Hari ini seperti senin biasanya , yaitu upacara. Suatu hal yang paling di benci oleh semua siswa SMA Algebra.
Di saat semua siswa sedang berdiri kepanasan di lapangan dengan mendengarkan amanat kepala sekolah yang panjang melibihi rel kereta.
Ressa malah sedang asik rebahan di UKS sambil memainkan ponselnya, ia beralasan sakit perut padahal dia sama sekali nggak sakit.
Kalau kata Vian "lama-lama hidung lo panjang kayak pinikiyo karena sering bohong" dan dijawab Ressa dengan "enak dong hidung gue tambah mancung".
Tak lama kemudian setelah upacara selesai Ressa langsung turun dari kasur dan keluar dari UKS.
"Eh,eh. Kamu sudah sambuh?" tanya penjaga UKS.
"Udah kok" jawab Ressa singkat kemudian berlalu.
Saat ia keluar dari pintu UKS ada seseorang yang menariknya dan menyeretnya.
"Eh lo mau bawa gue kemana dugong" ucap Ressa tak terima karena ditarik begitu saja.
"Lo ikut aja , jangan bacot" jawab Vian malas.
"Iya tapi kemana? Bolos lagi?" Tanya Ressa heran.
"Ini lebih penting" Ressa hanya pasrah saja saat dirinya terus di tarik menuju halaman belakang sekolah.
Saat mereka sudah sampai disana, mereka duduk di bawah pohon besar tempat mereka biasa membolos.
"Ada apa sih yan?" tanya Ressa.
"To the poin aja ya" jawabnya.
"Iya cepet Stevian" ucap Ressa menekan kata-katanya.
"Gue mau lo terima nyokap gue Ress" ucap Vian tiba-tiba, sedangkan Ressa hanya memasang wajah cengonya.
"Maksud lo apa sih? pakek bawa-bawa nyokap segala" tanya Ressa tak mengerti.
"Kita saudara tiri Ress" ucap Vian menerawang lurus ke depan tak mau menatap wajah gadis di sampingnya.
"HM? MAKSUD LO?" tanya Ressa terkejut.
"Lo anaknya om Andreas kan? Dan gue anaknya nyokap tiri lo, mama Dinda" jawabnya.
"LO SERIUS , NGGAK BERCANDA KAN?" tanya Ressa sambil bangkit dari duduknya.
"Iya gue nggak bohong. Gue tau gimana perasaan lo, tapi gue mohon jangan benci nyokap gue" jawab Vian ikut berdiri di samping Ressa
"Lo nggak tau gimana perasaan gue, saat bokap lo lebih sayang sama istrinya dibanding anaknya" jawab Ressa berkaca-kaca.
"Gue tau Ress, karna bokap gue juga nikah lagi dan itu sama tantenya Revan" jawab vian dengan tatapan berubah sendu.
"Terus apa hubungannya sama gue?" Tanya Ressa melirik Vian kesal
"Gue cuma mau lo jangan benci nyokap gue, terima dan hargai dia sebagai nyokap lo juga" ucap Vian tersirat banyak makna di dalamnya.
"Itu nggak mudah yan"
"KARENA LO NGGAK PERNAH MENCOBA UNTUK MELAKUKANNYA"
"NGGAK , GUE NGGAK AKAN BISA" tolak Ressa, sudah jelas itu sulit buat dirinya.
"Please Ress , gue nggak tega liat nyokap gue yang selalu cerita tentang lo dengan bersedih. Dia itu nyokap baik , pengertian dan bisa jadi seperti kandung lo" jelas Vian.
"Lo nggak tau apa-apa tentang nyokap gue" ucap Ressa sengit, ia tak suka ada yang mengungkit ibu kandungnya.
"Memang tapi gue tau lo butuh seorang nyokap seperti dia, please Ress terima dia. Sekali aja lo kalahin ego lo dan ikuti apa kata hati lo , gue jamin lo nggak akan nyesel" jelas Vian, lama-lama ia capek bicara sama Ressa, karena ego mereka sama-sama tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antaressa
JugendliteraturAntaressa TAMAT [TELAH DIREVISI] "Berjuanglah untuk hidupmu meskipun nggak ada yang mau memperjuangkan mu" -Ressa Dia Reva Antaressa. Gadis yang dijuluki preman sekolah karena penampilan urakannya, dia yang hobbynya bolos, telat dan kumpul bareng co...