dulu deh, gue cuma nungguin lo nyiapin makanan. Lo nyiapin doang tapi selama orang masak" omel Ressa yang hanya di balas kekehan oleh Revan.
Dan memang pagi-pagi tadi saat Ressa terbangun hal pertama yang ia lihat adalah Revan yang sedang membersihkan ruangannya, padahal tujuannya kesini hanya untuk mengantar makanan.
Awalnya respon Ressa terhadap Revan tidak baik, tapi lama-kelamaan Ressa sepertinya sudah terbiasa dengan kehadiran pemuda itu di setiap paginya. Memang tidak setiap hari Revan melakukan ini, tapi ini bergilir mulai dari Dinda, Vian, Retta, Dion, dirinya, Dian, dan hari terakhir Gamma.
"Iya ini bentar, Lo nggak sabaran banget sih" ucap Revan sambil mendekat ke Ressa dengan sepiring makanan di tangannya.
"Buka mulut Lo!!" ucapnya sambil mengulurkan sesendok makanan ke Ressa yang membuat Ressa mengernyit heran.
"Katanya mau makan, jadi buka mulut lo! Cepet! Udah pegel nih tangan gue lo anggurin" ucapnya lagi yang membuat Ressa refleks membuka mulut.
"Nah gitu dong dari tadi"
"Lo nja-gan bua-nyak uomong" ucap Ressa dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.
"Lo itu yang jangan banyak omong, di telan dulu makanannya" ucap Revan sebal.
"Iya-iya, lo sih bawel banget"
"Terserah, ayo cepat buka mulut lo!" ucap Revan lagi dan seterusnya begitu, akan ada perdebatan kecil diantara mereka sampai makanannya habis.
"Lo tuh umur berapa sih hah, makan masih belepotan" ucap Revan sambil mengusap sisa makanan di mulut Ressa.
"Kok lo salahin gue, orang lo sendiri yang suapin gue" jawab Ressa kesal.
"Anjir nih anak ngrusak suasana aja" batin Revan menatap Ressa datar.
"Serah lo dah, gue mau nyuci piring dulu" ucap Revan dan saat ia membalikkan badan bertepatan dengan Dion yang baru saja masuk tapi kali ini tidak bersama Retta.
"Tuh pangeran berkuda putih lo udah dateng" ujar Revan judes lalu pergi mencuci piring bekas makan tadi, meninggalkan Ressa dan Dion dengan segala kecanggungan.
"Hei, morning darling" sapa Dion dengan watadosnya.
"Ngapain lo kesini?!!" jawab Ressa judes.
"Yaelah baru sekali kesini udah di judesin, males gue" jawab Dion dibuat semelas mungkin.
"Ya karena lo nggak pernah kesini, jadi sekarang kenapa lo tiba-tiba muncul? Gue kira lo udah mati" jawab Ressa, lagi sakit aja ucapannya judes banget, apalagi kalau sudah sehat.
"Ya maap atu neng, sebagai ketua OSIS SMA ALGEBRA saya jadi super sibuk"
"Yealah, ngeles aja Lo. Emang mau ada acara apaan sih? nikahan lo sama Retta juga masih lama" julid Ressa tak terima.
"Anjirt, kenapa lo malah bawa-bawa nikahan sih, gue sama Retta lagi yang kena" jawab Dion, ngobrol sama Ressa memang harus memiliki kesabaran ekstra.
"Lah terus lo lagi ngurus apaan sampai harus sesibuk itu, dan sampai lo nggak sempet jengguk gue meskipun bentar!!" Ucap Ressa marah, ia memincing menatap Dion.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antaressa
Novela JuvenilAntaressa TAMAT [TELAH DIREVISI] "Berjuanglah untuk hidupmu meskipun nggak ada yang mau memperjuangkan mu" -Ressa Dia Reva Antaressa. Gadis yang dijuluki preman sekolah karena penampilan urakannya, dia yang hobbynya bolos, telat dan kumpul bareng co...