13. Keputusan.✓

111 11 1
                                    

Ressa memasuki rumah dengan mengendap-endap, ia tak mau ketahuan oleh papanya kalau ia habis ikut balapan liar.

Ia menaiki tangga perlahan, tapi harapannya pupus. Ternyata papanya sudah menunggunya.

"Reva!!" panggil papanya yang baru saja dari dapur.

Ressa menghela nafas kesal, mau tak mau ia membalikkan badan dan kembali ke ruang tamu, duduk di samping papanya.

"Kamu masih ikut balapan itukan?" Tanya Andre mengintimidasi

"....."

"Jawab reva!"

"Iya pa" jawab Ressa lirih, se nakal-nakalnya dia, dia masih takut pada papanya.

"Udah papa bilang, berhenti ikut balapan" ucap Andre, ia tak membentak putrinya lagi takut putrinya itu akan semakin memberontak.

"Emang kenapa sih pa , bukannya papa dulu juga nakal?" Tanya Ressa yang perlahan juga kesal.

"Kamu nggak perlu tau apa alasan papa, yang jelas kalau kamu ikut balapan lagi uang bulanan kamu papa potong" jawab Andre di akhiri dengan seruputan pada secangkir kopinya.

"Kok gitu sih pa" protes Ressa kesal.

"Kan kamu udah dapat dari hasil balapan liar itu" jawab papanya sambil tersenyum menang.

"Tau ah, papa nyebelin" ucap Ressa lalu pergi ke kamarnya sambil menghentakkan kaki.

Di kamarnya Ressa tak bisa tidur, ia terus memikirkan ucapan Vian tadi siang di tambah perkataan papanya tadi, kalau dia tidak ikut balapan itu Retta akan makan apa.

Apa sebaiknya ia jujur aja sama papanya dan mama tirinya, tapi itu sungguh pemikiran yang buruk.

Sekarang lupakan masalah balapan dan Retta , ia harus memikirkan ucapan Vian.

"Vian memang benar, tante dinda orangnya baik, perhatian, lembut bahkan menurut gue lebih baik tante Dinda dari pada mama Reina" ucap Ressa berbicara sendiri sambil menatap ke arah langit-langit.

Tapi kemudian ia menggelengkan kepalanya "kenapa gue jadi bandingin mereka berdua, jelas saja mereka orang yang berbeda" monolognya lagi.

"Udah deh, kita lihat aja besok. Apa yang akan terjadi" ucap Ressa lalu mematikan lampu kamar dan tidur.

*******


Ressa bangun karena cahaya silau dari arah gorden yang sudah terbuka, ia melihat jam yang terletak di nakas lalu ia pun melotot.

06:45.

"Anjir!! Gue telat lagi ntar" ucap Ressa tapi bukannya bergegas ia malah kembali rebahan.

"Males sekolah gue, nanti aja deh berangkat agak siangan" ucapnya lagi sambil guling-guling di kasurnya.

"Gerbang di tutup 15 menit lagi dan kasur gue posesif amat ya" monolognya tidak jelas.

Setelah beberapa saat Ressa pun turun dan berjalan ke kamar mandi tanpa niat.

12 menit berlalu dan Ressa pun sudah siap berangkat sekolah tapi penampilannya lebih mirip berandalan.

Baju di keluarin, nggak pakek dasi, rok jauh di atas lutut, nggak pake nametag, apalagi tatanan rambutnya yang hanya di cepol asal.

Sampai di ruang makan ia pun duduk dan sarapan dengan sehelai roti dengan selai coklat, hingga dua orang disana yakni mama dan bibinya sudah memandanginya dengan tatapan aneh.

AntaressaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang